Mengapa Harus Koar-koar tentang Poligami?

Menanggapi banyaknya tanggapan berupa pertanyaan ataupun statemen tentang poligami yang diposting dalam akun-akun FB kami, maka berikut ini pembahasan yang sempat terdiskusikan di antara kami:

Tanya: Mengapa harus koar-koar tentang poligami. Pilihan poligami seharusnya dilakukan secara individual-individual saja yang senang-susahnya dinikmati sendiri-sendiri saja. Bukankah ini hukum yang mubah. Masih banyak hukum penting lain seperti kewajiban-kewajiban yang harus dibahas?

Jawab: Pilihan membahas poligami, bukan berarti kami meninggalkan pembahasan hukum-hukum lainnya. Sebagaimana contoh, tulisan-tulisan gaulislam yang telah berumur lebih dari 10 Tahun dengan jumlah 522 edisi (hinga pekan ini), selalu memuat pembahasan yang berbeda sesuai dengan problem anak khususnya yang sedang marak di Indonesia atau dunia. Demikian juga pembahasan dalam akun-akun kami, lebih membahas tentang bagaimana membangun Samara dalam keluarga yang diikuti oleh keluarga-keluarga muda umumnya.

Pada hari tertentu kami membahas siroh shohabiyah agar terbentuk pemahaman dan penjiwaan yang kuat terhadap perjuangan Rasulullah Saw yang menjadi panutan dan suri teladan kita, khususnya dalam melanjutkan perjuangan beliau menyebarkan Islam kepada sesama.

Pendekatan terhadap sosok dan karakter shohabiyah pilihan adalah agar kami bisa memandang mercusuar-mercusuar keteladanan sosok-sosok muslimah sholihah, ibu teladan, pembelajar ilmu yang unggul dan pejuang Islam sejati.
Bahkan apa yang tertulis dalam akun yang lain seperti pesantren media, sama sekali tidak membahas tentang poligami.

Pembahasan poligami mencuat atas keprihatinan kami menyaksikan gencarnya serangan syaithan-syaithan la’natullah ‘alaih yang begitu gembiranya karena mendapatkan peluang menghancurkan salah satu hukum Islam yang menjadi celah untuk mengikis aspek keimanan umat Islam.

Bila Islam memiliki banyak pintu, kemudian pasukan syaithan sedang menyerang sebuah pintu, maka apakah kita yang mengetahuinya akan membiarkan. Kita biarkan syaithan-syaithan sibuk dengan memasuki celah pintu tersebut sementara kita hanya merasa perlu mengurusi pintu-pintu yang lain dengan membiarkan syaithan-syaithan masuk lalu mengganggu keluarga kita yang masih lemah imannya.

Dalam persoalan poligami ini, syaithan begitu lihai membuat manusia mengkufuri ni’matNya dengan memandang buruk sebagian syariatNya dan TaqdirNya.

“Syaithan berkata: Karena Engkau (Allah) telah menghukum aku, maka aku akan duduk mengganggu mereka dari jalanMu yang lurus. Kemudian aku pasti akan mendatangi mereka dari hadapan dan dari belakangnya, dari kanannya dan dari kirinya. Dan Engkau tidak akan dapati kebanyakan mereka itu menjadi orang-orang yang bersyukur.” (Terjemahan Surat Al A’raf 16-17)

Pandangan negatif dan terlebih lagi praktek yang salah dari poligami, hendaknya tidak dibiarkan oleh orang-orang yang berilmu dan diberikan hikmah atas ilmu tersebut. Yang dimaksud dengan ilmu adalah pengetahuan terhadap hukum-hukum yang terkait dengan pelaksanaan poligami yang benar sesuai tuntunan Rasulullah Saw. Yang dimaksud dengan hikmah salah satunya adalah wujud keyakinan terhadap adanya syariat Allah Ta’ala tentang hal tersebut yang membuat seorang hamba mampu merasakan manfaat, faedah dan kebahagiaan dalam pelaksanaan hukum Allah tersebut, sehingga memudahkan mereka menjadi orang-orang yang bersyukur.

”Allah menganugrahkan AL- HIKMAH kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi AL-HIKMAH itu, ia benar-benar telah dianugrahi KARUNIA yang BANYAK. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.” (QS Al Baqarah : 269)

Hikmah bisa didapat dari siapa saja dan dalam peristiwa apa saja.

“Ambillah hikmah yang kamu dengan dari siapa saja, sebab hikmah itu kadang-kadang diucapkan oleh seseorang yang bukan ahli hikmah. Bukankah ada lemparan yang mengenai sasaran tanpa disengaja?” (HR. Al-Askari dari Anas ra)

(Bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *