Upaya AS, Israel dan Eropa Menjegal Tegaknya Khilafah

Arus perjuangan penegakan Khilafah kian bergelora. Tak hanya satu dua kelompok atau gerakan saja yang kini menyuarakan penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiah ini. Masing-masing gerakan dakwah berupaya mengambil peran.

Setiap muslim pun kini mulai menata diri agar tidak tertinggal dalam arus perjuangannya. Yang diberi kesempatan berjihad fii sabiilillah, berupaya keras meraih kemuliaan amal ini. Yang memahami pentingnya urusan politik khususnya tahapan pengambil alihan kekuasaan yang selama ini dalam cengkeraman hukum thoghut pun berusaha bergerak cepat untuk mendapatkan setiap peluang emas meraih kemenangan. Bagi para  pengemban dakwah yang berpeluang memanfaatkan jaringan media pun, berusaha menggunakan rangkaian kata, gambar dan suara sebagai peluru untuk menikam provokasi kaum kuffar dan munafik.

Kaum muslimin memang harus bersatu bagaikan satu tubuh. Kekuatan aqidah yang menjadi landasan.  Nash-nash Al Qur’an dan Hadits yang akan menjadi pembatas aktivitas yang benar dan salah.  Tujuan yang sama yakni menegakkan kemuliaan Islam dan kaum muslimin serta kembali kepada keridhoan Allah SWT yang akan menghapus perselisihan dan perbedaan pendapat.

Khilafah Islamiyah yang akan ditegakkan adalah untuk kepentingan umat manusia, yang akan ditopang dan dipelihara oleh seluruh umat Islam. Bukan milik gerakan, kelompok ataupun brigade militansi manapun. Inilah yang Insya Allah telah dipahami oleh para pengemban dakwah dan mujahid yang ikhlas berjuang.  Akhir dari setiap perjuangan di dunia adalah mendapatkan bekal untuk perjumpaan dengan Allah SWT di Akhirat nanti.

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. [QS. Al Kahfi : 110]

Makar Kaum Kuffar

AS, Israel dan negara-negara Eropa, juga mencermati perkembangan peta politik dunia Islam ini. Rezim Bashar al-Assad telah di ambang kejatuhan. Pergerakan para mujahidin sungguh di luar perhitungan musuh. Bahkan ketika Rusia, Eropa dan AS menghadapi cuaca buruk (badai salju di belahan utara dan panas membakar di belahan selatan) yang melumpuhkan aktivitas masyarakatnya, namun para mujahidin Suriah, Palestina, Iraq dan Afghanistan justru semakin menggencarkan latihan-latihan perang mereka. Di saat pemerintah Israel  meliburkan kantor dan sekolah karena salju turun terus menerus, para mujahidin Suriah melatih fisik mereka dengan berlari-lari dan berguling-guling di atas salju. Mempersiapkan serangan gerilya dengan lebih terencana. Mencemaskan dan menggentarkan orang-orang kafir dan munafik .

Taktik busuk pun digelar musuh. Bagi AS dan sekutunya, upaya satu-satunya adalah menggagalkan perjuangan umat Islam. Beberapa hal bisa dipahami dari kebijakan AS dan antek-anteknya ini adalah:

  1. Ancaman untuk turut campur mengatasi gejolak revolusi Suriah. Menlu AS, Hillary Clinton, menyatakan pada 3 Disember 2012, bahwa “kami sudah pasti merancang untuk mengambil tindakan jika kemungkinan (penggunaan senjata kimia) itu terjadi.” Mereka menggunakan dalih mengendalikan rezim al-Assad untuk memasuki Suriah.
  2. Membentuk melalui antek-anteknya, koalisi  sekuler demokrasi dalam rangka membelokkan perjuangan murni rakyat Suriah. AS mendukung penyusupan kelompok-kelompok liberal sekuler ke dalam tubuh koalisi oposisi. Di Suriah terbentuk kelompok liberal sekuler yang membawa kepentingan barat hingga kelompok-kelompok Islam yang menuntut tegaknya negara Islam. Sesunguhnya masyarakat Suriah menuntut agar Islam berperan selepas tumbangnya rezim Assad. Kelompok mayoritas menuntut agar Islam lebih banyak memainkan peranan dalam politik. Satu kajian yang dilakukan oleh PEW Research Center pada bulan Juli 2012 menyebutkan bahwa banyak dari negara-negara muslim (berdasarkan kajian) menginginkan agar Islam memiliki pengaruh yang besar dalam politik. Hal ini telah memberikan suatu pengaruh kepada kelompok-kelompok Islam yang lebih besar yang membawa mereka ke tampuk kekuasaan seperti di Tunisia, Mesir dan Libya. Demikian pula, pada kelompok-kelompok Islam di Suriah seperti gerakan Salafi dan HizbutTahrir, yang menyerukan didirikannya sebuah Negara Islam.  Banyak brigade tempur Free Syrian Army (FSA) menunjukkan dukungan mereka atas tujuan ini (menegakkan Khilafah) seperti yang mereka umumkan di Aleppo, ketika mereka mengkritik koalisi Suriah baru yang sekular.
  3. Bukan tidak mungkin  bagi AS dan Sekutunya,  peluang negara demokrasi gaya Barat juga bisa diusahakan melalui kelompok-kelompok sekular dan juga Ikhwanul  Muslimin.  Sejak awal gejolak  revolusi,  AS telah berusaha mempengaruhi para pejuang untuk membangun konsensus ke arah sana (ke arah mewujudkan negara demokrasi) melalui pembentukan pasukan koalisi yang didukung dan dibantunya.  Pemerintah Turki,  Erdogan merupakan orang penting dalam melaksanakan rancangan-rancangan AS ini. AS sejak dahulu mengatakan dengan terus terang bahwa hasil yang mereka harapkan bagi Suriah adalah transisi politik menuju kepada sebuah negara sekular-demokratik ala Barat, dimana AS akan terus mendukung segala usaha yang mengarah kepada hasil tersebut. Namun penolakan FSA menunjukkan kegagalan upaya AS.
  4. Indikasi lain upaya menjegal perjuangan rakyat Suriah adalah kemungkinan AS akan menggunakan NATO untuk melakukan penjajahan dari darat, khususnya dengan menggunakan tentera Turki.
  5. Peluang lain adalah  kemungkinan AS menggunakan kekuatan multi-nasional pasukan pengaman di bawah PBB. Lakhdar al-Ibrahimi, utusan khusus PBB ke Suriah, menyeru pasukan PBB agar menstabilkan Suriah.
  6. Tujuan AS dan negara-negara Barat yang paling dekat adalah menghancurkan kelompok-kelompok dalam tubuh FSA yang menolak negara demokrasi sekular, seperti Jabhat al-Nusrah dan Ahrar al-Sham. Statemen yang dikeluarkan gedung putih bahwa Jabhat al-Nusrah adalah kelompok teroris baru yang berbahaya semakin mengundang kemarahan penduduk Suriah terhadap campur tangan AS. Karena justru kelompok-kelompok bersenjata inilah (para mujahidin) yang selama ini melindungi penduduk dari kekejian rezim al-Assad.  Pasca AS mengumumkan Jabhat al-Nusrah sebagai kelompok teroris, ternyata dukungan terhadap kelompok bersenjata ini justru semakin meluas di tengah-tengah umat, tak hanya di Suriah. Sebagaimana yang dilansir  oleh The Telegraph Online (10/12/2012), sebanyak 29 kelompok pembangkang rezim al Assad, termasuk brigade-brigade tempur dan kelompok-kelompok masyarakat, telah menandatangani kesepakatan besar-besaran terhadap Jabhat al-Nusrah. Umat Islam diminta untuk melaungkan slogan “Tidak untuk campur tangan Amerika, karena kita semua adalah Jabhat al-Nusrah”.  Bendera La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah pun dikibarkan sebagai tanda dukungan terhadap perjuangan Islam.
  7. AS tentunya juga akan bermain strategi memecah belah dengan mendukung kelompok koalisi FSA yang sekular dan membekali mereka dengan dana serta senjata. AS akan akan membiarkan tercetusnya perang saudara diantara pihak-pihak yang telah dua tahun bersama-sama berusaha menjatuhkan rejim Assad itu. AS telah lama menjalin hubungan dengan sebagian pejuang untuk sementara waktu ini melalui sebuah Kamp Pelatihan di selatan Turki. (www.Khilafah.com, about the syirian revolution).
  8. Israel pun tak kalah membuat ulah dengan mengirimkan rudal-rudalnya ke gaza. Israel kembali mencari perhatian dunia dengan meneruskan pembangunan pemukiman di wilayah Gaza. Ulah Israel ini tampaknya ingin mengalihkan perhatian dunia dari revolusi Suriah dan seruan penerapan syariat Islam di wilayah Syam dan sekitarnya.
  9. Akhirnya semua pihak pun tahu, bahwa campur tangan Amerika Serikat di bumi umat Islam hanyalah untuk melestarikan tiga kepentingan politiknya di Timur Tengah, yakni mempertahankan kepentingan ekonominya terutama minyak dan gas dengan harga murah; mempertahankan kepentingan Yahudi agar bisa menjadi sumber persoalan di tengah negeri-negeri muslim; dan mencegah berdirinya negara Khilafah di Timur Tengah yang akan mengancam eksistensi penjajahan Amerika.

Upaya Kaum Muslim Menangkal Makar

Kaum kuffar disibukkan oleh upaya membuat makar. Mereka bersatu untuk menjegal tegaknya Khilafah Islamiyah.  Bagi kaum muslimin, hanya keimanan dan ketaqwaan yang akan menyelamatkan. Keimanan ini akan menguatkan keyakinan bahwa Allah SWT satu-satunya tempat bergantung dan harapan pertolongan. Makar musuh tak akan mengalahkan makar yang telah ditetapkan Allah SWT untuk memuliakan agamaNya di akhir zaman ini.

” Lalu mereka (kaum yahudi) mengadakan makar . Allah pun membalas makar mereka. Dan Allah sebaik-baik pembuat makar…” (TQS Ali Imran: 54)

Bagi rakyat Suriah,  dengan dukungan kaum muslimin sedunia, persatuan antar para pejuang walaupun dari kelompok yang berbeda, adalah kekuatan yang utama. Umat Islam Suriah harus menolak campur tangan kaum kuffar dan sekuler. Tawaran demokrasi Amerika Serikat di Suriah tertolak, karena  umat sudah semakin sadar bahawa demokrasi adalah sistem kufur ciptaan Barat yang wajib ditolak.

Sesungguhnya rakyat Suriah dan kaum muslimin sedunia yang ikhlas menginginkan berdirinya negara Islam, negara Khilafah di bumi Syam yang diberkahi oleh Allah SWT. Harapan kita semoga bumi Syam ini menjadi titik awal penegakan Daulah Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah, yang akan menghapus segala penindasan dan kezholiman, memenuhi seluruh penjuru dunia dengan penerapan syariat Islam yang akan membawa rahmat bagi semesta. Aamin Ya Mujibas Saailiin. [Lathifah Musa, 20/01/2013]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *