MuslimahWeb-ID–Urusan rumah tangga sepertinya tidak pernah selesai. Ketika masih miskin, bingung memikirkan bagaimana mencari makan hari ini. Ketika sudah kaya, bingung, harta ini mau dikemanakan. Ketika belum punya anak, sedih karena ingin punya momongan. Ketika sudah dikaruniai anak, bingung karena biaya pendidikan yang mahal. Ketika anak beranjak remaja, bingung karena kok jadi sulit diatur. Ada yang suka main PS, ada yang suka membantah dan ada yang suka pacaran. Akhirnya memang persoalan berkeluarga tidak selesai-selesainya. Bagaimana selayaknya menghadapi persoalan rumah tangga. Bagaimana agar keluarga dan rumah tangga menjadi barakah dan tidak menjadi fitnah?
Tidak ada orang yang tidak punya masalah. Setiap orang pasti memiliki masalah masing-masing. Yang membedakannya hanyalah bagaimana ia menghadapi masalahnya. Ada yang tenang dan ada yang panik. Yang panik, seolah-olah ia punya banyak masalah, sementara yang tenang seolah-olah ia tidak punya masalah. Padahal semua sama-sama menghadapi masalah. Sebagai contoh, ketika belum menikah, masalahnya adalah ingin menikah. Menikah sekarang perlu biaya. Terkadang calon mertua mensyaratkan ada uang seserahan yang tidak sedikit. Belum lagi untuk acara walimah, belum untuk persiapan nafkah sesudah nikah, belum untuk kontrak rumah sesudah nikah, dan lain-lain yang kalau dihitung-hitung sekarang belum ada uangnya. Akhirnya belum jadi-jadi menikah. Setelah menikah, dalam kondisi bulan madu memang masih senang-senang saja, ketika istri hamil mulai memikirkan biaya persalinan, belum keperluan untuk bayi sesudah melahirkan. Selanjutnya adalah anak yang lahir berturut-turut. Ketika masih ASI, masih mudah, belum perlu beli susu formula. Sesudah lepas disapih, perlu susu. Ketika anak masih kecil keperluan terbesarnya adalah makanan tambahan seperti susu. Sesudah mulai masuk sekolah, tambah pusing karena masuk sekolah mahal. Belum keperluan bulanan untuk buku, seragam, lembar kegiatan siswa, transport dan jajan. Demikian seterusnya seolah-olah masalah tidak pernah terputus. Tidak sedikit orang yang depresi dengan masalah-masalah seperti ini. Sampai-sampai pernah ada seorang ibu membunuh anaknya yang masih balita karena depresi memikirkan bagaimana sulitnya tahapan-tahapan kehidupan selanjutnya, bagaimana masa depan anaknya. Sesuatu yang sebenarnya belum terjadi dan belum tentu akan terjadi.
Masalah rumah tangga
Yang umum adalah masalah ekonomi rumah tangga. Yang lain adalah masalah perselingkuhan dan kenakalan anak-anak di usia beranjak remaja. Tiga hal ini yang mendominasi terpicunya persoalan rumah tangga. Tetapi yang paling banyak memang masalah ekonomi. Saat ini sekitar seratus juta jiwa rakyat Indonesia tergolong miskin. Masalah ekonomi bisa memicu kekerasan dalam rumah tangga. Karena kesulitan ekonomi, suami jadi keras dan kasar terhadap istri. Karena dikasari suami, maka istri jadi keras dan kasar terhadap anak-anaknya. Naudzubillah min dzalik. Masalah ekonomi juga bisa memicu keretakan rumah tangga. Istri jadi tidak tahan hidup berumah tangga dengan suami yang gajinya pas-pasan. Akhirnya istri menuntut cerai. Bisa juga istri berselingkuh, karena suami tidak bekerja, sementara istri bekerja. Dalam kondisi ini, istri jadi seperti di atas angin. Berbuat seenaknya sendiri, termasuk bebas bergaul dengan rekan sekerjanya. Terjadilah perselingkuhan.
