By: O. Solihin
Sejak baca e-mail dari seseorang yang mengaku sebagai penggemar rahasianya, Ogi jadi nggak enak ati. Kok masih aja masa lalunya diungkit-ungkit. Masa lalu Ogi sebagai vokalis band sekolahan yang sedikit demi sedikit ingin dikuburnya. Masa lalu yang indah dari panggung ke panggung. Tentu saja, lengkap dengan pujaan dan pujian dari para penggemar beratnya. Meski nggak ngetop-ngetop amat, minimal dikenal anak sekolah di wilayahnya. Soal penggemar? Jangan ditanya, karena dulu Ogi sering bawain lagu-lagunya Guns N Roses dan Metallica, maka banyak penggemarnya kalangan anak-anak metal juga. Sejak nyadar dan masuk rohis, Ogi ingin segala hal tentang dirinya dihapus dari lembaran hidupnya. Ogi bertekad, biarlah sebagai vokalis band adalah masa lalunya, tapi jadi anak rohis adalah masa depannya.
“Siapa ya? Kok berani-beraninya mengaku sebagai penggemar rahasiaku. Kayak lagunya Mocca neh..” Ogi nggak abis pikir sambil pengen ketawa. Ia terus mencari jawabnya. Tapi tak satupun ingatannya mampu melacak siapa dia. Yang jelas, account e-mailnya berinisial “Si Paul”. Ogi sama sekali nggak tahu siapa dia. Seingatnya tak ada orang dekat yang ia kenal dengan nama itu. Tadinya Ogi mau iseng nyari pake search engine macam google (dasar nyandu internet)
“Mungkinkah ini nama samaran?” Ogi kembali membatin sambil tiduran dengan lipatan kedua tangannya menyangga kepala. Terdengar musik berisik dari mini compo-nya, lagu Fade To Black milik Metallica versi konsernya yang iramanya mirip-mirip lagu One. Huhuy!
“Ah, ngapain diurusin, toh juga baru sekali ini dia kirim e-mail,” ucapnya dalam hati saat HP-nya bunyi yang menandakan ada SMS yang masuk. Ogi segera membuka pesan tersebut dari deretan angka yang nggak dikenalnya.
“Assalaamu’alaikum. I am your secret admirer. Suaramu bagus Gi. Aku masih inget saat kamu membawakan Welcome to the Jungle di TIM setahun yang lalu.[Si Paul]”
Deg, jantung Ogi berhenti beberapa detik. Ternyata sekarang anak itu sudah berani masuk via SMS.
“Dari mana ia tahu nomor HP-ku?” Ogi tampak bingung. Lagi bengong begitu, HP mungil miliknya kembali bunyi. SMS lagi. Ogi segera membuka pesan tersebut. Nomor yang sama.
“Coba kamu bikin grup nasyid. Pasti banyak yang suka. Suaramu merdu sih Gi. Dan aku akan tetap menjadi your secret admirer. Wassalam [Si Paul]”
Wackss. Ogi makin kaget. Kepikiran untuk segera kirim balik. Tapi rasa penasarannya membuat ia nekat menelepon si penggemar rahasia itu. Tapi sayang, pesan yang didengar Ogi dari nomor yang dihubunginya adalah: “Nomor yang anda tuju berada di luar jangkauan atau sedang tidak aktif”. Gagal deh.
Malam itu benar-benar merasa diteror. Ia terus mengingat siapa dia. Orang isengkah, atau memang beneran? Tadinya Ogi nggak mau mikirin, tapi karena SMS ‘ajaib’ itu Ogi jadi penasaran banget.
“Ah, aku coba buka e-mail. Kali aja doi juga kirim” Ogi jadi curiga. Lalu ia hidupkan komputernya. Sambil menunggu komputernya bekerja untuk masuk ke Windows, ia coba menelpon Jamil dari HP-nya.
“Assalaamu’alaikum,” Suara Ogi memecah keheningan malam.
“Wa’alaikumsalam,” suara Jamil di seberang sana.
“Ada apa Gi?” tanya Jamil.
“Mil, aku ada masalah neh. Ada orang yang mengaku sebagai penggemar rahasiaku. Doi kirim e-mail dan SMS euy. Malah kayaknya doi tahu betul waktu kita sering manggung dulu…” Ogi nggak ngelanjutin.
“Ehm..ehm..” Jamil berdehem dengan nada genit.
“Lho, ngapain pake berdehem segala…?” Ogi penasaran.
“Kalem Gi. Jangan geer. Kali aja tuh orang iseng,” Jamil ngasih pendapat disusul derai tawa.
“Iya, kali ya. Tapi dia punya inisial Si Paul. Kamu kenal Mil?” Ogi ngejelasin sambil garuk-garuk kepala.
“Wah, aku nggak kenal nama itu. Namanya juga penggemar rahasia, pastinya dia merahasiakan dong Gi,” terang Jamil.
“Iya juga ya? Jangan-jangan aku yang geer. Heheheh. Eh, ngomong-ngomong gimana acara Dialog Interkatif Remaja minggu depan, persiapan udah mateng kan?”
“Insya Allah lancar Gi. Pokoknya kalo ketuanya kamu oke deh. Peserta juga udah banyak yang daftar tuh.” suara Jamil di seberang sana.
“Oke deh, assalaamu’alaikum” Ogi mengakhiri obrolannya.
Ogi kemudian duduk manis di depan komputer. Tombol modem ia nyalakan. Sejenak kemudian terdengar suara khas handshake modem. Eh, tahu nggak waktu Ogi nyandu internet? Konon kabarnya, sejak Ogi kecanduan internet, suara ngoroknya waktu tidur mirip-mirip handshake modem. Kayaknya tuh modem dicangkok di otaknya deh. Jadi OL terus sepanjang hari. Jadi jangan heran kalo mimpi-mimpinya pun berhiaskan format HTML lengkap dengan program Flash-nya. Hihihih..
Kira-kira sepeminuman teh (upss, gaya Wiro Sableng neh!), Microsoft Outlook-nya terlihat sedang mendownload semua e-mail yang masuk. Daripada bengong nungguin download, Ogi surfing ke beberapa website favoritnya. Lima menit kemudian, mailbox Ogi terisi e-mail baru. Malam ini Ogi nerima e-mail lumayan banyak tuh. Tercatat ada sekitar 50 biji. Soalnya pagi tadi nggak sempet ngecek. Untuk ngirit pulsa, Ogi segera putus hubungan dengan dunia maya.
Matanya awas memindai e-mail yang masuk. Yang kira-kira nggak perlu langsung dihapus. Yang berisi informasi menarik langsung dicopy isinya. Terus menelusuri sampai akhirnya menemukan satu e-mail yang dikenalnya kemarin. Deg, kali ini Ogi kaget untuk kesekian kalinya. Ternyata ada e-mail dari “Si Paul” lagi. Hanya satu, tapi subjeknya cukup bikin Ogi berdebar-debar: [episode satu] Tanda Cinta. Ogi langsung mengkliknya:
“Assalaamu’alaikum. Ini hanya untukmu.
Ogi berhenti sejenak untuk kemudian membacanya lagi dengan perasaan nggak karuan:
Waktu yang telah kita lalui
dalam suka dan duka
Menggoreskan asa yang tak pernah nyata
bersama selimut kabutmu
Cinta tak pernah dusta, kawan
Ia akan menjelma
jadi warna dan bunga
pudarkan tebalnya jelaga
Maafkan, jika ini membuatmu benci
wassalam,
Si Paul
Your Secret Admirer
Wasyah, Ogi terasa berada di awang-awang menerima e-mail dari si pengirim misterius itu. Ogi nggak nyangka, kalo ternyata ada seseorang yang begitu besar menaruh perhatian kepada dirinya. Sepertinya itu perhatian terdalam yang dicurahkannya. Ogi jadi nggak bisa tenang. Hatinya berselimut kabut penasaran. Ingatannya coba menelusuri peta perjalanan hidup yang pernah dilaluinya. Nihil. Tak satupun bisa terlacak keberadaan orang bernama Si Paul itu.
“Ah, aku nggak mau tahu. Siapapun dia, aku nggak mau iseng nanggepin. Khawatir tambah runyam. Biarkan sajalah,” Ogi membatin. Malam hampir larut (emangnya gula?), Ogi langsung tumbang dengan sukses di atas kasur empuknya.
ooOoo
Ogi mendadak kaget setengah hidup saat HP-nya yang diset pake nada getar aktif. Buru-buru ia ambil dari saku celananya dan coba melihat siapa yang berani menghubungi dinihari begini. Pas mau dilihat, vibrasi di HP-nya berhenti. Terlihat nomor pemanggil di menu missed call. Ogi heran dengan ulah orang ini. Kemudian ia melirik jam dinding di kamarnya. Pukul setengah tiga pagi. Ogi bersiap mau meneruskan mimpinya sebelum akhirnya ia terjaga kembali dengan bunyi nyaring dan getaran HP-nya. Isinya SMS: “Malam ini, sudikah kamu menghadap Rabb-mu? Memohon ampunan dan meminta harapan. Saat yang tepat untuk bertafakur. Wassalam [Si Paul]”
Mata Ogi terbelalak. Nggak nyangka tuh orang terus menguntitnya sampe rela membangunkannya untuk sholat malam. Sebenarnya kesal, tapi Ogi langsung nyadar. Bahwa ini adalah nasihat untuknya. Ogi bangkit dari tempat tidurnya dan langsung ambil air wudhu untuk sholat malam. Rasa penasaran Ogi makin tebal. Ia berniat mencari tahu siapa sebenarnya orang dengan nama “Si Paul” itu. Dan yang pasti ia ingin tahu, laki apa perempuan si pengirim e-mail dan SMS misterius ini. Pertanyaan yang sampe pagi itu Ogi nggak bisa dijawabnya dengan tepat. Bahkan segalanya masih tetap terasa gelap.
ooOoo
“Kita harus menjaga diri. Ibnu Abbas berkata: ‘Kedudukan syetan dalam diri seorang pria itu ada tiga tempat; dalam pandangannya, hatinya dan ingatannya. Kedudukan syetan dalam diri seorang wanita juga ada tiga; Dalam lirikan matanya, hatinya dan kelemahannya”, Ogi manggut-manggut mendengar penjelasan Kak Arya, sang ketua Rohis. Anak-anak yang lain juga diam menyimak.
Kakak kelasnya Ogi yang berjenggot tipis ini memberikan contoh, “Pada masa masa Rasulullah saw. ada seorang pria sedang berjalan-jalan ketika kemudian ia melihat seorang wanita yang menarik perhatiannya. Wanita itupun memandangnya. Syetan kemudian membisikkan godaan pada keduanya hingga keduanya terus bertatapan sampai-sampai pria itu tidak menyadari bahwa ada dinding di hadapannya. Akhirnya ia menabraknya dan hidungnya terluka. Ia berkata, “Demi Allah aku tidak akan menghapus darah sampai aku mendatangi Rasulullah saw. dan memberitahukan pada beliau tentang kejadian ini.” Ketika ia berjumpa dengan Rasulullah saw. dan menceritakan peristiwa tersebut Allah Swt. pun menurunkan ayat 30-31 dari surat An Nuur,” ujarnya panjang lebar.
Kuliah Dhuha itu pun berakhir dengan kesimpulan bahwa dalam pergaulan, mata adalah jendela hati dan jembatan cinta. “Jadi jaga pandanganmu,” begitu kata Kak Arya sambil menutup buku Jangan Nodai Cinta yang dijadikan rujukan pada pengajian itu.
“Mil, semalam aku dapat e-mail dari Si Paul yang mengaku sebagai penggemar rahasiaku. Ini e-mailnya.” Ogi menyodorkan print out e-mail yang dimaksud. Mereka duduk berdua di bawah lemari perpustakaan masjid sekolah.
“Coba aku lihat. Penasaran juga neh jadinya,” Jamil meraih kertas buram yang diberikan Ogi.
“Ini bener dari penggemar rahasiamu, Gi?” Jamil masih belum ngeh.
Ogi hanya menganggukkan kepala. Jamil lalu membaca isinya. Setelah selesai ia melipat kertas.
“Fans kita di jaman dulu memang banyak. Siapa tahu ini memang fans berat kamu Gi. Coba atuh kamu cari tahu informasi tentangnya,” Jamil ngasih saran.
“Cara apa yang menurutmu paling tepat?” tanya Ogi.
“Kirim SMS atau e-mail kepadanya. Suruh ngaku siapa dia sebenarnya. Meski ya…” Jamil nggak ngelanjutin.
“Meski apa Mil?” Ogi cepat memotong.
“Ya, meski nggak terlalu menjamin kalo dia mau ngaku” jelas Jamil sambil melirik arloji di tangan kirimya.
“Aku coba deh,” kata Ogi sambil berdiri mengajak Jamil untuk masuk kelas.
ooOoo
Aula sekolah Ogi udah dipenuhi peserta dialog interkatif remaja itu. Undangan dari berbagai sekolah pun hampir semuanya datang. Kang Hari Mukti yang jadi pembicara di acara itu juga udah duduk manis di depan peserta. Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB. Acara udah siap digelar, Koko tampak bisik-bisik sama Ogi di bangku paling depan. Ogi sempat menggelengkan kepala, tapi kemudian setelah Koko maksa akhirnya ia menganggukkan kepala.
Rupanya Ogi diminta jadi moderator acara itu. Sebenarnya nggak enak juga, masak ketuanya juga dobel-dobel kerjaan ya? Tapi, karena Jamil yang diminta jadi moderator ngedadak kena penyakit MC2 alias mencret-mencret setelah semalam makan pecel lele di warungnya “Arek-Arek”, jadinya kepaksa deh Ogi jadi moderator.
Ogi melangkah gontai menuju kursi di panggung dan duduk di samping Kang Hari Mukti setelah menyalaminya. Acara pun dimulai. Tanpa basa-basi banyak, Ogi mempersilakan mantan penyanyi itu untuk menyampaikan paparannya.
Acara cukup berjalan sukses, dengan gaya yang berapi-api Kang Hari membakar semangat remaja Islam yang hadir di acara itu. Sampe akhirnya beliau ngasih kesimpulan: “…Remaja Islam harus sadar dengan kondisi ini. Tenaga, waktu, semangat, dan pemikirannya dibutuhkan untuk meyakinkan siapa saja bahwa Islam tidak identik dengan kekerasan, apalagi aksi terorisme yang saat ini dituduhkan Amerika. Kita juga harus bisa meyakinkan bahwa Islam adalah ideologi. Jadi, beragam kajian dalam Islam menjadi sangat luas. Tidak hanya sebatas masalah ibadah saja, tapi juga dakwah, syariat, termasuk pemerintahan yang meliputi pengaturan ekonomi, pendidikan, peradilan, budaya, sosial, dan juga politik. Islamlah yang akan menyelamatkan kondisi kehidupan yang sedang mengalami kehancuran ini,” papar Kang Hari di hadapan peserta.
Sesi tanya jawab pun cukup meriah. Baik yang nanya langsung maupun yang kirim lewat e-mail, eh, lewat tulisan. Pokoknya seru deh. Tapi saat Ogi menyeleksi pertanyaan lewat tulisan, matanya terbelalak. Andai peserta nggak fokus ke Kang Hari, kayaknya bisa dengan sukses melihat aksi terkejut Ogi. Yup, Ogi membaca pertanyaan dari seseorang yang mengaku sebagai penggemar rahasianya; “Si Paul”
“Berarti dia ada di sini,” Ogi mulai nggak konsen. Ia coba mencari ke semua peserta, barangkali ada orang yang bisa dicurigai jadi tersangka utama bernama Si Paul itu. Nggak berhasil karena semua mata memandang ke arah Kang Hari. Tapi ada wajah imut berkerudung biru yang sekilas beradu pandang dengan Ogi. Dia ada di pojok kiri ruangan sebelah depan. Jajaran akhwat.
“Ah, aku nggak boleh liar memandang” pikirnya dalam hati. Tapi Ogi pensaran, dan melihat ke arah tadi. Deg, karena si pemilik wajah imut itu masih memandangnya. Kali ini dengan lesung pipitnya saat ia tersenyum. Serrrr.. tapi cepat Ogi beristighfar dan memalingkan muka.
“Inikah penggemar rahasiaku? Ah, nggak mungkin kayaknya. Dia kan pake nama Si Paul,. Berarti laki,” Ogi menepis dugaannya sendiri.
Acara pun bubar dengan perasaan lega para panitia. Tapi tidak dengan Ogi. Ia masih menyimpan rasa penasarannya. Tapi Ogi coba menguburnya.
ooOoo
“Maafkan aku, karena aku tak menjawab pertanyaan yang kamu kirim via SMS dan e-mail tentang siapa aku. Karena aku pikir kamu nanti pasti akan tahu siapa aku. Dan ternyata benar. Siang tadi kamu berhasil melihatku. Akulah yang duduk di pojok kiri paling depan jajaran akhwat. Aku penggemarmu sejak SMP dan terakhir SMU kelas 1. Kebetulan sekolahku tetanggaan dengan sekolahmu. Tetap berjuang untuk Islam, kawan. Oya, namaku adalah Siti Fauziah Ulfah. Nama account e-mailku: Si Paul”
Gubrak. Ogi merasakan jantungnya mau copot setelah membaca e-mail malam itu. Ternyata sang secret admirer itu adalah akhwat. Dan… kiut pula.
“Ah, andai kamu tahu…” Ogi menerawang jauh ke atas langit dari balik jendela rumahnya. Sambil memuji kebesaran Allah, yang menganugerahkan cinta dan segalanya. Diamatinya ribuan bintang, dan hendak menunjuk satu di antaranya.[]
Assalamu’alaikum wr.wb,,,
Ceritanya bgus….,, Salut to penulisnya..!!!!
Yang mmbca sprti ikut mmrankan peran Ogi,, tpi sya msih pnsaran dg crita akhirnya…
Trus berkarya dg crpen-crpen Islami..,,,