“Jakarta Tenggelam, Ibukota Pindah ke Mana?”

Liputan Khusus Diskusi Aktual Pesantren Media Rabu, 23 Januari 2013

bundaran-hi-yang-tergenang-air-banjir-jakarta-kamis-17-1-_130117192104-942Rabu, 23 janurai 2013, Pesantren Media kembali mengadakan diskusi aktual. Diskusi aktual kali ini akan membahas tema yang berkaitan dengan banjir di Jakarta dan sekitarnya. Diskusi ini di selengarakan di lantai dasar Pesantren Media yang di hadiri oleh ustadz Oleh Solihin, dan Uatadz Ir. Umar Abdullah. Diskusi kali ini yang menjadi moderator adalah ustadz Umar sendiri. Tidak seperti biasanya ustadz Umar menjadi moderator. Biasanya beliau menyuruh santri-santrinya terlatih.

Diskusi yang biasanya di laksanakan jam 10:30WIB, di ajukan menjadi pukul 10:00 WIB, karena ustadz Umar ada acara pukul 11:00 WIB.

Diskusi aktual di buka dengan pembukaan bahwa pemindahan Ibu Kota sudah di rencanakan sejak zaman Presiden Sukarno. Pada zaman Presiden Sukarno, sudah banyak yang mengusulkan tempat pemindahan Ibu Kota. Contohnya akan di di pindahkan di Palangkaraya, Samarinda, dan masih banyak tempat yang lain.

Setelah menjelaskan beberapa hal, Ustadz Umar menanyakan, “siapa yang mau bertanya?” ada beberapa santri yang mengangkat tangannya , sehingga jumlah santri yang bertanya ada 7 santri.

Apakah banjir ini terkait dengan perayaan malam tahun baru? Yang kena banjir itu kan Jakarta Utara, terus bagaimana yang tinggal di Jakarta selatan? Apakah juga ikut pindah tempat tinggal? Bagaimana Islam memandang pemindahan Ibu Kota? Pertanyaan ini berasal dari Novi H, santriwati tingkat dua.

Kemudian pertanyaan dari Neng Ilham. Dia juga santri tingkat dua, mengapa pemindahan Ibu Kota masih mengundangi pro kontra?

Pertanyaan dari Maila, santriwati jenjang satu. Pemindahan Ibu Kota itu kan sudah di rencanakan sejak zaman Sukarno, lenapa kok belum di pindah dari dulu?

Kalu Ibu Kota di jadi di pindah, kemana Ibu Kota akan di pindah? Ini pertanyaan dari Anam.

Kemudian pertanyaan dari Yusuf santri jenjang kelas satu SMP. Apakah dengan di pindah kan nya Ibu Kota, banjir di Jakarta akan lenyap?

Kemudian pertanyaan dari Farid, santri jenjang SMA kelas dua, lebih baik mana jika memindah pemerintahannya saja, atau dengan industrinya?

Kemudian dari Ira, santri Jenjang SMA kelas satu, apa sebuah kategori tempat yang cocok untuk jadi Ibu Kota?

Oke, sekarang masuk ke sesi menjawab dari pertanyaan-pertanyaan yang di atas.

Pertanyaan yang pertama di bahas adalah pertanyaa dari Farid, Karena pertanyaan tersebut akan menjawab pertanyaan dari Novi H. Lebih baik mana jika memindah pemerintahannya saja, atau dengan industrinya? Tempat industrinya tidak masalah kalu tidak di pindah, karena tempat industrinya itu terletak di sekitar Jakarta, bukan di Jakarta. Kalu yang di pindah ibu kotanya, berarti yang di pindah pusat pemerintahannya. Tempat berbisnis tidak apa-apa tidak di pindah.

Kemudian pertanyaan dari Yusuf. apakah dengan di pindahkannya ibu kota, lantas banjir di Jakarta akan lenyap? Jawabannya adalah tidak. Karena kalau membuang sampahnya sembarangan tetap banjir, kemudian daerah resapan air sudah sangat minim, dan sungai ciliwung harus ada pengerukan sampah.

Kemudian pertanyaan dari Neng Ilham. Kenapa pemindahan Ibu Kota masih mengundang pro kontra? Dan pertanyaan dari maila, kenapa kok belum di pindahkan sejak dulu? Kedua pertanyaan ini sebenarnya sama saja. Jawaban pertama adalah karena orang-orang masih rancu antara pemindahan Ibu Kota dengan bisnis. Di sangka orang-orang, pemindahan Ibu Kota adalah di pindahkan semua isi kota bersama penduduk. Kedua adalah, masih ada ke engganan pada masyarakat karena akan di pindah tempatnya.

kemudian pertanyaan dari Ira. Apa kategori tempat yang cocok untuk di jadikan sebuah Ibu Kota? Yeng pertama adalah dari aspek keamanan. Keamanan dari bencana maupun dari serangan luar. Contohnya dalah pulau Kalimqantan. Karena di sana sangant jarang terjadi gempa dan lain-lain. Yang kedua adalah dari aspek fasilitas umum. Contohnya adalah jalan. Kalu tidak ada jalan, maka tidak bisa kesana kemari.

Alhamdulilah semua pertanyaan sudah terjawab semua.

Setelah ada sedikit penjelasan dari ustad umar, diskusi ini akhirnya di tutup dengan membaca doa kafarotul majelis. Kemudian ustadz umar menutup denga salam penutup. [Dihya Musa Amal Romis, santri angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]

Catatan: tulisan ini sebagai tugas yang diberikan pemimpin diskusi aktual, dan menjadi bagian dari tugas menulis di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *