MEDIAISLAMNET.Com — Indonesia termasuk negara yang jumlah penduduk miskinnya besar. Sebagai negara muslim, tentu banyak kaum muslimin yang menyadari bahwa menyantuni fakir miskin adalah kewajiban mereka yang mampu atau berharta. Hal ini ternyata dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk menumpuk harta. Diantaranya menjadi pengemis profesional. Tentunya ini menjadi persoalan tersendiri bagi kaum muslimin. Di samping menurunkan produktivitas umat, juga menyebabkan orang-orang yang bersedekah menjadi tidak tepat sasaran.
Fenomena pengemis profesional
Istilah ini ditujukan bagi orang-orang yang menjadikan perbuatan mengemis itu profesi. Padahal sebenarnya mereka itu kaya. Pendapatannya besar, lebih besar dari UMR atau bahkan ada yang lebih besar dari gaji guru yang pegawai negeri. Mereka menjadikan meminta-minta kepada orang lain sebagai pekerjaan tetap. Dan ternyata ada yang terungkap bahwa meminta-minta itu menjadi bisnis besar yang dikelola. Bisnis ini memanfaatkan keinginan besar dari umat Islam yang suka bersedekah kepada peminta-minta. Biasanya semakin marak menjelang bulan Ramadhan atau Hari Raya Idhul Adha
Pengemis itu kaya, menurut media massa, untuk kota Jakarta saja, seorang pengemis sedikitnya bisa mendapat Rp 30 ribu, dan jika beruntung dapat Rp 280 ribu sehari. Bahkan ada yang bisa menangguk Rp 8,4 juta sebulan, setara dengan gaji kantoran di ibukota.
Kota sasaran pengemis adalah kota metropolitan seperti Jakarta dan Surabaya. Seperti yang dimuat di Jawa Pos, Cak To, dengan bangga pamer bahwa penghasilannya Rp 6-9 juta sebulan, memiliki mobil CRV dan tanah seluas 400 m2 di Surabaya dari mengemis!
Dalam sebuah tulisan di Kompasiana berjudul Bangsa Ini Sakit Kemiskinan Pun Jadi Komoditas, ada semacam LSM yang mendatangi seorang anak yang suka mengemis di Jakarta. Anak ini, bernama Tasya. Anak perempuan usia SD, dengan kondisi sangat memprihatinkan, kurus tinggl tulang dan bisa dipastikan ia menderita malnutrisi parah. Kemudian aktivis LSM itu mengajak anak tadi ke rumah agar bisa diobati. Ternyata anak ini punya keluarga, ayah, ibu, dan saudara-saudaranya di perkampungan kumuh Jakarta. Tidak terduga, ternyata orang tuanya tidak mau anak ini diobati. Setelah diusut, ternyata anak ini adalah tulang punggung keluarga. Dengan mengamen sambil mengemis, ia bisa mendapatkan banyak uang. Dalam seminggu bisa sampai sejuta. Kalau sebulan berarti empat juta. Walaupun mereka tinggal di daerah kumuh, tapi isi rumahnya sangat mengejutkan aktivis LSM tersebut. Ada kulkas besar, TV flat 40 inch lengkap dengan subwoofer, yang jumlahnya saja dua. Bisa jadi termasuk barang mewah, yang bisa jadi jauh dari daya beli sang aktivis. Ternyata Tasya diperlakukan sebagai komoditas oleh orang tuanya. Singkat cerita setelah didesak, karena bisa menjadi delik aduan penganiayaan terhadap anak, maka Tasya ini akhirnya dibolehkan dibawa untuk diobati. Jadi begitulah fenomena pengemis profesional di negeri ini.
Profesi ilegal
Berapa kira-kira jumlah pengemis profesional? Tak ada datanya, karena memang ini bukan profesi legal. Mereka ini kita temui dengan mudahnya di perempatan jalan, di keramaian, di rumah-rumah ibadah. Memasuki bulan Ramadhan, apalagi menjelang lebaran, ibukota dibanjiri pengemis. Seolah-olah mereka menyambut kaum muslimin yang sedang berusaha membersihkan hartanya melalui zakat dan sedekah.
Siapa saja mereka? Biasanya mereka adalah orang yang tidak suka bekerja keras. Seorang pekerja keras, tak aka menyerah dalam kondisi apapun dan di manapun. Faktor pendidikan dan budaya juga mempengaruhi. Akhirnya meminta-minta menjadi karakter yang sudah menjadi biasa. Hal yang seharusnya malu, akhirnya tidak malu lagi.
Contoh hilangnya rasa malu berstatus pengemis adalah sebuah desa di Sumenep yang mayoritas (80%) penduduknya mengemis. Sekalipun mengemis, tetapi mereka punya rumah, tanah, kendaraan dan bisa naik haji. Profesi mengemis hanya mereka tinggalkan kalau sudah naik haji, namun profesi ini akan dilanjutkan oleh anak-anaknya.
Mengemis itu haram
Bagi seorang muslim, haram hukumnya mengemis, apalagi menjadikan mengemis sebagai profesi. Selama fisik masih mampu, pekerjaan apapun bisa dilakukan, yang penting halal. Misalnya mengumpulkan kaleng dan kardus bekas, menjadi pembersih jalan atau buruh bangunan di proyek-proyek jalanan. Bagi perempuan, dia bisa mencucikan baju atau membersihkan rumah. Tetapi ini untuk orang-orang bermental pengemis, dipandang terlalu lama untuk bisa kaya.
Yang bisa kita lakukan adalah menjelaskan kepada kaum muslimin agar mereka takut terhadap ancaman dalam hadits ini
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.”
Apa artinya kekayaan bila hanya mendatangkan kesengsaraan di akhirat. Apalagi para pengemis gadungan ini seringkali melakukan penipuan, dengan luka-luka dan cacat buatan, dengan bayi-bayi sewaan, dengan anak-anak sebagai komoditas, sebagaimana yang terjadi pada kasus Tasya. Mereka menjadi penipu, tidak sekedar peminta-minta.
Problem negara
Menyelesaikan persoalan pengemis profesional ini bukan hanya dengan memberikan bimbing dan pengarahan kepada masyarakat. Selalu ada kalangan umat yang malas, yang nakal, yang tidak peduli tuntunan syariah, yang membangkang dan yang melanggar. Problem sosial ini tidak hanya diselesaikan dengan edukasi semata. Negara harus turun tangan menangani problem semacam ini. Selayaknya negara-negara yang berpenduduk muslim dan pemimpin yang muslim, menerapkan hukum syariat yang mampu mengatasi masalah ini. Rakyat harus dipahamkan tentang Islam dan syariatnya, negara memberi peluang pekerjaan bagi rakyatnya, negara harus menerapkan sistem perekonomian yang akan membereskan problem ini hingga tuntas ke akarnya, negara harus memberikan sanksi kepada yang melanggar. Hanya Negara Khilafah Islamiyah sebagai solusi yang sempurna. Mari kita memberikan pencerahan kepada masyarakat muslim tentang solusi Islam ini sambil bergerak bersama seluruh kaum muslimin menuju kesempurnaan penerapannya. [LM]
*Gambar di ambil dari sini