Tak seperti biasa, suasana di Pesantren Media, Sabtu pagi (30/6) nampak berbeda. Sekitar 200 kursi ditata sedemikian rupa sehingga menghadap ke sebuah panggung kecil berlapiskan karpet merah yang ada di bagian tengah. Tak ketinggalan pula, sebuah tenda dipasang guna menghalangi terik matahari bagi para tamu yang nantinya akan meramaikan tempat ini.
Tamu yang hadir juga beragam. Mulai dari tokoh masyarakat Laladon Permai, warga sekitar pesantren, jama’ah pengajian, para ustadz, santri, hingga keluarga santri. Mereka semua berkumpul di Pesantren Media dalam rangka menghadiri acara bertajuk Penyambutan Santri Baru Pesantren Media.
Acara ini memang diadakan untuk menyambut para santri baru yang telah resmi diterima belajar di Pesanten Media. Para santri ini berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Ada yang dari Kalimantan Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Aceh, Riau, Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan tak ketinggalan dari DKI Jakarta.
Acara ini dimulai sekitar pukul 07.00 WIB dengan tampilnya enam orang anak dari Komplek Laladon Permai. Keenam anak ini berpakaian serba putih. Mereka berdiri di atas panggung guna membawakan hafalan al- Qur’an surat an-Naba’. Ayat demi ayat mereka lantunkan dengan sangat lancar tanpa harus membaca. Aura kekaguman dapat dilihat dari wajah para tamu.
Setelah pelafalan surat an-Naba’ oleh anak-anak Komplek Laladon Permai, Muhammad Sanusi, sang MC (Master of Ceremony) yang selalu membuat hadirin tertawa, mempersilahkan seorang tokoh masyarakat yang saat ini menjabat sebagai Ketua DKM Nurul Iman, Prof. Dr. Ir. H. Cecep Kusmana, MS untuk menyampaikan sambutan. Dengan senyum khasnya, Pak Cecep – begitu beliau dipanggil- menyapa seluruh kalangan yang menghadiri acara. Melalui sambutannya, Pak Cecep menyatakan kebahagiaannya atas keberadaan Pesantren Media di lingkungan Komplek Laladon Permai. Beliau berharap pesantren ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi para santri melainkan bagi lingkungan sekitarnya. Beliau juga berharap pada para santri untuk senantiasa memakmurkan masjid dengan berbagai kegiatan keagamaan dan pendidikan. Termasuk juga shalat berjama’ah. Beliau berpesan kepada para santri untuk tidak shalat lima waktu di pesantren melainkan di masjid.
Usai Pak Cecep memberikan sambutan, kini giliran Ibu Diyah Yuli Sugiharti, pimpinan Yayasan Mutiara Umat menyampaikan sambutannya. Di sini belaiu menyampaikan tentang arti penting sebuah pendidikan yang berkarakter dan juga pentingnya sebuah media untuk membangun kesadaran masyarakat.
Sambutan dari Bu Diyah berakhir seiring tampilnya Sanggar Kreatifitas Anak dan Remaja. Kelompok musik asuhan Mas Dedy Arif, guru olah vokal dan musik di Pesantren Media ini menampilkan sebuah lagu berjudul “Mars Mutiara Umat”. Sebuah lagu yang menceritakan pengakuan sebuah generasi akan keimanan mereka. Menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Mereka siap berjuang untuk Islam dan siap maju menjadi yang terdepan dalam memimpin dan membina insan.
Usai penampilan Sanggar Kreatifitas Anak dan Remaja, pimpinan Pesantren Media, Ustadz Ir. Umar Abdullah tampil memberikan sambutan. Melalui sambutannya beliau menyampaikan bahwa para santri yang diterima belajar di Pesantren Media agar sungguh-sungguh menimba ilmu.
Sekitar pukul 08.00 WIB, Ustadz Umar mengakhiri sambutannya. Sementara itu, di barisan kursi tamu paling depan, telah hadir asy-Syaikh Dr. H. Abdurrahman al-Baghdadi. Beliau adalah seorang guru besar Tafsir dan Hadits. Pesantren Media khusus mengundang beliau di acara ini guna memberikan orasi ilmiah bertajuk “Wakaf Pendidikan’. Biasanya di setiap Sabtu pagi, beliau rutin mengisi kajian Tafsir dan Hadits di Masjid Nurul Ilmi di Jl. Merdeka sehingga praktis Jama’ah pengajian beliau juga hadir di acara Penyambutan Santi Baru di Pesantren Media ini. Sesi ini dipandu oleh Divan Semesta, penulis novel Riang Merapi.
Penampilan Sanggar Kreatifitas Anak dan Remaja untuk yang kedua kalinya mengakhiri Orasi Ilmiah ini. Kali ini sanggar membawakan sebuah lagu berjudul “Wakaf Pertama Wakaf Umar bin Khaththab”. Lagu ini menguatkan apa yang telah disampaikan asy-Syaikh Dr. H. Abdurrahman al-Baghdadi tentang keutamaan dan pentingnya wakaf.
Kini tiba giliran seluruh santri Pesantren Media memperkenalkan diri. Satu persatu mereka memperkenalkan diri di atas panggung. Dipandu MC yang kini diambil alih kembali oleh Muhammad Sanusi, mereka menyebutkan nama lengkap, nama penggilan serta daerah asal masing-masing.
Selama masa pendaftaran, Pesantren Media banyak menerima pertanyaan dari para orang tua atau wali seputar status alumni pesantren ini. Mereka menanyakan apakah lulusan Pesantren Media masih dapat diterima di SMA, atau perguruan tinggi. Untuk menjawab hal ini, Pesantren Media mengundang ahlinya, Ibu Eva Mukhtar, ST, MT untuk memberikan penjelasan. Beliau adalah seorang dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dari penjelasan beliau dapat disimpulkan bahwa alumni Pesantren Media bisa diterima di mana saja kecuali di bidang kedokteran umum. Mendengar penjelasan ini, para orang tua santri dapat bernafas lega.
Untuk mempererat hubungan orang tua/wali santri dengan Pesantren Media, maka para pengajar di Pesantren Media juga memperkenalkan diri masing-masing serta materi pelajaran yang akan disampaikannya lengkap dengan target yang hendak dicapai di Pesantren Media. Hadir dalam perkenalan itu adalah Ustadz O. Solihin, S.IKom (pengajar kelas Menulis Kreatif, Problem Anak Muda, dan Website Praktis), Ustadz Munawir (pengajar Tahsinul Qur’an dan Bahasa Aran, serta memiliki keahlian dalam ruqyah Syariyah dan tibbun nabawi), Ustadz
Rahmatullah, S.PdI (pengajar Tahfizul Quran), Ustadz Purwa Ariandi (pengajar Komputer dan Stasiun Radio), Mas Dedy Arif (guru olah vokal dan musik), Mas Lucky Mustika Nusantara (mengajar materi clothing dan music digital), Ustadz Eftur (pengajar desain grafis dan fotografi), Ustadz Ir. Umar Abdullah (pengajar Akidah, Sejarah dan Fikih), serta Ibu Ir. Lathifah Musa (pengajar Bahasa Indonesia, Teknik Membaca Fakta dan Matematika).
Rangkaian acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Ustadz Munawir. Setelah acara resmi ditutup, para santri baru secara bergiliran berfoto ria bersama orang tua atau wali masing-masing. Mengabadikan momen yang mungkin hanya akan dialami sekali dalam hidup mereka. [Farid Ab, Santri Angkatan 1, Pesantren Media]