MediaIslamNet.Com– Banyak pertanyaan dalam benak rakyat Indonesia menjelang kedatangan Obama. Untuk apa datang ke Bali? Mengapa hanya singgah beberapa jam saja sudah membuat repot seluruh personel aparat dan TNI? Standar pengamanan Super VVIP (Very Very Important Person) yang disiapkan jauh-jauh hari ini tentu memerlukan biaya yang juga Super Besar.
Bagi yang terbiasa mengikuti berita di TV, akan bertanya. Mengapa KTT Pemimpin Asean perlu dihadiri oleh Kepala Negara AS? Apa saja agenda Obama di sini? Benarkah hanya sekedar menghadiri East Asia Summit 2011? Itupun tidak seluruh Kepala Negara ASEAN datang. Mungkinkah pertemuan dengan SBY sebagai kepala negara Indonesia menjadi jadwal terpenting kehadirannya di Bali?
Apakah karena Asia menjadi pasar yang stabil dan bahkan tumbuh, sementara AS sedang didera krisis besar-besarkan dan Eropa dalam kondisi yang mengenaskan? Apakah ada hubungannya dengan lumpuhnya eksplorasi emas PT Freeport di Papua? Apakah ada hubungannya dengan protes besar-besaran karyawan Freeport dan masyarakat Papua yang telah mencium ketidakadilan yang sangat besar dalam proyek pertambangan emas ini?
Apakah ada hubungannya dengan pertemuan G20 yang berlangsung dalam waktu dekat dan AS menginginkan Indonesia sebagai Ketua ASEAN turut menyuarakan kepentingannya? Apakah AS sedang membidik sumber energi sangat besar (minyak bumi dan gas alam) yang sedang diperebutkan oleh negara-negara di sekitar Laut Cina Selatan?
Apakah juga terkait dengan isu pendirian Pangkalan Militer di wilayah Indonesia untuk menghadapi kekuatan Cina dan menghadang bangkitnya negeri muslim berpotensi besar seperti Indonesia?
Banyak kemungkinan yang bisa dilakukan AS di Indonesia. Tapi yang pasti, AS akan memilih cara yang paling tidak menguras anggaran. Bahkan kalau perlu tanpa anggaran sama sekali dan justru menguras kekayaan negara lain.
Obama dituntut untuk berbasa basi dengan manis, agar tak dilempar “sesuatu” semacam sepatu seperti Bush. AS harus memelihara hubungan baik dengan negara-negara ASEAN.
Saat ini negara-negara ASEAN menjadi mitra “terbaik” yang didambakan AS. Pasalnya, pada pertemuan AS dengan Uni Eropa yang baru lalu, Menkeu AS sempat disemprot oleh Angela Merkel, Kanselir Jerman. Ini gara-gara AS dianggap sok tahu karena menasehati Uni Eropa agar segera mengatasi krisis di Yunani. Menurut Merkel, AS lebih baik konsentrasi mengurusi negaranya yang sedang dilanda krisis karena utang yang membengkak, daripada mengomentari negara lain. Walhasil, AS merasa perlu teman dalam pertemuan G20 nanti. Konon Indonesia adalah negara besar yang selalu berhasil dipecundangi oleh AS.
Entah apa yang disepakati di balik basa-basi ini. Yang jelas pemerintah mengekspose besar-besaran kemuliaan AS yang sebenarnya palsu saja. Yang dibesar-besarkan dalam kunjungan Obama kali ini adalah upaya untuk semakin mempererat hubungan kedua negara.
Belum lama ini hubungan baik ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman tentang pengalihan pembayaran utang pemerintah Indonesia kepada pemerintah Amerika Serikat di Jakarta. Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat menandatangani kesepakatan pengalihan utang luar negeri senilai 28, 5 juta dolar AS untuk mendukung konservasi hutan dan usaha mitigasi perubahan iklim di Kalimantan. Implementasi module ini akan melibatkan dua organisasi lingkungan terkemuka, WWF dan The Nature Conservancy (TNC) (Kompas, 9 November 2011).
AS sedang tak punya uang. Di satu sisi, AS punya kewajiban untuk melaksanakan proyek penanggulangan iklim global. Pantas, karena AS adalah penyumbang terbesar emisi gas karbon yang sangat berdampak pada pemanasan global. Negara-negara dunia telah banyak mencaci maki AS atas borosnya pemakaian bahan bakar karbon (migas), belum lagi ulahnya karena tidak menunjukkan keseriusan dalam penanggulangan pemanasan global.
Kebetulan Indonesia memiliki banyak hutan. Kebetulan Indonesia ada sedikit hutang pada AS. Kebetulan pemerintahnya tak banyak cing-cong dan gampang dibodohi. Inilah yang selanjutnya menjadi jualan pamor AS pada pertemuan tingkat tinggi negara-negara ASEAN.
Di balik kerlingan manis AS dengan sumbangannya dalam proyek konservasi hutan, sebenarnya rencana busuknya jauh lebih tertanam. Apakah fakta yang sangat gamblang ini tak disadari oleh Indonesia, khususnya para pemimpin. Jabat tangan bersahabat mereka dengan pemimpin AS telah menorehkan luka pada mayoritas rakyat Indonesia.
Sekiranya rakyat lebih mengerti apa yang terjadi, tentu luka akan semakin terbuka lebar dan menimbulkan rasa perih yang tak kepalang. Sekiranya seluruh rakyat tahu bahwa Freeport telah menggali gunung emas Papua dan meninggalkan lubang raksasa yang menimbulkan kerusakan alam tak terkira. Sekiranya rakyat tahu bahwa Indonesia hanya mendapat satu persen saja dalam kontrak karya Freeport, sementara selebihnya adalah milik perusahaan raksasa AS beserta pemerintahnya yang selalu mengunjungi Indonesia setiap ada gonjang-ganjing mengganggu keamanan perusahaan ini.
Sekiranya rakyat tahu bahwa perusahaan AS hanya menguras kekayaan alam, kemudian mengangkutnya semua tanpa imbalan yang berarti. Bahkan dalam proyek gas alam Natuna, Indonesia hanya mendapat nol persen.
Dalam kehidupan manusia, inilah yang dinamakan perampokan besar-besaran! Bahkan perampokan ini menggunakan tangan-tangan anak-anak negeri sendiri, yang dengan bayaran layaknya buruh kasar mengangkut hasil rampokan untuk dibawa kapal-kapal AS. Bila mereka tak bersedia, maka terjadilah tembak menembak antar anak bangsa.
Pemerintah Indonesia menanam dosa dengan mengeluarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 63 tahun 2004 serta Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1762 K/07/MEM/2007 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral. Atas dasar itu Polda Papua membuat Nota Kesepahaman dengan PT Freeport. PT Freeport dianggap obyek vital nasional yang harus dijamin keamanannya. Argumentasi terbalik yang menyesatkan. Seharusnya militer justru mengamankan Papua dari penjarahan PT Freeport terhadap aset penting nasional!
Dalam konflik di Timika Papua, korban tewas berjatuhan. Semuanya adalah putra-putra Indonesia. Mengenaskan, menyakitkan, dan memilukan! Perampokan mengatasnamakan investasi asing. Penembakan rakyat mengatasnamakan kebijakan pemerintah. Pengamanan mahal dikerahkan untuk melindungi pemimpin kaum imperialis. Hukum Islam menyatakan haram menerima dan menyambut mereka!
Maka rakyat negeri ini akan disuguhi tayangan TV yang sangat menyakitkan. Yaitu ketika pemimpin negeri ini menyambut pemimpin bangsa penjajah dengan senyuman dan sapaan hangat. Menyedihkan! Untuk itu selayaknya kebodohan janganlah dipertontonkan! Karena ini akan menjadi berita memalukan yang bertajuk Obama dan Pemimpin Negara yang Tertipu. [Lathifah Musa, 10 November 2011]