“BBM Belum Naik, Harga-harga Sudah Naik, Rakyat Mulai Tercekik”

Liputan Khusus Diskusi Aktual Pesantren Media, Rabu, 21 Maret 2012

 

Unjuk rasa menolak kenaikan BBM | Foto: tribunnews.com

Diskusi Aktual pekanan edisi 21 Maret 2012 membahas topi “BBM Belum Naik, Harga-harga Sudah Naik, Rakyat Mulai Tercekik”. Alasan utama diangkat topik ini karena berita tentang rencana kenaikan harga BBM ini sedang hangat-hangatnya.

Tepat pukul 16.00 WIB yang pertama kali datang dalam diskusi itu adalah kami, santri Pesantren Media. Dan pada pukul 16.38 akhirnya Ust. Ir Umar Abdullah dan keluarganya datang juga, di antaranya Ummi Lathifah, Fathimah, Ade Muhammad, Abdullah dan Taqiy.

Sambil menunggu peserta diskusi yang lain datang, Ustadzah Ir Lathifah Musa, menyediakan snack keripik singkong buat kami. Sudah bisa ditebak pasti snack itu sudah habis duluan sebelum peserta lain datang. Kebetulan saya juga belum makan siang jadi langsung saja diserbu. Lumayan bisa mengganjal perut. Hehehe…

Tak lama kemudian, Ustadz O. Solihin yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga, beliau adalah penulis buku-buku remaja dan juga sebagai instruktur Kelas Menulis Kreatif di Pesantren Media, dan Rabu kali ini Ustadz O. Solihin membawa kedua anaknya, Qais dan Rafi.

Seperti Rabu pekan lalu, mahasiswi dari UIKA juga datang ikut bergabung. Di antaranya adalah Mbak Fauziyah, Mbak Wuri, Mbak Riska, Mbak Dinda, Mbak Inah dan Mbak Hana.  Oya snacknya sudah habis, ketika mbak-mbak mahasisiwi UIKA telat datang, jadi ya tidak kebagian. Hehehe…

Peserta sudah lengkap, akhirnya diskusi dibuka oleh pimpinan diskusi, Ust. Ir. Umar Abdullah. Sebelum beliau mempersilakan kepada peserta untuk bertanya. Sambil masih mengunyah keripik, seperti biasa beliau memberikan pengantarnya terlebih dahulu.

“Nanti tanggal 1 April 2012 harga BBM hampir pasti dinaikan oleh pemerintah. Saat ini harga beras justru turun, karena sedang panen.” Setelah menghela nafas sejenak, kemudian beliau melanjutkan lagi dengan bertanya pada mahasiswi UIKA, ”Ongkos sudah naik ya?”

”Ongkos naik bis, sudah ustadz,” jawab Mbak Wuri.

Ustadz Umar Abdullah kemudian berkomentar, ”Tapi turun kan bayarnya?”

”Nggak ustadz. Waktu naik, sudah bayar,” kami tertawa.

”Oh iya ya, kan bukan angkot ya? Kalau angkot kan naik gratis, turun bayar,” serempak kami tertawa kembali. ”Makanya jangan turun-turun, kalau nggak mau bayar,” lanjut Ustadz Umar Abdullah. Hahahaha….

Nah ini Ustadz Umar mulai serius, ”Waktu jaman Soeharto harga naik, ditandai dengan goreng tahu yang menyusut jadi kecil. Bahkan sekarang malah makin kecil (kalau dimakan sekali suap kali ya, maksudnya)”

”Tapi dalam menghadapi segala kondisi, sebenarnya masyarakat kita itu bisa menyesuaikan. Namun karakter masyarakat yang seperti ini dimanfaatkan oleh pemerintah untuk tujuan tertentu, dalam hal ini jika harga BBM dinaikkan pun, masyarakat akan memaklumi. Padahal yang terjadi adalah masyarakat yang disakiti,” lebih lanjut Ustadz Umar Abdullah berkomentar.

