Masih Ada Orang Baik

Oleh Umar Abdullah

Di Masa Pemerintahan Amirul Mu`minin Umar bin Khaththab ra ada seorang laki-laki yang membunuh seseorang. Anak-anak korban pembunuhan mengajukan kasus ini ke pengadilan. Oleh Umar sang khalifah, laki-laki pembunuh tersebut diputuskan untuk dijatuhi hukuman mati karena ahlu waris korban tidak mau menerima diat (tebusan), apalagi memaafkan kesalahan si pembunuh.

Laki-laki pembunuh itu pun menerima keputusan hukum Islam atas dirinya berupa hukuman mati. Namun ia keberatan jika hukuman dilakukan hari itu juga. Ia mengajukan penundaan hukuman beberapa hari agar ia bisa memberitahu keluarganya mengenai hukuman yang menimpanya.

Umar tidak bisa menerima permohonannya kecuali jika ada yang menjaminnya. Artinya, jika laki-laki terpidana hukuman mati itu tidak kembali sampai akhir batas waktu yang telah ditentukan, maka penjamin harus menggantikannya menjalani hukuman mati.

Tak disangka, Abu Hurairah yang tidak kenal dengan terpidana menyatakan bersedia menjadi penjaminnya.

Maka pulanglah laki-laki terpidana mati itu ke keluarganya.

Pada hari terakhir dari toleransi waktu yang diberikan Khalifah Umar, lelaki terpidana mati itu belum juga kembali. Hingga waktu menjelang sore mau habis, dia juga belum juga terlihat. Melihat kenyataan tersebut, Abu Hurairah nampak gelisah.

Namun karena Abu Hurairah ra sudah menyatakan kesediaannya menjamin, maka beliau bersiap menggantikannya menjalani hukuman mati. Di saat-saat kritis itulah, tiba-tiba berseru orang dari kejauhan, “Berhenti! Berhenti! Jangan diteruskan!”

Ternyata orang yang berseru itu adalah sang terpidana. Dia baru saja tiba dari kampung halamannya.

Melihat kejadian tersebut, dengan takjub Umar bin Khaththab sang amirul mu`minin bertanya kepada terpidana mati.

“Kenapa kau kembali. Bukankah ada kesempatan bagimu untuk melarikan diri dari hukuman mati ini?” tanya Umar

”Memang betul. Aku bisa saja lari dari hukuman ini. Tapi apa kata orang, jika aku lari, mereka akan mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi di dunia ini laki-laki yang baik,” kata lelaki terpidana mati itu.

Tak kalah takjubnya dengan keputusan Abu Hurairah, Umar bertanya kepadanya.

”Wahai Abu Hurairah, mengapa engkau bersedia menjamin orang itu. Engkau tidak mengenal orang itu dan engkau tahu jika ia tidak kembali maka engkau yang akan menggantikannya menerima hukuman mati?” tanya Umar

”Wahai Amirul Mu`minin, aku khawatir jika tidak ada yang menjaminnya, maka orang-orang akan mengatakan bahwa di dunia ini sudah tidak ada orang yang baik yang mau menjamin saudaranya,” kata Abu Hurairah.

Melihat pemandangan tersebut, para ahlu waris si terbunuh pun memaafkan terpidana mati tersebut.

Masih dengan ketakjuban Umar bertanya ke ahlu waris si terbunuh tersebut, ”Mengapa kalian memaafkan sang pembunuh?”

Mereka menjawab, ”Kami khawatir jika orang-orang mengatakan bahwa di dunia ini sudah tidak ada lagi orang baik yang mau memaafkan saudaranya.” Subhanallaah…[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *