Aku bertanya, kelakkah aku cemburu pada bidadari? Karena ia adalah sejenis perempuan suci dengan keindahan tingkat tinggi yang akan mendampingi suamiku bila kelak menghuni surga.
Sejujurnya aku belum pernah mencemburuinya. Lalu aku berfikir, mengapa aku tak mencemburui bidadari? Entahlah, hingga kini aku benar-benar belum mengerti.
Membaca berita-berita pasti tentang bidadari yang disampaikan oleh Al Qur’an mulia. Keindahannya yang memikat mata, kesuciannya yang dikabarkan para penghuni langit dan kecantikannya yang tak hentinya membuat terpesona, kini membuat aku menangis, menangis dan menangis sejadi-jadinya di hadapan Rabbku.
Memohon kepada Allahu Rabbul Izzati, dengan penuh pengharapan dan ampunan atas kerendahan diriku di hadapanNya. Agar dia menganugerahkan bidadari-bidadari surga kepada suamiku tercinta. Sebagai bukti atas ketulusan cintaku dan keikhlasan baktiku.
Kembali setiap berhenti di ayat bidadari, maka mengalirlah air mataku bagai tak ingin berhenti. Mengharapkan suamiku menjadi penghuni surga dan dengan demikian akan bertemu para bidadari. Sebagai bukti besarnya cintaku padanya, agar ia terbebaskan dari beratnya neraka.
Ayat-ayat bidadari membuatku kembali selalu menangis dan menangis. Memohon ampunan atas segala kehinaan diriku di hadapan Rabbku. Memohon belas kasihNya, untuk memberikan kemuliaan yang tinggi kepada suamiku, hingga ia layak bertemu para bidadari. Perempuan-perempuan suci yang tak pernah dilihat mata dan tersentuh siapapun. Karena bidadari hanyalah tercipta untuk laki-laki mulia yang menghuni surga.
Cemburukah aku pada bidadari? Tidak. Semata karena cintaku pada suamiku, adalah karunia cinta dari Robbku kepada hambaNya yang beriman, taat dan mencintai istrinya dengan sepenuh hati.
Ya Allah ya Robbi. KepadaMu bermuara segenap cintaku. Perkenankanlah aku menjadi istri dan kekasih yang akan mengantarkan suamiku menjadi laki-laki penghuni surga. Dan Engkau memberi karunia kepadanya dengan para bidadari surga. Aamiin [Lathifah Musa]