Mengajak Anak Berdoa

Oleh Ida S Widayanti*

Seorang anak taman kanak-kanak menangis saat akan ditinggal ibunya pergi ke luar kota. Ia takut ibunya tidak kembali. Lalu sang ayah mengajaknya berdoa, dan memberi keyakinan bahwa doa akan didengar dan dikabulkan Allah. Kemudian anak itu memejamkan mata dan mengangkat tangannya lalu berdoa dengan sungguh-sungguh. Usai berdoa si anak merasakan bahwa perasaannya nyaman. Saat ibunya kembali, ia sangat bahagia karena merasa doanya dikabulkan Allah.

Sejak itu, setiap akan bepergian anak tersebut selalu mengingatkan untuk berdoa, “Ummi, jangan lupa sebelum naik pesawat, baca doa!” katanya. Ada kalanya si ibu sudah di dalam mobil hendak berangkat, si anak masih sibuk mengingatkan ibunya untuk berdoa. Dia belum puas kalau belum melihat ibunya mengangkat tangan dan mulutnya belum tampak komat kamit. Pernah suatu kali, ibunya akan berangkat ke luar kota, sang anak khawatir ibunya lupa berdoa. Ia berkata, “Ummi, aku tahu bagaimana caranya supaya Ummi tidak lupa, dari sekarang aku mau kirim sms (pesan singkat) pakai HP Abi, ‘Ummi jangan lupa berdoa ya’!”

Kisah tersebut sebuah ilustrasi untuk menanamkan keyakinan pada anak akan kekuatan berdoa. Bisa ditanamkan dalam banyak aspek kehidupan. Tak ada satu kegiatan pun dalam ajaran Islam yang tidak melibatkan aktivitas berdoa. Ada kalanya anak kecil takut ke kamar mandi sendirian, maka dengan kalimat yang lembut kita bisa menjelaskan apa fungsi dan pentingnya kamar mandi, juga ajakan berdoa setiap sebelum masuk dan keluar kamar mandi.

Mengapa berdoa memberikan ketenangan? Menurut sebuah penelitian, di dalam pembuluh darah kita terdapat hormon penanggulangan stres bernama kortisol. Jika kita mengalami stres, tubuh secara otomatis menaikan kadar kortisol agar organ dalam diri kita tidak rusak.

Namun, tingginya kadar kortisol dalam waktu yang lama dapat menyebabkan beragam penyakit, seperti diabetes, kolesterol, juga penuaan dini. Karena itu, perlu segera diturunkan oleh oksitoksin yang bisa diproduksi oleh tubuh kita. Caranya, dengan membuat suasana yang tenang atau hati yang tentram.

Menurut Kazuo Murakami, Ph.D seorang ahli genetika dunia dalam bukunya The Divine Message of the DNA, Tuhan dalam Gen Kita, memperkenalkan konsep tombol on/off yang diatur oleh gen-gen. Menurut risetnya, nyala-padamnya tombol gen ini terutama dipengaruhi oleh pikiran. Kondisi mental, emosi, dan pikiran dapat mengaktifkan atau menonaktifkan gen-gen yang positif. Dengan demikian jika kita melatih hati dan pikiran dengan teknik seperti berdoa, maka potensi positif yang selama ini tertidur di dalam gen kita akan menjadi aktif.

Jauh sebelum penelitian tersebut dilakukan, Allah telah menyatakan di dalam al-Qur`an surat ar-Ra’d [13] ayat 28, bahwa dengan mengingat Allah (zikrullah), hati menjadi tentram.

Dengan demikian kegiatan berdoa akan menjadi obat anti stres. Jika kita fokus berdoa akan menghadirkan ketenangan. Terlebih jika kita dapat memaknai bacaan doa, maka akan memberi manfaat pada tubuh.

Hidup tak selalu mudah, selalu banyak ujian dan tantangan. Dengan demikian membangun keyakinan akan kekuatan doa, dan membiasakannya dalam seluruh aktivitas keseharian sangat penting bagi anak-anak. *Penulis buku Mendidik Karakter dengan Karakter. [Sumber Tulisan: SUARA HIDAYATULLAH-OKTOBER 2014]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *