Baju Besi Ideologi

islamideologiSebenarnya statemen ini tercetus dari aktivitas pencarian kader dan pengerahan massa yang sedang dilakukan oleh partai-partai berbasis massa Islam ataupun ormas-ormas yang bertebaran di tengah umat. Bila yang terjadi adalah proses pengkaderan, maka partai akan selektif dalam menerima anggota. Partai akan membina massa dengan ideologi yang diemban partai, kemudian melakukan perekrutan sesuai standar seorang kader. Namun bila targetnya adalah pengerahan massa, maka partai akan mengumpulkan orang-orang di sekitarnya, kemudian merekrutnya sekaligus menjadi anggota. Baik mereka memiliki kelayakan atau tidak. Ideologi  tidak penting. Yang penting adalah besarnya tubuh partai, karena begitu banyaknya anggota.

Di dalam sistem demokrasi, suara rakyat adalah suara tuhan. Penyebutan kata tuhan adalah untuk menunjukkan bahwa demokrasi menthogutkan rakyat. Yang dimaksud rakyat adalah massa terbanyak. Partai yang menceburkan diri ke kancah demokrasi untuk mendulang suara dan memperebutkan suara terbanyak, akan bersentuhan dengan konsep menthogutkan suara rakyat. Akhirnya wajar bila muncul fenomena:

  1. Memberi peluang non muslim (baca: kafir) untuk menjadi kader partai dan layak dipilih dalam pemilihan anggota legislatif
  2. Memberi peluang non muslim untuk menduduki jabatan pemerintahan, bila memang ia mendapatkan suara terbanyak.
  3. Menjadi partai-partai peserta pesta demokrasi sebagai wahana kutu loncat, dengan alasan sekedar kendaraan untuk berdakwah.

Ketiga fenomena di atas akan memberi peluang besar untuk menanggalkan sedikit demi sedikit idealisme ideologi yang sebelumnya pernah diemban. Ideologi itu bagaikan baju besi. Dengan alasan baju ideologi terlalu berat dikenakan dalam sistem demokrasi seperti ini, maka ditanggalkanlah dan cukup berbaju biasa saja. Walhasil di alam demokrasi muncullah statemen:

  1. Kita ini sekedar memanfaatkan alam demokrasi. Dengan frase berbeda yang disebut menikmati demokrasi
  2. Partai-partai hanyalah kendaraan untuk berinteraksi dengan massa
  3. Ideologi yang penting  adalah selalu di hati, walaupun kita berbaju demokrasi
  4. Ini hanya permainan politik sambil menanti situasi tepat untuk meraih kedaulatan

Namun fakta membuktikan bahwa demokrasi ternyata bukan sekedar kendaraan. Demokrasi adalah wadah besar sebuah sistem yang memiliki warna, sehingga sanggup mencelup manusia-manusia yang sudah menanggalkan baju besi ideologi. Demokrasi mampu mencelup mereka yang telah menanggalkan ideologi. Tak heran terjadi fenomena:

  1. Yang disebut ustadz pun bisa korupsi
  2. Yang disebut alim pun terjebak gratifikasi
  3. Yang disebut pimpinan dakwah pun bisa berkolusi
  4. Sederhana ditinggalkan
  5. Kemewahan untuk citra yang lebih elegan

Tulisan ini bukan untuk membicarakan siapa saja yang terlibat atau partai dan kelompok mana saja yang terkena. Ini hanya untuk menguatkan pemahaman kita bahwa demokrasi adalah wadah pencelup yang ampuh bagi siapapun yang menthogutkan suara rakyat. Yah, baju besi ideologi memang berat untuk dikenakan. Tetapi beginilah beratnya hidup di akhir zaman. Yang dengan beratnya ini, semoga kita semua senantiasa sabar mengenakannya dan selalu mengharapkan petunjuk dan rahmat. Akhirnya, berdakwahlah, tanpa kompromi dengan demokrasi, dan tanpa melepaskan baju besi ideologi. [LM, 9/11/2013]

*foto dari sini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *