Beriman atau Kufur Itu Pilihan

Pertanyaan:

Dari +628193660xxxx Ma’shum dSumenep Madura JATIM : Dalm alQur’an baxk ayt yg mnjlaskn bhw Allah Mha Adil&Bjksna,nmun ktk qt bka sjarh,dstu djlskn bhw fir’aun,abu jahl dll adlh org kfir (org yg tdk prnh ngrjkn prnth Allah,sdgkn Nabi Muhmmad adlh org yg palng suci&ma’shum.Kn yg menntukn Islam/ iman & tdakx se2org it Allah(yg brkhndak mngislamkn/ mngimankn se2org) yg Q mo taxkn dmn ltak keadlan Tuhan,mngnai ma’shumx Nabi Muhmad&Kafirx fir’aun srta pra org kfir,ap ni adil?

Jawaban:

Ma’shum di Sumenep Madura Jatim, adalah salah fatal dan sangat keliru jika menyimpulkan bahwa yang menentukan iman dan tidaknya manusia, atau Islam dan kafirnya manusia, adalah Allah SWT. Kesalahan fatal anggapan tersebut sangat nampak dari dua dalil:

  1. dalil aqliy, aqal memahami bahwa Allah SWT memerintahkan beriman dan melarang kufur, juga memerintahkan masuk Islam dan melarang masuk ke din lainnya. Lalu jika manusia melaksanakan perintah yakni beriman dan masuk Islam maka sudah pasti akan diberi pahala oleh Allah SWT, dan sebaliknya jika manusia melanggar yang dilarang yakni bersikap kufur dan masuk din selain Islam, maka dipastikan akan disiksa. Nah, jika beriman dan masuk Islamnya manusia dipaksa oleh Allah SWT begitu juga kufur dan masuknya mereka kepada din selain Islam adalah dipaksa oleh Allah SWT, maka aqal memastikan tidak boleh ada pengkaitan perbuatan manusia yang dipaksa tersebut dengan pahala dan siksa.

 

  1. dalil naqliy, banyak dalil baik Al-Quran maupun As-Sunnah yang memastikan bahwa iman atau tidaknya makhluq juga taat dan maksiatnya mereka kepada Allah SWT adalah atas keputusan dirinya dan sama sekali bukan ditetapkan/dipaksa oleh Allah SWT :

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (النحل : 125)

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (البقرة : 6)

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ (الكهف : 29)

وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ(10)إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ (يس : 10-11)

إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (الزمر : 7)

 

Aktivitas اَلدَّعْوَةُ (النحل : 125) atau اَلإِنْذَارُ (البقرة : 6 atau يس : 10-11) yang dilakukan oleh Rasulullah saw adalah untuk menyeru manusia supaya beriman kepada Allah SWT, Al-Quran dan Rasulullah saw sendiri, selanjutnya masuk ke dalam Islam. Inilah tugas utama dari Rasulullah saw juga umat Islam dengan objek adalah manusia yang kufur. Inilah yang ditunjukkan secara gamblang oleh hadits yang mengkisahkan ketika Abu Thalib tengah sakaratul maut :

عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلٍ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ وَيُعِيدُ لَهُ تِلْكَ الْمَقَالَةَ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا وَاللَّهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ وَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِي أَبِي طَالِبٍ فَقَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (رواه مسلم)

 

Bagian hadits حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ (hingga Abu Thalib berkata sebagai akhir ucapan kepada mereka : Rasulullah saw, Abu Lahab dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Al-Mughirah adalah dia tetap dalam millah Abdul Muthallib dan menolak untuk mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ) memastikan bahwa itu adalah murni 100 per-sen keputusan Abu Thalib dan bukan paksaan dari Allah SWT. Demikian jugalah yang berlaku atas Fir’aun, Kaisar Romawi Heraklius, Kisra Persia, Abu Lahab, Abdullah bin Ubay dan lainnya bahkan iblis saat masih di surga bersama dengan Adam dan istrinya. [Ust. Ir. Abdul Halim]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *