Liputan Khusus Diskusi Aktual Pesantren Media, Ahad, 13 Mei 2012
Pada hari Minggu, 13 Mei 2012, Pesantren Media kembali menyelanggarakan acara diskusi aktual. Kali ini, membahas masalah “Di Balik Hancurnya Sukhoi”. Seperti biasa, terlebih dahulu Ustadz Umar Abdullah memberikan pengantar seputar Sukhoi, yakni Ustad Umar Abdullah merasa sedih karena dalam satu kantung jenazah itu bukan berarti satu jenazah. Ini diakibatkan kondisi jenazah banyak yang sudah tidak utuh lagi mengingat kondisi pesawat yang hancur berkeping-keping di sekitar tebing Gunung Salak. Ustadz Umar Abdullah memperkirakan bahwa pesawat Sukhoi itu meledak saat menabrak tebing Gunung Salak yang berada di Bogor, Jawa Barat.
Ustad Umar menambahkan ada dugaan kuat dari berbagai informasi, Sukhoi Superjet 100 itu menabrak tebing akibat turunnya pesawat sukhoi dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Padahal, bukit-bukit di puncak Gunung Salak 6.200 kaki, dan memiliki kemiringannya sampai 85 derajat.
“Ada juga yang perlu diperhatikan, yakni kenapa pilot Sukhoi itu memutuskan untuk turun, padahal kalau misalkan sedang ada awan itu pasti pilot memutuskan untuk naik, tapi kenapa pilot Rusia sendiri memutuskan untuk turun? Apakah Pilot tersebut tidak tahu medannya?” tanya Ustadz Umar Abdullah di depan forum.
Belum lagi ada dugaan dari berita yang tersebar bahwa beberapa penumpang diberikan sampanye, semacam minuman keras yang diberikan kepada penumpang Sukhoi, meskipun hal ini masih perlu diverifikasi kebenarannya.
Memulai pertanyaan
Taqiyudin, siswa kelas 1 Program Homeschooling, mengajukan pertanyaan, “Kenapa pesawat Sukhoinya menabrak gunung?” Lalu dijawab spontan oleh Abdullah, “Karena sudah takdir.” Ustad Umar Abdullah, Direktur Pesantren Media ikut berkomentar, “Secara akidah Islam, itu memang sudah takdir.”
Lalu yang jadi pertanyaan, “Mengapa harus melewati rute Gunung Salak dan terbang rendah?” Beberapa jawaban muncul, “Tidak bisa melihat ada bukit di depannya, karena pilotnya itu tidak tahu medan.” Juga ada yang berpendapat, “Karena ingin melihat keindahan Gunung Salak.”
Ustad O. Solihin, guru Teknik Menulis di Pesantren Media ikut memberikan pendapatnya, “Pesawat Sukhoi itu melakukan penerbangan dalam rangka promosi atau joy flight. Penerbangan pertama lancar, tapi saat yang penerbangan kedua, ada awan cumulus yang memiliki ketinggian 37.000 kaki, mungkin karena jika naik ke 37.000 terlalu tinggi, akhirnya pilotnya itu memutuskan untuk menurunkan ke 6.000 kaki karena pilotnya itu melihat ada celah di bagian awan cumulus.”
“Pesawat Sukhoi itu cocok berada di penerbangan perintis, karena saat proses terbangnya itu bagus. Tidak memerlukan runaway yang panjang. Cocok di daerah yang bergunung-gunung seperti di Indonesia timur. Itu sebabnya, banyak juga yang ikut terbang dalam joy flight itu para pengusaha dari kawasan Indonesia timur,” papar Ustadz Umar Abdullah.
Giliran saya, Novia, santri akhwat Pesantren Media yang mengajukan pertanyaan, “Apa fungsi dari kotak hitam (Black Box) yang sedang dicari Tim SAR?”
Pertanyaan saya ini langsung dijawab Ustadz Umar Abdullah, “Fungsi kotak hitam adalah untuk melakukan perekaman data, seperti pembicaraan antara pilot dengan co-pilot, kontak antara pilot dengan pihak ATC (Air Traffic Control, Pengawasa Lalulintas Udara) dan juga untuk mengetahui tekanan udara dan kondisi cuaca saat sedang melakukan penerbangan. Sebenarnya warnanya itu orange, supaya gampang dilihat di tempat tertentu ketika terjadi kecelakaan.”
Pertanyaan kedua saya tentang, “Apakah jasad yang hancur itu bisa kembali lagi seperti semula saat di akhirat nanti?” juga dijawab langsung oleh Ustadz Umar Abdullah.
“Tentu bisa. Dan itu akan terjadi pada masa pembangkitan manusia. Masa dimana orang-orang yang telah meninggal itu akan dibangkitkan atau dihidupkan lagi. Mereka akan dihidupkan lagi dari tulang ekornya, karena di dalam hadist, tulang ekor itu tidak akan pernah hancur dan akan terus utuh. Manusia dibangkitkan atau tumbuh kembali seperti biji sawi atau biji sayuran,” jelas Ustadz Umar Abdullah.
Lebih lanjut Ustadz Umar Abdullah menjelaskan, “Di alam dunia pun, dulu Nabi Ibrahim pernah diperlihatkan oleh Allah Swt tentang menghidupkan jasad yang sudah mati. Nabi Ibrahim berkata:”Ya Allah bisakah Engkau jelaskan bagaimana Engkau menghidupkan kembali sesuatu yang sudah mati?” Lalu Allah meminta Nabi Ibrahim untuk mengambil empat burung untuk disembelih, dicincang dan dicampur-campur dan dipisahkan jaraknya. Setelah itu Allah meminta Nabi Ibrahim untuk memanggil burung itu dan burung itu kembali hidup. Apa yang dilakukan Nabi Ibrahim itu bukan untuk meragukan kekuasaan Allah Swt. Tetapi untuk memantapkannya lagi.”
Pertanyaan ketiga saya, juga langsung dijawab, “Bagaimana Islam memandang masalah ini dan apa solusi terkait masalah kecelakaan Pesawat Sukhoi ini?”
Ustad O. Solihin memberikan jawabannya, “Harus memiliki teknologi yang lebih tinggi, keselamatannya pun harus lebih ditingkatkan lagi. Itu pencegahan ya, tapi kalau misalkan sudah kejadian, harus cepat tanggap dan turun langsung ke tempat kejadian tersebut. Dan yang lebih utama, harus memiliki orang yang ahli, entah itu dari keahliannya dan mentalnya.”
“Seharusnya negara menyediakan transportasi banyak dan massal, dan kalau faktor keselamatan ya jelas, apa saja yang perlu dilakukan, entah itu teknologi dan lintasan-lintasan udara yang tidak boleh di lewati pesawat. Setelah itu, harus dicari teknologi yang lebih aman lagi, jangan membuat kita mundur dan takut, seperti gara-gara pesawat jatuh, jadi tidak ada yang mau naik pesawat lagi. Bagaimana pun alat transportasi itu penting,” Ustadz Umar Abdullah ikut memberikan jawaban.
Pertanyaan berikutnya dari Ilham Raudhatul Jannah, santri Pesantren Media, “Tujuan pesawat Sukhoi ke Indonesia itu untuk apa?”
Langsung dijawab oleh Ustadz Umar Abdullah, “Dalam rangka promosi, dan juga ingin menawarkan harga yang lebih murah, serta mengenalkan bahwa pesawat ini memiliki kemampuan terbang yang bagus di kawasan Indonesia timur.”
Sementara Mbak Fauziah, mahasiswi UIKA (Universitas Ibnu Khaldun) Bogor menyampaikan pertanyaan, “Kan pemberitaan tentang Sukhoi itu berhari-hari, apakah ada unsur pengalihan isu?”
Ustad O. Solihin yang kemudian menjawabnya, “Itu kan kecelakaan. Memang pemberitaannya sampai berhari-hari dan kesannya heboh karena memang di media massa berlaku pameo ‘Bad news is good news”. Berita buruk adalah berita baik bagi pengusaha media untuk memberitakan kembali kepada masyarakat. Umumnya masyarakat penasarasan dengan hal-hal yang buruk sehingga untuk memenuhi rasa ingin tahunya akan mendapatkannya di media massa. Keuntungan bagi pengusaha media adalah beritanya dilihat atau dibaca masyarakat.”
Ditegaskan juga oleh Ustadz Umar Abdullah bahwa pemberitaan kecelakaan Sukhoi ini tidak ada pengalihan isu, karena itu kecelakaan, mana ada kecelakaan direncanakan.
Pertanyaan terakhir dalam diskusi aktual kali ini datang dari Farid, santri Pesantren Media, “Faktor kesalahannya itu manusia atau teknologi?”
Ustad O. Solihin menyampaikan pendapatnya, “Memang sepertinya ingin memberikan kesan akibat human error. Pesawat kan umumnya bisa terbang tinggi hingga lebih dari 37 ribu kaki, tetapi mengapa pilot malah menurunkan ketinggian hingga 6000 kaki?”
“Kalau saya menduga faktor manusia dan juga teknologi. Faktor manusianya adalah pilotnya tidak tahu medan sedangkan faktor teknologinya adalah pesawat tidak punya alat untuk mendeteksi topografi yakni ketinggian suatu tempat,” Ustadz Umar Abdullah memberikan pendapatnya.
Lebih lanjut Ustadz Umar Abdullah mengatakan bahwa, “Dugaan saya, tujuan Tim SAR Rusia datang ke Indonesia bukan untuk mencari korban Sukhoi, melainkan untuk mencari kotak hitam. Maka dari itu, untuk pihak Indonesia sendiri harus hati-hati dan kotak hitam itu harus jatuh ke tangan orang Indonesia, bukannya orang-orang Rusia. Khawatir direkayasa isinya.”
Menjelang ashar, Diskusi Aktual berakhir dengan ditutup doa kafaratul majlis bersama-sama. Semoga bermanfaat. [Novia Handayani, santri Pesantren Media]
Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas reportase Kelas Menulis Kreatif di Pesantren Media