Tatkala salah seorang di antara para pemuda itu keluar dari gua menuju ke kota mencari makanan untuk kawan-kawannya, ia menyamar dengan tidak melalui jalan-jalan umum. Ia tercengang ketika melihat beberapa bangunan kota yang tidak pernah dikenalnya. Begitu pula ketika bertemu dan berpapasan dengan orang-orang yang tidak pernah dikenalnya.Read More →

Bersama para pemuda tersebut berhijrah meninggalkan kaumnya ikut juga seekor anjing. Anjing yang menjadi sahabat para pemuda ashhabul Kahfi itu menjadi penjaga di muka pintu gua dengan menjulurkan kedua lengannya, sebagaimana biasanya anjing-anjing berbuat di muka pintu rumah majikannya. Syu’aib al-Jiba’i mengatakan bahwa anjing tersebut dinamakan Himr.Read More →

Para pemuda ini melihat kaumnya menyembah berhala dan patung-patung sebagai tuhan-tuhan mereka dan menyediakan binatang-binatang sembelihan bagi tuhan-tuhan itu di hari-hari besar mereka sebagai korban. Mereka merasa tidak patut patung-patung dan arca-arca itu dianggap sebagai tuhan, disujudi, disembah dan disembelihkan binatang-binatang korban atas namanya.Read More →