Sex After Party

Sobat Muda, pergaulan remaja saat ini udah sangat kebablasan. Tahu nggak, di pergantian tahun lalu, banyak banget terjadi pencabulan, pemerkosaan dan zina. Korbannya kebanyakan anak di bawah umur, dengan pelaku pacar atau pasangan yang baru dikenalnya. Nah, sebentar lagi bakal ada perayaan Valentine, yang juga jadi ajang zina. Kayaknya sex after party memang benar-benar ada ya. Duh, apa jadinya ya kalo generasi muda udah bener-bener bejad moral gini? Yuk, kita wawancarai Mbak Asri Supatmiati, S.Si. Penulis Buku Indonesia dalam Dekapan Syahwat.

Mbak Asri, pastinya sobat muda pengin tahu nih, emang bener ya sex after party itu ada?

Baik. Itu sih bukan isapan jempol ya, memang sudah lazim. Di kalangan penggemar party, dugem, ya mayoritas berakhir dengan seks. Misalnya pesta pergantian tahun baru lalu, juga valentine day, atau bahkan acara dugem di tempat hiburan malam, dll. Parameternya, biasanya kalau ada ajang pesta, penjualan kondom naik, omset apotek yang jual kondom naik. Seperti saat tahun baru lalu. Bahkan saat digelar Sea Games saja, isu penyebaran kondom menguat. Itu karena saat pesta olahraga juga selalu ada seks.  Yang ironis, pesta seks itu banyak yang melibatkan anak kecil sebagai korban. Seperti di Surabaya, ada empat kasus pencabulan anak di bawah umur pd malam pergantian tahun baru. Usia 15-16 th. Pelakunya, pasangannya, kebanyakan baru dikenal di Facebook, SMS nyasar yang ditanggapi atau pacarnya. Lalu berita tak kalah heboh, pasangan homo yang tewas di kamar mandi. Jadi, setelah puas bersenang-senang, mereka menutup pesta dengan seks. Ada juga yang didahului mabuk, ada juga yang memang sadar puncak pesta itu ya seks. Memang belum ada penelitian soal ini, tapi sudah rahasia umumlah kalau hal itu sudah biasa. Masalahnya, seks yang dilakukan sesudah pesta itu berupa perzinaan. Baik dengan pacar, selingkuhan, pelacur, gigolo atau pasangan homo. Tentu saja ini sangat menjijikkan.

Pastinya sex after party itu bukan budaya kita, apalagi masyarakat muslim. Tapi kenapa kok bisa eksis di negara kita yang mayoritas muslim ini?

Ya, itulah ironisnya. Kita sangat prihatin, budaya asing begitu mudahnya ditiru masyarakat kita. Seperti pesta Tahun Baru atau Valentine, itu kan nggak ada akar budayanya dari Indonesia, apalagi dari Islam. Tapi kok begitu mudahnya diterima masyarakat. Pertama, peran media sangat besar dalam mempromosikan gaya hidup Barat. Apalagi di era keterbukaan informasi saat ini, berita di mancanegara langsung diakses masyarakat dalam hitungan detik. Majalah, film dan internet banyak mengajarkan gaya hidup ala Barat, salah satunya party dan seks bebas.

Kedua, pemahamam mereka terhadap ajaran Islam sendiri juga sangat lemah. Aqidah yang tidak menancap kuat dan ketidaktahuan akan hukum-hukum syariat Islam terkait dengan perbuatan, membuat umat Islam begitu bodoh dan mudah tertipu. Sehingga, begitu muncul produk atau aktivitas-aktivitas baru yang sebetulnya bertentangan dengan Islam, mereka tidak memiliki kemampuan menyaring, memilah atau membandingkan, apakah ini halal atau haram, boleh atau tidak. Akhirnya, tanpa mereka sadari mereka mengikuti saja arus yang mengalir di masyarakat.

Bagaimana dengan pengaruh lingkungan pergaulan, Mbak?

Ya, itu juga faktor pendukung. Remaja itu kan mudah meniru, mudah dipengaruhi, kalau teman atau lingkungan mengajak kemaksiatan sekalipun, tanpa pikir panjang diikuti. Remaja baik-baik yang tadinya cuek, bila bergaul dengan para penggemar seks after party, akhirnya ikut-ikutan. Hal ini juga tidak terlepas dari longgarnya pengawasan ortu. Bahkan ada ortu yang membiasakan kepada anaknya dengan pesta-pesta. Misal dukungan dana untuk merayakan V-Day, diberi kelonggaran keluar pada tanggal 14 Februari, atau dibolehkan berdua-duaan dengan pasangannya. Tak hanya lingkungan, pola pendidikan yang tidak sesuai aturan agama menyebabkan anak mudah dipengaruhi oleh lingkungan yang kebanyakan melanggar norma-norma adat dan agama itu sendiri. Lengkaplah sudah dorongan bagi mereka untuk terjerumus ke dalam lembah kesalahan. Semua itu dilakukan dengan dalih modernitas, trendy dan gaul. Batasan halal-haram dan norma-norma agama dicampakkan begitu saja. Itulah potret umat di masa kini yang begitu memprihatinkan.Sementara di sisi lain, masyarakat kita sangat lemah imannya, mudah terpengaruh, gengsi bila tak mengikuti gaya Barat. Itulah sebabnya busaya seperti sex after party pun eksis. Lihat saja nanti, saat Valentine Day, pasti bakal lebih parah lagi.

Bener banget Mbak. Valentine itu kan identik dengan pelampiasan cinta, salah satunya seks. Duh, gimana nih Mbak supaya remaja nggak terjebak sex after party?

Caranya gampang, ya nggak usah merayakan pesta-pesta sia-sia itulah. Apalagi perayaan pesta itu memperingati sesuatu yang diharamkan, seperti Tahun Baru yg bukan hari raya Islam, V-Day yang bukan hari raya Islam. Juga pesta apa saja, dugem, pesta ultah, dll. Dugem-dugem itu hanya pintu masuk kemaksiatan, semuanya sia-sia.  Pasangan muda-mudi yang bukan suami istri menjalin hubungan intim, jelas diharamkan. Ingatlah firman Allah Swt yang artinya: “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan tercela dan jalan yang buruk.” (Al-Isra:32)

Mengikuti party berarti tasyabuh, mengikuti kebisaan orang kafir. Alquran maupun Sunnah secara syar’i melarang tasyabuh dalam segala bentuk dan sifatnya, baik masalah aqidah, ibadah, budaya, maupun tingkah laku. Allah berfirman dalam Surat An-Nisaa: 115 yang artinya: ”Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruknya tempat kembali.”

Rasulullah juga bersabda “Man ‘amila ‘amalan laisa ‘alayhi amrunaa fa huwa raddun” yang artinya: “Siapa saja melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan tuntunanku, maka perbuatan itu akan tertolak” (HR Bukhari).

Lebih dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup orang kafir akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati pada mereke. Allah Swt telah berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah: 51)

Jadi, dilarang bagi kita membebek kepada tradisi dan kebiasaan orang Barat yang notabene tidak selaras dengan Islam. Mari kita renungkan firman Allah: “Dan janganlah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)

Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekadar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan, bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.

Oleh karena itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut taqlid. Hadits Rasulullah SAW: “Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.

Lantas bagaimana Mbak untuk mengantisipasi supaya umat Islam tidak terjebak gaya hidup Barat?

Sebagai muslimah, khususnya remaja, hendaknya membekali diri dengan pengetahuan agama yang cukup. Muslimah harus memperkokoh aqidahnya sekaligus memperkuat pemahamannya tentang hukum-hukum syara’, tentang halal dan haram dalam Islam. Hal ini penting agar bisa menghadapi kehidupan ini dengan tegar dan tidak mudah dipengaruhi oleh budaya-budaya kaum kafir yang bukan saja tidak sesuai, malah sangat bertentangan dengan syari’at Islam.

Allah Swt berfirman yang artinya: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)

Di sisi lain, sudah sepantasnya jika para orang tua muslim mengawasi serta melarang putra-putri mereka agar tidak ikut-ikutan latah merayakan budaya barat yang sangat bertentangan dengan syari’at Islam tersebut. Orang Tua wajib melarang tegas anaknya yang mengikuti perayaan Valentine’s Day.

Orang tua wajib memberikan pemahaman dan pendidikan agama yang benar dan mampu menancap kuat di diri anaknya. Sebab tidak jarang remaja ikut-ikutan budaya Barat karena tak pernah diajarkan agama oleh orangtuanya. Padahal Rasulullah bersabda: ‘Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, orangtuanyalah yang menjadikan dia nasrani atau majusi.”

Jelaslah, orangtua juga berperan besar untuk mencegah terjadinya kerusakan moral anak-anaknya. Anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan diselamatkan dari kehancuran moral. Anak perlu dijaga mental spiritualnya, bukan hanya badan jasmaninya saja.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *