MuslimahWebID–Seorang ibu mengeluhkan masalah bahasa anak-anaknya yang kasar. Kebetulan ibu yang mengeluhkan ini tinggal di lingkungan yang memang bahasanya cenderung lebih kasar daripada bahasa yang digunakan keluarganya sehari-hari.
Memang betul, siapa yang paling berpengaruh kepada anak, adalah siapapun yang palin dekat dengan anak. Di sinilah kita harus menyadari siapa dan apa yang paling dekat pada anak. Anak-anak kecil ini bagaikan radar yang menangkap dengan cermat dan cepat segala hal yang didengar dan dilihatnya. Dan inilah nanti yang mempengaruhi lingkungannya. Makanya ketika anak-anak dekat dengan lingkungannya, lebih sering berinteraksi dengan kawan-kawannya, maka anak akan seperti mereka. Demikian pula kalau anak dekat dengan pengasuhnya, maka ia akan berbicara seperti pengasuhnya. Bila ia dekat dengan neneknya, maka is akan seperti neneknya. Bahkan bila ia lebih dekat dengan televisi, maka ia akan seperti televisi. Bisa dibayangkan kalau anak lebih terpengaruh televisi, sementara televisi saat ini mayoritas program dan tayangannya tidak bersifat mendidik. Bahkan cenderung merusak anak. Untuk itu kita harus selalu memperhatikan anak-anak kita. Dengan siapa mereka dekat, bermain, meniru dll
Antara bahasa ibu dan bahasa seorang ibu
Bahasa ibu adalah bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi di sebuah daerah. Kalau di Indonesia bahasa ibu adalah bahasa Indonesia. Karena secara umum menjadi alat komunikasi seluruh negeri ini. Sementara bahasa seorang ibu adalah bahasa seseorang orang. Seorang ibu bisa berbahasa gaul, berbahasa santun, berbahasa kasar dll.
Para ibu harus memahami perannya. Memang anak-anak itu tanggung jawab kedua orang tuanya. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw: “Kullu mauluudin yuulaadu ‘alal fitrah fa abawaahu yahawwidaanihi aw yanashshiraanihi aw yumajjisaanihi. Setiap anak itu terlahir dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nashrani atau majusi.” Dalam hal ini berarti kedua orang tua yaitu ayah dan ibu bertanggung jawab. Namun secara khusus ada amanah Allah SWT kepada seorang ibu, Rasulullah Saw: “… al Mar’atu raiyyatu baiti ba’liha wa waladihi wa hiya mas’ulatun an ra’iyyatihi: Seorang perempuan adalah penanggung jawab rumah tangga suaminya dan anak-anaknya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya“. (HR Muslim). Karena seorang ibu adalah penanggung jawab urusan anak-anaknya yang masih kecil. Berarti mulai dari penyusuan, pengasuhan dan pendidikan anak kecil ada pada ibu. Bagi seorang anak, secara khusus anak-anak usia dini, ibu adalah orang yang paling dekat dengan mereka. Kita seringkali melihat, seperti apapun seorang ibu, tetap saja dia menjadi pusat perhatian anak anaknya yang masih kecil. Bahkan dalam sebuah pengamatan, suara seorang ibu adalah yang selalu ingin didengar oleh anak-anak usia dini. Betapapun cemprengnya atau falsnya kalau dia bernyanyi, bagi anaknya yang kecil suara ibu adalah suara yang terindah yang selalu ingin didengar. Untuk itu ibulah sebenarnya yang paling berperan dalam membentuk bahasa anak. Ketika bahasa ibunya baik, maka anak berbahasa baik. Ketika ibu berbahasa kasar, maka anak berbahasa kasar. Kalau anak berbahasa lingkungannya dan sama sekali tidak seperti ibu dan ayahnya, maka berarti dalam hal ini orang tua tidak berperan.
Bila lingkungannya adalah lingkungan yang buruk, maka orang tua wajib menjaga bahasa anak-anaknya dengan pemantauan penuh. Bukan berarti anak diisolasi dari lingkungannya, tetapi orang tua harus lebih intens berkomunikasi dengan anak. Orang tua harus mengajarkan bagaimana berbahasa yang baik, yang santun dan tidak kasar. Ketika anak mengatakan sesuatu yang kasar, orang ua tidak lantas memarahi, tetapi harus menjelaskan dengan bahasa yang baik bahwa seharusnya seperti apa. Karena anak hanya meniru dari lingkungannya dan dia belum bisa membedakan makna dan rasa bahasa.
Peran bahasa dalam pendidikan anak
Peran bahasa sangat penting dalam pendidikan anak. Bahkan bisa dikatakan sebagai peran kunci. Bahasa adalah jembatan untuk mentransfer pemikiran. Bahasa adalah alat untuk mengkomunikasikan apa yang tersimpan dalam akal. Islam itu datang dalam bentuk pemikiran dan hukum yang terkandung dalam al Qur’an. Di dalamnya terkandung kesempurnaan ilmu untuk menyelesaikan persoalan manusia, termasuk diantaranya pembentukan kepribadian yang tinggi dan mulia. Kandungan ini bisa ditransfer dengan bahasa. Bahasa al Qur’an adalah bahasa yang paling tinggi dan tidak ada lagi yang lebih tinggi dari itu. Karena al Qur’an datang sebagai kalamullah. Allah SWT berbahasa langsung kepada makhluknya. Dalam bahasa al Qur’an ada mukjizat yang masih bisa dirasakan sampai saat ini, yaitu bahasa yang bukan bahasa makhluk. Karena itu susunan tata bahasa, pilihan kata, struktur kalimat dan apapun yang bisa dinilai dari sisi bahasa, maka bahasa al Qur’an menempati bahasa tertinggi di permukaan bumi ini. Dengan demikian dalam sejarah Islam, bahasa al Qur’an yaitu bahasa arab fushah senantiasa digunakan sebagai bahasa pendidikan, bahasa komunikasi dan bahasa internasional. Sehingga daerah-daerah yang jauh dari dunia arab pun mengenal tulisan dan bahasa arab, seperti di Indonesia. Namun bagi kita karena bahasa asli atau bisa dikatakan bahasa ibu kita bukan bahasa arab, tentu pemikiran dan hukum Islam memerlukan transfer komunikasi yang lain. Di sinilah kita juga memerlukan bahasa ibu, setidaknya yang paling tinggi, paling santun dan paling indah sehingga bisa mentransfer maksud kandungan al Qur’an.
Bahasa dalam al-Quran
Sebenarnya al Qur’an bisa ditransfer dari sisi kandungannya dengan bahasa apa saja. Tetapi tetap saja akan berbeda hasilnya dengan perbedaan tingkat bahasa. Misalnya penggambaran keindahan, kedalaman makna, kepekaan rasa dll, tidak akan sampai kecuali dengan bahasa yang mewakili. Contohnya, ketika kita mendengar bahasa gaul biasa untuk mengungkapkan keindahan alam semesta, tentu akan berbeda rasanya kalau diungkapkan dengan bahasa yang indah. Seperti syair atau prosa misalnya. Karena itu orang-orang sering tersentuh dengan syair dan prosa, karena kemampuannya untuk menyampaikan rasa. Kemudian dari sisi pemikiran tinggi, agak sulit menggunakan bahasa gaul. Karena bahasa gaul lebih cenderung hanya untuk komunikasi efektif. Misalnya ketika seorang anak betawi ditanya tentang sesuatu dan dia menjawab tidak tau, maka jawabannya: “Tauk”. Pasti dari daerah lain akan bingung. Maksudnya tau atau tidak tau. Kok jawabnya tauk. Kemudian yang terjadi adalah perbedaan penerimaan. Lebih jelasnya memang menjawab: Tidak tahu. Nah jawaban ini lebih tepat dan secara rasa tidak terkesan sinis. Artinya tidak masalah dalam menggunakan bahasa gaul. Tetapi seseorang harus menguasai bahasa yang baik agar memiliki kemampuan mentransfer pemikiran dan perasaan secara baik.
Membentuk bahasa yang baik pada anak
Tentu sejak usia dini. Ibu dan ayah harus berbahasa baik dan santun kepada anak. Jangan sampai anak belajar kekasaran berbahasa justru dari ibunya atau ayahnya. Ketika anak mampu berbahasa baik, maka ia akan bisa lebih cepat mentransfer pemikiran yang diajarkan. Dia akan mampu menangkap kedalaman makna dan ketepatannya. Kemampuan berbahasa adalah kemapuan dasar. Dari kemampuan berbahasa ini, kita bisa meningkatkan berbagai kompetensi ilmu. Misalnya matematika, sains, teknologi, dll. Namun pelajaran berbahasa ini tidak sekedar hanya dijadikan teori untuk diajarkan. Tetapi keberhasilannya apabila dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang terbaik adalah bahasa al Qur’an. Sehngga kaum muslimin siapapun wajib mempelajarinya. Karena dengan mempelajari bahasa al Qur’an kita akan bisa mengerti kandungannya. Yang terbaik memang ketika bahasa ibu di suatu daerah adalah bahasa al Qur’an. Sehingga tidak perlu dua kali mengajarkan bahasa. Tetapi karena kita tinggal di Indonesia dan bahasa sehari-hari bukan bahasa arab, maka kita harus memilih bahasa yang terbaik untuk mampu mentransfer pemikiran. Di Indonesia yang tertinggi adalah bahasa Indonesia. Memang banyak sekali bahasa daerah, tapi persoalannya tidak dipakai secara umum dan tidak digunakan dalam bidang pendidikan. Bisa saja mempelajari untuk komunikasi sehari-hari, karena kadang-kadang sebuah daerah memiliki kosa kata tertentu untuk menyampaikan rasa. Tapi kalaupun memilih bahasa daerah sebagai bahasa yang juga diperlukan untuk komunikasi di daerah, maka pilihlah bahasa yang terbaik. [Sumber tulisan: MediaIslamNet]
*Sumber gambar klik di sini