Dakwah Bukanlah Hiburan

orang-duduk-menonton-tv-ilustrasi-_120711083637-383Ada baiknya kita mengetahui definisi dakwah. Nah, kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (alias pelaku) adalah da’i yang berarti pendakwah. Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam disebutkan makna da’i sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya.

Itu secara bahasa, bagaimana secara istilah (syar’i)? Secara istilah, dakwah berarti ajakan kepada orang lain, baik dengan perkataan maupun perbuatan, kepada kebaikan (al-khair), menyuruh orang lain untuk mengerjakan hal-hal yang berpahala (al-ma’ruf), serta mencegah orang lain untuk melakukan hal-hal yang berdosa (al-munkar). Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. (yang artinya) “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran [3]: 104)

Islam adalah agama dakwah. Salah satu inti dari ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Kepedulian terhadap dakwah jugalah yang menjadi trademark seorang mukmin. Artinya, orang mukmin yang cuek terhadap dakwah berarti bukan mukmin sejati. Sebaliknya, Allah Ta’ala memuji aktivitas mulia ini dalam firmanNya:”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim”  (QS Fushshilat [41]: 33)

Nah, karena dakwah harus menyeru kepada yang ma’ruf sekaligus mencegah orang berbuat munkar, atau mengingatkan orang ketika berbuat munkar, maka sudah pasti benturannya juga kuat. Ingat ya, bagaimana beratnya dakwah Rasulullah saw. di Makkah. Jika Anda sempat membaca Sirah Nabawiyah, akan tahu dimana pahit getirnya Rasulullah saw. dan para sahabat ketika mengajak masyarakat Quraisy untuk meninggalkan kekufuran dan mengganti keimanan mereka dengan Islam. Dakwah Islam yang disampaikan oleh Rasulullah saw. tak memaksa orang untuk masuk Islam, tetapi dengan cara berdialog, mengajak berpikir dan akhirnya mereka yang masuk Islam adalah orang-orang yang sudah rela karena kesadarannya, bukan terpaksa.

Meskipun Rasulullah saw. dan para sahabat melakukan dakwahnya tanpa kekerasan, tetapi perlawanan dari kaum Quraisy adalah dengan kekerasan. Beberapa sahabat Rasulullah saw. disiksa dan dan bahkan dibunuh oleh pembesar Quraisy agar masuk kembali ke ajaran nenek moyangnya. Bahkan Rasulullah saw. sendiri pernah diminta menghentikan dakwah oleh Abu Jahal dan para begundalnya melalui lisan Abu Thalib, pamannya. Tetapi, apa jawaban Rasulullah saw.?

Rasulullah saw. berkata kepada pamannya: “(Paman), demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (dakwah) ini, aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah meme­nangkan agama ini atau aku hancur karenanya.”

Semoga kita bisa meneladani beliau dalam dakwah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar. Insya Allah kita bisa.

Tetapi kalo kita lihat kondisi sekarang, dakwah ternyata tak lebih dari sekadar hiburan, bahkan ditempelkan ke dalam acara-acara yang sejatinya tak islami. Kesempatan para mubaligh di layar kaca untuk nahi munkar nyaris tipis, atau bahkan sudah tidak mungkin lagi. Selain itu, ketika dakwah dicampur dengan hiburan, sejak saat itu dakwah sudah kehilangan tujuan utamanya untuk menyeru agar manusia berbuat baik dan tidak melakukan kemunkaran. Ironi yang entah sampai kapan bisa berakhir.

Salam,
O. Solihin
Ingin berkomunikasi dengan saya? Silakan via Twitter di @osolihin

*Gambar dari sini

1 Comment

  1. ia, sungguh miris sekali melihatnya. Bahkan dakwah di tv2 sekarang, lbh banyak ketawanya ketimbang mengajak kpd ketakwaanya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *