Asma binti Abu Bakar radhiallahu ‘anha

(Keteladanan Sepanjang Sejarah Kehidupannya Bag. 1)

By: Lathifah Musa

Bercermin dari kehidupan yang penuh berkah dari ibunda Asma Binti Abu Bakar ra. Kita bisa mempelajari perjalanan hidup seorang wanita sholihah sejak dari usia beranjak baligh sebagai seorang gadis muda yang luar biasa tegar, hingga wafatnya sebagai teladan utama seorang Ibu Pejuang pada usia sekitar 100 tahun. Setiap periode kehidupannya menorehkan tinta emas dalam Sejarah Perjuangan Islam di Masa Awal. Berikut sekelumit catatan sejarah kehidupannya yang masyhur.

  1. Asma ra lahir di Kota Mekah sekitar 27 tahun sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah. Jika dibuat nomor urut orang-orang yang pertama masuk Islam, maka Asma berada pada urutan ke-18. Dengan demikian Asma termasuk As Sabiquunal Awwaluun.
  2. Pada saat Rasulullah Saw hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar ra, Asma membantu menyiapkan perbekalan yang akan dibawa oleh Rasulullah Saw dan Ayahnya. Ia mengunakan selendang pinggangnya untuk mengikat perbekalan, dengan membelahnya menjadi dua. Maka sejak itu Rasulullah Saw mendoakannya agar Allah SWT menggantinya dengan dua selendang di surga. Setelah itu Asma digelari Dzaatun Nithaaqain (pemilik dua selendang).
  3. Di malam hari yang gelap dan sunyi, Asma membawa makanan dan menempuh perjalanan yang terjal dan jauh serta mendaki gunung yang cukup tinggi untuk mencapai Gua Tsur, tempat dimana Rasulullah Saw dan Abu Bakar ra bersembunyi sambil menunggu situasi aman untuk melanjutkan perjalanan hijrah ke Madinah.
  4. Asma kemudian menyusul hijrah ke Madinah dalam keadaan hamil anak pertama, Abdullah bin Zubair ra. Asma menuturkan, “Aku bertolak ke Madinah saat kandunganku sudah tua (9 bulan). Setibana di Madinah, aku tinggal di Quba, dan di sinilah aku melahirkan. Aku membawa bayiku kepada Rasulullah Saw dan meletakkannya di pangkuan beliau. Rasulullah Saw meminta sebutir kurma lalu mengunyahnya. Kemudian beliau memasukkan ludahnya ke mulut bayiku, hingga makanan pertama yang masuk adalah ludah Rasulullah Saw, lalu beliau mentahniknya, mendoakannya dan memberkahinya. Bayiku adalah bayi pertama yang lahir dalam sejarah Islam (setelah hijrah). Abdullah dididik untuk menyukai segala bentuk ketaatan. Asma menjelaskan sifat-sifat putranya, “Ia selalu shalat di malam hari, berpuasa di siang hari dan dijuluki hamamatul masjid (burung dara masjid)…”. Dalam pernikahannya dengan Zubair bin Awwam salah seorang Pahlawan Islam yang dijuluki Hawari (Pengawal) Rasulullah Saw, Asma melahirkan Abdullah, Urwah, Al Mundzhir, Ashim, Ummu Hasan dan Aisyah.
  5. Sifat kedermawanan ayahnya, Abu Bakar As Shiddiq menurun pada Asma. Walaupun Zubair miskin, tapi Asma tetap dermawan dan suka memberi. Asma berkata kepada putra putri dan keluarganya, “Biasakan dirimu memberi dan bershadaqah tanpa menunggu punya harta lebih. Sebab, jika kalian menunggu puna harta lebih, maka kalian tidak akan pernah meraih keutamaan. Dan jika kalian bershadaqah maka kalian tidak akan merasa kehilangan.” Asma ra berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, aku tidak punya harta sedikitpun kecuali yang diberikan oleh Zubair. Apakah aku tetap bershadaqah.” Rasulullah S aw bersabda (yg maknanya), Bershadaqahlah dan jangan menyimpan sesuatu, sehingga Allah akan menyimpan pemberiannya kepadamu.” (Muttafaq Alaih). Sejak itu Asma selalu memberi dan tidak pernah lupa pesan Rasulullah Saw.

(Sumber: 35 Sirah Shahabiyah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *