“Kumpul-kumpul sambil makan rujak emang enak, tapi kumpul-kumpul sambil bikin cerita lebih enak lagi, apalagi ceritanya keren-keren kayak di buku ini. Saya bacanya aja sambil cengar-cengir sendiri, seru banget, soalnya saya bacanya sambil makan rujak juga, sih! Hehe, jadi sambil nahan pedes!” [Boim Lebon, penulis cerita anak & remaja, produser TV]Read More →

Menulislah, dan biasakan terus menulis. Rasanya sudah terlalu sering saya menyampaikan kalimat motivasi ini di berbagai workshop menulis dan juga di buku Menjadi Penulis Hebat yang saya terbitkan di tahun 2003 lalu.Read More →

Bagi para pemula yang hendak menulis, jangan terlalu lama berpikir soal ide dan tema apa yang hendak ditulis. Lakukanlah sebuah coretan kecil di kertas. Atau langsung tulis saja di papan ketik sesuatu yang menurut kita perlu ditulis. Hal yang ringan saja. Hal yang kecil yang bisa kita kuasai.Read More →

Memang, menulis bukan satu-satunya cara untuk melakukan perlawanan, tetapi menulis bisa menjadi satu cara untuk tetap menumbuhkan semangat perlawanan. Saat kita terdesak tak punya saluran untuk menyuarakan pendapat kita, menulis menjadi media untuk menggelontorkan gagasan dan pendapat kita agar dibaca banyak orang. Read More →

Menulis pun bagi kita semestinya diniatkan untuk berbagi. Ya, sekemampuan kita. Sebab, adakalanya untuk menjelaskan sesuatu kita butuh detil dan pemaparan fakta. Dan, itu tentunya harus dituliskan. Bukan dikatakan. Bahkan bila perlu dilukiskan dengan rangkaian kata yang indah untuk menjelaskan suatu definisi atau makna.Read More →

“Pagi, Om!” permulaan yang salah. Papa benci dipanggil Om karena itu mengingatkannya sama usianya yang udah tua. “Saya Lando, temen Rhein. Coverboy.” Seakan-akan fakta punya tampang super keren itu, bisa ngerubah mata Papa yang mulai menyipit muak.Read More →

Malam itu Lupita dan Betty main ke rumah Marni. Sekalian jenguk ibu Marni yang sakit, mereka juga mau ngobrol lebih panjang tentang penampilan Marni tadi siang. Itu sih yang jadi niat awal.Read More →