Zakat Fithri untuk Kerabat Sendiri yang Miskin

Tanya:

Asalam waalaikum, ustad, nama saya Tedy dari Palembang, saya mau tanya, kalu mau memberi zakat pitra itu sebaiknya diberikan pada orang lain atau sama keluarga sendiri, karena keluarga saya itu juga miskin, terima kasi, wasalamu alaikum (+6281930604xxx)

Jawab:

Waslm. Wr. wb.

Istilah yang benar untuk zakat yang dikeluarkan pada saat tibanya tanggal 1 Syawwal setelah selama Bulan Ramadlan melaksanakan kewajiban shaum, adalah zakat fithri (زَكَاةُ الْفِطْرِ) atau shadaqah fithri (صَدَقَةُ الْفِطْرِ) dan bukan zakat fitrah. Kedua istilah itulah yang benar karena selain sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Arab juga ditunjukkan oleh dalil yakni banyak hadits antara lain:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ (رواه البخاري

Dari Ibni Umar ra menyatakan bahwa Rasulullah saw telah memfardlukan zakat fitri sebanyak satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum atas kaum muslim baik itu hamba sahaya, manusia merdeka, pria, wanita, anak-anak maupun orang dewasa. Dan beliau memerintahkan supaya zakat tersebut dikeluarkan sebelum keluarnya manusia menuju tempat shalat (Idul Fitri)

عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي سَرْحٍ الْعَامِرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ كُنَّا نُخْرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ (رواه البخاري

Dari ‘Iyadl bin Abdillah bin Sa’ad bin Abi Sarh Al-‘Amiriy bahwa dia mendengar Abu Sa’iid Al-Khudriyyi ra menyatakan : kami biasa mengeluarkan zakat fitri sebanyak satu sha’ makanan atau satu sha’ gandum atau satu sha’ kurma atau satu sha’ aqith atau satu sha’ kismis

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا نُعْطِيهَا فِي زَمَانِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ (رواه البخاري

Dari Abi Sa’iid Al-Khudriyyi ra menyatakan : kami memberikannya (zakat fitri) pada zaman Nabi saw sebanyak satu sha’ makanan atau satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum atau satu sha’ kismis

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ عَلَى الصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ وَالْحُرِّ وَالْمَمْلُوكِ (رواه البخاري

Dari Ibni Umar ra menyatakan bahwa Rasulullah saw telah memfardlukan shadaqah fitri atas anak-anak, orang dewasa, orang merdeka maupun hamba sahaya sebanyak satu sha’ gandum atau satu sha’ kurma

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنْ الصَّدَقَاتِ (رواه ابو داود

Dari Ibni Abbas berkata bahwa Rasulullah saw telah memfardlukan zakat fitri sebagai pember-sih bagi orang-orang yang melaksanakan shaum dari perbuatan lagha dan rafats, serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Siapa saja yang melakukannya sebelum shalat (Idul Fitri) maka itulah zakat yang diterima dan siapa saja yang melakukannya setelah shalat (Idul Fitri) maka itu sekedar shadaqah biasa

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنْ الصَّدَقَاتِ (رواه ابن ماجه

Dari Ibni Abbas berkata bahwa Rasulullah saw telah memfardlukan zakat fitri sebagai pember-sih bagi orang-orang yang melaksanakan shaum dari perbuatan lagha dan rafats, serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Maka Siapa saja yang melakukannya sebelum shalat (Idul Fitri) maka itulah zakat yang diterima dan siapa saja yang melakukannya setelah shalat (Idul Fitri) maka itu sekedar shadaqah biasa

Oleh karena itu, kita selaku umat Islam wajib hanya menggunakan istilah yang ditunjukkan oleh dalil-dalil tersebut untuk menyebut zakat yang dikeluarkan saat tanggal 1 Syawwal, yakni istilah zakat fitri atau shadaqah fitri dan bukan zakat fitrah karena istilah ini adalah salah.

Mustahiq zakat fitri berbeda dengan zakat maal karena hanya satu golongan saja yakni orang-orang miskin berdasarkan bagian hadits : وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ (serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin) yang ada dalam riwayat Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah. Orang-orang miskin yang dimaksudkan adalah bersifat mutlak baik dari kalangan ahli waris, kerabat dan keluarga maupun dari kalangan orang lain. Lalu karena adanya hadits :

حَدَّثَنَا يَزِيدُ حَدَّثَنَا بَهْزُ بْنُ حَكِيمِ بْنِ مُعَاوِيَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَبَرُّ قَالَ أُمَّكَ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمَّكَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمَّكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبَاكَ ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ (رواه احمد

Menceritakan kepada kami Yazid, menceritakan kepada kami Bahz bin Hakim bin Mu’awiyah dari bapaknya dari kakeknya berkata : saya bertanya, wahai Rasulullah kepada siapakah saya harus berbuat baik? Beliau menjawab : ibumu. Saya pun bertanya lagi : kemudian kepada siapa lagi? Beliau menjawab : ibumu. Dia (sang kakek) berkata : saya pun bertanya lagi, wahai Rasulullah kemudian kepada siapa lagi? Beliau menjawab : ibumu. Dia (sang kakek) berkata : saya bertanya lagi, kemudian kepada siapa lagi? Beliau menjawab : kemudian kepada bapak-mu lalu begitu seterusnya yang paling dekat adalah diutamakan.

maka bagian hadits ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ (lalu begitu seterusnya yang paling dekat adalah diutama-kan) menunjukkan bahwa orang miskin yang harus diutamakan untuk diberi zakat fitri adalah dari kalangan ahli waris, kerabat dan keluarga, sebelum diberikan kepada orang lain. [Ust. Ir. Abdul Halim]