”Namun sesabar-sabarnya manusia, dalam kondisi tertentu juga akan berontak. Contoh kecil adalah ketika muncul gelombang protes para buruh beberapa waktu lalu dengan cara menutup tol yang menuju bandara dan tol cikampek yaitu tol terbesar. Pada waktu itu para buruh meminta upah minimum propinsi dan upah minimum regional,”ujar beliau.

Kemudian Ustadzah Ir. Lathifah Musa menambahkan, ”Dalam 3 bulan ke depan diperkirakan akan terjadi PHK besar-besaran”. Kami yang mendengarkan manggut-manggut, mau ngerti atau nggak pokoknya manggut-manggut saja. Tapi mustahil deh kalau nggak ngerti.

Selang beberapa saat, Ustadz Ir. Umar Abdullah pun mempersilakan kepada peserta untuk bertanya.

Pertama yang bertanya adalah abdullah (9 thn), ”Asal-usul BBM itu dari mana?

Taqiy (7 thn) adiknya Abdullah pun ikut bertanya dan pertanyaan Taqiy ini sama dengan yang ditanyakan Fathimah kakaknya, ”Kenapa sih BBM dinaikkan?” pertanyaan yang sederhana tapi pasti jawabannya bisa panjang.

Aku pun tak mau kalah, walaupun Rabu ini aku yang ditugaskan sebagai notulennya, aku ikut bertanya, ”Kalau BBM belum dinaikkan, kenapa harga-harga barang lainnya malah mulai naik?”

Setelah aku, giliran Teh Novi yang bertanya, ada dua pertanyaan yang ia ajukan, ”Apa saja dampak dengan dinaikkannya harga BBM dan bagaimana pandangan serta solusi Islam mengenai hal ini?”

Mahasiswi UIKA pun tak mau kalah, cuma kali ini hanya satu orang aja yang keluar suara (padahal hari Rabu pekan lalu hampir semua mahasisiwi UIKA bertanya). Kali ini yang bertanya adalah Mbak Wuri. Ada dua pertanyaan yang ia ajukan, ”Pertama, ketika akhirnya BBM dinaikan, selain biaya transportasi apalagi yang mau dinaikkan? Kedua, Faisal Basri mengatakan Indonesia itu negara pengekspor terbesar pertanian dan tambang, bahkan urutan ke 20. Tapi pada tahun 2007 kita defisit pangan sampai Rp 3-10 milyar, dan ini semenjak SBY naik. Nah itu kenapa?”

Ternyata Ustadz O. Solihin pun ikut bertanya, ”Dahlan Iskan, yang Menteri BUMN itu berpendapat menaikan BBM bisa dilawan dengan memproduksi mobil dan motor listrik. Padahal persoalannya tidak semudah itu. Kalau misalnya pada masa khilafah bahan bakar habis, kan BBM ini tidak bisa didaur ulang, lalu akan beralih kemana?”

Alhamdulillah pertanyaan sudah terkumpul, dan itu berarti tinggal dijawab. Namun sebelum dijawab Ustadz Umar Abdullah memberikan dua patah kata dulu, ya lumayanlah untuk mencairkan suasana dulu, khususnya aku yang dari tadi masih kaget dan takut atas ditugaskan sebagai notulen ini. Maklum, untuk pertama kalinya, gitu lho. Hehehe…

Mencari jawaban

Menjawab pertanyaan pertama dari Abdullah, ”BBM itu apa toh?” Ustadz Umar bertanya pada kami semua. Kami menjawab berbarengan, ”Bahan bakar minyak!” Berisik banget deh. Kalu ada yang tidur, pasti bangun deh mendengarnya. Hehehe…

”Bahan bakar pertama kali adalah kayu. Mulai ditemukan minyak pada masa Romawi. Minyak untuk lampu dibuat dari minyak zaitun. Lalu mulai ditemukan batu bara. Ketika mulai ditemukan kereta api dan kapal api pun bahan bakarnya pakai batubara,” Ustad Umar Abdullah menjelaskan.

Kemudian Direktur Pesantren Media ini melanjutkan pemaparannya, ”Mulai ditemukan minyak di Amerika Serikat sekitar pertengahan abad ke 19. Sejak saat itu mulai digunakan minyak sebagai bahan bakar. Kemudian ditemukan di Timur Tengah, termasuk di amerika selatan. Tahun 1945 mulai dibuat reaktor nuklir yang prtama kali oleh Amerika Serikat saat perang dunia ke-2. Dan yang mengembangkan bom atomnya, adalah Albert Enstein. Sejak saat itulah mulai ada alternatif energi yang besar yaitu nuklir. Sebelum itu, di Cina pada masa Dinasti Han, ditemukan serbuk mesiu yang digunakan untuk meledakan meriam. Berdasarkan catatan lain, bahan bakar minyak itu dari fosil binatang yang hidup puluhan ribu tahun yang lalu. Sebelum manusia diciptakan. Kerana Nabi Adam diciptakan 4000 tahun SM.”

Kemudian Ustadz Umar menjawab pertanyaanya Ustadz O. Solihin, ”Yang jelas dalam sistem Islam harus ditemukan sebanyak-banyaknya variasi bahan bakar. Padahal sekarang pun di Indonesia ada gas, cuma belum banyak dimanfaatkan. Contoh yang lain energi matahari, padahal Indonesia ini banyak cahaya mataharinya. Nuklir juga sudah lama, cuma Indonesia saja yang telat. Dalam sistem pemerintahan Islam bakal banyak variasi bahan bakar yang ditemukan. Walapun kalau kita melihat penjelasan dari hadts-hadits yang ada, peperangan di masa depan alat yang dipakai untuk perang kembali ke tombak dan busur panah. Dikatakan lagi orang akan kembali memakai kuda dan pedang lagi. Apakah mungkin terjadi Perang nuklir yang besar sekali ataukah badai matahari. Saya tidak tahu,” Ustadz Umar Abdullah menjelaskan.

Giliran pertanyaannya Taqi tentang alasan pemerintah menaikkan harga BBM yang dijawab dalam forum diskusi ini, ”Karena pemerintah tidak ingin keuntungnya berkurang. Sebab yang pertama, produksi Pertamina sedikit karena Pertamina malas. Dari 100 % ladang-ladang minyak Indonesia, 90 % dikuasai asing. Yang ada di darat itu saja Pertamina tidak mau mengurusi. Malah diurusi oleh asing. Yang kedua, pemerintahnya itu penakut dan pengecut tidak berani mngusir swasta asing. Dan terakhir harga minyak internasional naik, hargapun ikut naik,” papar Ustadz Umar Abdullah.

Kemudian beliau melanjutkan, ”Akhirnya faktor ketiga itu hanya alasan aja yang dibuat-buat karena sebenarnya tidak rugi. Kemudian cara berfikir pemerintah tentang subsidi itu negatif. Bukankah dibentuknya negara untuk mensejahterakan rakyat? Seperti juga ada di UUD 45: dibentuk negara untuk melindungi rakyat dan mensejahterakannya. Isi UUD-nya sudah islami tapi hanya sebagian kecil. Pandangan negara tidak bertanggung jawab ke rakyatnya, jadi negara lebih mementingkan keuangan negara daripada keuangan rakyat. Sebenarnya tanpa negara masyrakat bisa hidup, tapi akan lengkap dan sempurna jika ada negara.”

”Hutang Indonesia masih 40 % dari pengeluarannya. Tapi dibuat seolah-olah ada krisis, itu pemkiran syetan. Nggak usah takut uang habis, dia lupa Allah itu maha kaya. Nggak usah takut. Dan itu tidak ada dalam pikiran kapitalis, apalagi atheis” Ustadz Umar Abdullah menambahkan pendapatnya.