Masalah anak remaja juga menjadi beban dalam berumah tangga. Tiba-tiba kok anak sudah beranjak remaja, mulai asyik facebook an, mulai keranjingan PS, mulai pacaran dll. Bila orang tua lepas dari mengontrol masa prabaligh, maka orang tua akan terkejut sendiri dan akhirnya kehilangan kemampuan mengendalikan anak. Umumnya ini terjadi pada keluarga menengah ke atas (kategori mampu). Ayahnya sibuk bekerja, ibunya kalau tidak sibuk kerja, ya aktif berorganisasi. Anak terfasilitasi dengan Blackberry dan netbook atau PC. Mereka asyik dengan facebook atau pacaran di dunia maya. Untuk remaja putri godaannya adalah FB dan pacaran. Untuk remaja putra, godaannya adalah keranjingan PS. Sampai-sampai sehari-semalam lupa waktu karena main PS. Ketika laptop dan PC di rumah sudah tidak memadai gamenya, karena sudah out of date, akhirnya mereka nongkrong di rental-rental PS. Otak tercengkeram dengan PS. Seolah tidak ada lagi yang lebih penting daripada game online. Tidak jarang anak-anak seperti ini, dalam kondisi yang parah, akhirnya putus sekolah. Inilah masalah yang pada tahap ini biasanya orang tua sudah tidak sanggup menyelesaikan. Mereka pun datang ke bimbingan parenting. Inilah persoalan-persoalan yang terjadi dalam rumah tangga. Tidak jarang sebuah persoalan memicu persoalan lainnya. Misalnya masalah ekonomi memicu perselingkuhan. Masalah anak memicu pertengkaran suami-istri yang berujung perceraian. Di sinilah para orang tua harus waspada dan berhati-hati. Masalah hendaknya dihadapi untuk diselesaikan masalah itu. Jangan sampai merambat ke masalah lainnya.
Anak dan harta adalah fitnah?
Memang ada hadits yang menyebutkan bahwa anak-anak dan harta adalah fitnah. Karena memang bisa menjadi fitnah bagi manusia. Sebagai contoh, ketika ada anak yang merongrong orang tuanya, nakal, suka memaksa jika meminta, kemudian orang tua memenuhi bahkan sampai melanggar hukum syara’ dalam memenuhinya, maka anak tersebut bisa dikatakan sebagai fitnah bagi orang tuanya. Anak yang menuntut macam-macam kepada ayahnya, kemudian ayahnya korupsi dalam rangka memenuhi keinginan anak, maka anak itu menjadi fitnah bagi orang tuanya. Demikian pula dengan harta. Ketika mobil yang dimiliki digunakan untuk pamer dan berbangga-bangga, maka mobil tersebut menjadi fitnah bagi pemiliknya. Ketika punya rumah megah dan bagus, namun hanya untuk kebanggaan dan kesombongan, maka ia menjadi fitnah bagi pemiliknya. Bagaimana caranya agar anak dan harta benda tidak menjadi fitnah? Maka harus dikelola dan dimanfaatkan di jalan yang diridhoi Allah SWT, agar menjadi barakah. Mobil yang kita miliki misalnya, bila digunakan untuk mengangkut jamaah pengajian untuk menuntut ilmu kepada seorang ulama, untuk membantu tetangga yang sedang sakit berobat ke rumah sakit, untuk menolong orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, dan segala bentuk amal shalih lainnya, maka insya Allah mobil tersebut akan menjadi barakah bagi kita. Demikian pula rumah kita misalnya, digunakan untuk tempat pengajian, rapat RT atau RW membahas kemaslahatan masyarakat, tempat menampung orang yang kesusahan atau menampung anak yatim piatu, maka insya Allah rumah tersebut menjadi barakah bagi kita. Inilah yang kemudian, kalau anak-anak kita didik dengan baik, kita dampingi masa tumbuh kembangnya agar menjadi anak-anak yang berkarakter Islam, maka insya Allah anak-anak akan menjadi barakah bagi kita. [Lathifah Musa]
Catatan: tulisan ini diambil dari script rubrik Sakinah, Voice of Islam, MediaIslamNet
*Sumber gambar klik di sini