Hari Senin ini juga menyebalkan buat Ayuni. Kekesalan dirasakannya dua ratus kali lebih lagi! Kesal karena ditegur Bu Tari soal dandanannya. Untung Ayuni bisa menahan diri. Diam, sambil sok manggut-manggut nurut. Coba kalau enggak, bisa bernasib sama dengan Joan. Gitu pikir Ayuni. Eh, habis Bu Tari ternyata ada yang ikutan kasih nasihat.Read More →

”Ck, ah! Elo lebai deh! Elo tuh cuma harus lebih ati-ati kalau naruh apa-apa! Kalau perlu elo pasang alarm keplok-keplok di kacamata lo. Jadi, tiap elo lupa naruh, elo tinggal keplok-keplok, tepuk tangan. Alarm di kacamata lo kan entar respon tuh. Bunyi. Jadi lebih gampang tahu posisinya.”Read More →

Gundukan tanah merah masih basah ketika ia berdiri di sana. Bapaknya mati malam tadi. Kabarnya karena bapaknya itu berkelahi dengan seseorang yang wilayah ngamennnya diambil tanpa ijin yang bersangkutan. Dia sesaat masih berdiri menangis gundah. Bukan untuk bapaknya yang memang dulu sering berubah kejam.Read More →