Dilanjutkan dengan menjawab pertanyaanku tadi, ”Itu supaya siap-siap sebelum BBM dinaikan. Itu cara berfikir pedagang. Cuma yang salah adalah pemerintah kenapa BBM dinaikkan. Akhirnya ada rakyat yang menimbun barang. Akan dijual ketika harga naik. Walaupun itu sebenarnya akan mengacaukan ekonomi perdagangan, pedagang lebih suka harga turun, karena barang dagangannya akan cepat laku. Semakin rendah harga barang maka akan semakin berputar roda ekonomi perdagangn dan begitu juga sebaliknya,” jawab Ustadz Umar Abdullah.

Berikutnya menjawab pertanyaan dari Teh Novi, ”Dampak dari naiknya harga BBM adalah semakin banyak kriminalitas, pelacuran marak , kerusuhan buruh, rakyat miskin makin banyak, inflasi, PHK besar-besaran. TDL (tarif dasar listrik akan naik), banyak yang putus sekolah. Indonesia akn mngalami krisis, karena berpengaruh pada perekonomian negara,” papar Ustadz Umar Abdullah.

”Bukan tak mungkin kemudian rakyat mengajukan solusi dengan cara turunkan saja SBY.  Atau jika tidak mau turun dari pemerintahan, ya turunkan harga BBM, kalau perlu gratiskan,  nanti masyarakat akan produktif akan senang, akan mendoakan pmmpinnya, usir swasta asing dan  ambil alih ladang-ladang minyaknya, hilangkan /ubah cara pandang negara yg mementingkan keuangan negara dari pada rakyat. Dan slogan ”Jangan tanyakan apa yang sudah negara bisa berikan tapi tanyakan apa yang sudah kamu berikan pada negara” itu slogan sesat. Harusnya kembali ke al-Quran dan as-Sunnah,” lanjut Ustadz Umar Abdullah mengakhiri jawaban dari Teh Novi.

Dan terakhir menjawab pertanyaannya Mbak Wuri.

”Perusahaan menaikan harga tarif produksi karena ada tuntutan dari buruhnya untuk naik gaji. Nggak hanya transportasi. Bahan-bahan baku untuk menyuplai produksi tadi, misalnya produksi batu baterai itu kan naik semua. Sengnya naik, karbonnya naik, cat naik dan lain sebagainya. Jika harga-harga komponen pembuat baterai naik akibat kenaikan jasa angkut transportasi ya harga jual akan naik, buruhnya yang bekerja di pabrik itu juga minta naik gaji. Ini memang efek domino,” panjang-lebar Ustadz Umar Abdullah menjelaskan.

”Harga property juga naik ya?” Ustadzah Lathifah Musa mencoba bertanya di sela pembahasan pertanyaan Mbak Wuri.

”Ya akan naik,” jawab Ustadz Umar Abdullah singkat.

Ustadz Umar melanjutkan menjawab pertanyaan Mbak Wuri tentang Indonesia defisit pangan, ”Kemudian kenapa terjadi defisit? Yang pertama, luas lahan pertanian menyusut tajam, ini kasus yang pangan. Pangan itu seperti ubi, beras, jagung. Tapi perkebunan bisa saja naik. Hutan menurun tajam, pangan turun, pertanian turun karena lahan, hama, dan hujan yang menyebabkan kegagalan panen. Jadi itu faktor-faktor penyebab defisit.”

Akhirnya diskusi aktual edisi 21 Maret 2012 selesai sudah. Kemudian aku membacakan kesimpulannya dengan keringat dingin. Kemudian setelah mendengarkan pembacaan kesimpulan dariku, Ustadz Umar menutup diskusinya dengan membacakan kafaratul majlis dan adzan maghrib berkumandang dari masjid dekat Rumah Media, tempat kami berdiskusi. [Ilham Raudhatul Jannah, Santri Pesantren Media]

Catatan: Tulisan ini adalah tugas reportase di Kelas Menulis Kreatif Pesantren Media

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *