Hari Rabu, 12/02/2014 malam hari, saat saya sedang anteng menunggu murid saya belajar di kelas menulis online, saya mengamati linimasa (timeline) Twitter. Mata saya tertuju pada satu tweet yang dikirim seorang kenalan saya. Isinya membuat saya penasaran. Kicauannya: “ini orang mabuk ceramah”. Waduh, saya penasaran. Tanpa ba-bi-bu langsung saya klik link video yang disertakan dalam tweet kenalan saya itu. Browser Mozilla Firefox versi 27.0 di laptop saya membawa ke halaman Youtube yang menayangkan seorang (berpakaian jubah di atas panggung) sedang berhadapan dengan seorang pria berjaket hitam (di bawah panggung). Dalam video yang diberi judul: Ustad Hariri Ngamuk Kepala Operator Sound Diinjak dengan Lutut”. Wow, pilihan judul yang membuat penasaran. Di video tersebut juga ‘kebanjiran’ lebih dari 5000 komentar. Beragam komentarnya, tetapi rata-rata menghujat sang ustaz.
Baiklah, karena saya juga cuma melihat di tayangan tersebut dan membaca sedikit beritanya, jadi tidak punya kapasitas ruang yang lebih dalam mengomentari sampai sedetil-detilnya. Hanya saja, saya ingin sekadar–beberapa poin saja–mengomentari berita dan tayangan video tersebut:
- Memang sematan kyai, guru, ustaz, ulama, atau tokoh masyarakat, pejabat dan sejenisnya akan menempatkan seseorang menjadi lebih di mata orang lain (masyarakat umum). Ini berdampak pada sorotan masyarakat luas yang fokus kepada pribadi-pribadi ‘lebih’ tersebut. Sehingga apapun yang ada pada dirinya akan menjadi bahan pembicaraan. Bisa kebaikan, terlebih itu keburukan yang dilakukannya.
- Sebagai seorang yang diberikan label ‘ustaz’, sebaiknya memang menjaga diri dari segala bentuk yang bisa memunculkan kontroversi. Kita seharusnya memang menyadari bahwa meskipun ustaz, tetaplah dia manusia. Bisa berbuat salah. Namun, alangkah lebih baiknya–dalam kasus Ustaz Hariri ini, jika bisa mengontrol emosi, apalagi kejadian tersebut saat berlangsung kegiatan ceramah, dilihat oleh banyak orang (yang di dalamnya juga ada anak-anak). ‘Celakanya’ lagi kemudian kita tahu videonya tersebar luas setelah diupload ke situs penyimpanan dan pemutar video (youtube). Berita tulisnya pun tersebar banyak di berbagai media massa. Alhasil, menuai protes dari masyarakat secara luas di dunia maya.
- Masyarakat juga jangan mudah menggelari seseorang dengan sebutan ustaz (hanya karena pandai berceramah dan terkenal tersebab sering tampil di televisi). Itu konsekuensinya berat. Jika tak sesuai dengan kriterianya kan jadi berabe.
Maka, sebaiknya para ustaz atau siapapun (termasuk bagi saya pribadi), tidak terpancing melakukan kenistaan meskipun ada banyak hal yang bisa membuat naik darah. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” (HR al-Bukhâri)
Sya mengutip penjelasan dari situs almanhaj.or.id bahwa sahabat yang meminta wasiat dalam hadits ini bernama Jariyah bin Qudamah rahimahullah . Ia meminta wasiat kepada Nabi dengan sebuah wasiat yang singkat dan padat yang mengumpulkan berbagai perkara kebaikan, agar ia dapat menghafalnya dan mengamalkannya. Maka Nabi berwasiat kepadanya agar ia tidak marah. Kemudian ia mengulangi permintaannya itu berulang-ulang, sedang Nabi tetap memberikan jawaban yang sama. Ini menunjukkan bahwa marah adalah pokok berbagai kejahatan, dan menahan diri darinya adalah pokok segala kebaikan.
Marah adalah bara yang dilemparkan setan ke dalam hati anak Adam sehingga ia mudah emosi, dadanya membara, urat sarafnya menegang, wajahnya memerah, dan terkadang ungkapan dan tindakannya tidak masuk akal.
Memang, saya dan mungkin semua orang yang hanya melihat videonya di Youtube tak tahu asal muasalnya (penyebab), yang pasti diketahui dari melihat tayangan video itu adalah akibatnya. Namun demikian, apapun penyebabnya tetapi akibat dari penyebab yang terekam jelas di video itu adalah Ustaz Hariri ‘ngamuk’ bin marah. Ini angle yang merugikan tersebut. Semoga Ustaz Hariri tak terus digelari Ustaz “Sumbu Pendek” karena mudah marah seperti dalam tayangan video tersebut. Allahu’alam.
Salam,
O. Solihin | Twitter @osolihin