Pengalaman Pertamaku Pulang Sendirian

Oleh Ilham Raudhatul Jannah (santri Pesantren Media)

Mungkin karena aku pulang sendiri, ditambah aku perempuan…. Malam harinya sebelum aku pulang, ustadz umar menasehati aku, agar aku berhati – hati dimobil bis, jangan lengah. karena benda – benda berharga berada di dalam tas, jika disuruh untuk menyimpannya dibagasi jangan mau, intinya barangnya itu jangan jauh dari kita. Kalau ditanya ini itu oleh orang yang nggak dikenal dijawab seperlunya saja, dan dzikir dalam hati selama perjalanan itu supaya terhindar dari hipnotis dan sebangsa sihirlah pokoknya.

Untuk pertama kalinya aku pulang sendirian dari tempat yang jauh banget, mungkin jaraknya puluhan kali lipat dari jarak antara rumahku dan pasar yang tak sampai setengah kilo. makanya menurut aku, aku cukup beranilah pulang sendiri. Karena seperti kataku tadi, jarak yang dekat antara rumah dan pasar saja aku sudah nggak berani kalau sendirian. Harus selalu ada yang nemenin. Bukan karena takut aja sih tapi karena malu juga. Heheheh….

Waktu itu aku mikirnya udah kemana – mana, gimana kalau nyasar…. Gimana kalau dihipnotis…. Gimana kalau di culik. Apalagi itu adalah pengalaman pertama. tapi dengan pulang sendiri itu bisa menjadi pembuktian kepada beberapa saudara aku yang tidak setuju aku sekolah dijauh, kalau aku bisa bertanggung jawab dengan keputusanku itu. lagian kalau misalnya ada yang menjemput, siapa yang mau jemput coba. Masa aku nyuruh nenekku untuk menjemput. Nggak mungkin. Aku juga nggak mungkin minta dijemput oleh paman yang mengantarkan aku ke pesantren media- waktu baru masuk. pamanku yang itu sudah terlalu banyak aku repotkan. Walaupun dia adalah paman jauhku. Entah paman dari anak siapanya nenekku, aku nggak tahu. Setahuku dia masih saudaraku. Lebih tepatnya saudara jauh. Tapi anehnya walaupun dia saudara jauh, kebaikan, perhatian dan kepeduliannya terhadap aku dan adikku melebihi saudara kandung ibuku.

Oh iya, aku adalah anak yatim piatu. Anak pertama dari dua bersaudara. Sekarang adikku tinggal di panti asuhan Baros – Serang. Kalau diceritakan kisah aku dan adikku, harus disediain ember…. Soalnya awan mendung nan hitam akan tiba – tiba pecah, turun dengan deras kalau aku menceritakannya. Memilukan! Singkat cerita, pamanku yang itu yang suka ngasih uang jajan sebulan sekali buatku dan adikku, belikan ini belikan itu, yang sering bantuin aku kalau aku lagi kesusahan termasuk nganterin aku waktu ke pesantren madia ini.

Sekitar pukul 06.00, aku sudah siap untuk pulang. Isi tas sudah aku periksa dan lengkap. Pada bagian paling belakang tas…. karena luas, kusimpan pakaian dalam, sesudah itu diatasnya kuletakkan tas kecil yang berisi uang, lalu kutimpa dengan beberapa jilbab, terus ditimpa lagi dengan boneka kesayanganku. Pada bagian tengah tas kusimpan buku – buku tugas, alQuran kecil terjemahan, sisir, cermin kecil, bingkai foto aku dan nenekku dan alat – alat untuk menulis. Sedangkan pada bagian depannya kusimpan handphone, supaya gampang ketika ngeluarin dan masukinnya kalau mau dan ada yang menghubungi. Dan kantung kecil dikiri dan dikanan tas itu kusimpan uang untuk ongkos. Karena tidak cukup ditas ransel, baju – baju, binder dan buku – buku novel yang mau dibaca disana…. Kusimpan ditas jinjing plastik.

Dengan mengucap basmallah kulangkahkan kaki ke mobil ustadz umar yang akan mengantarkanku ke terminal baranang siang. umi lathifah, ade Muhammad, Abdullah, taqi dan kak farid juga ikut mengantarkanku lho! senangnya. Lumayan juga –ngirit ongkos, uang yang tadinya buat naik angkot itu jadi tambahan buat ditabung. Sesampainya di terminal, kami segera mencari bis yang berhentinya di terminal pakupatan serang. Setelah bertanya pada tukang asongan ternyata mobil yang dimaksud kami itu berada di atas (terminal). Setelah ketemu, kemudian aku naik diikuti umi dan ustadz, setelah mereka memastikan tempat dudukku dan barang – barang bawaanku jauh atau tidak dari aku, lalu mereka turun. Tapi sebelumnya mereka mengingatkan aku lagi untuk tetap berhati – hati.

Di bis itu aku sebangku dengan seorang perempuan dan anaknya yang masih kecil kira – kira umur 3 tahunan. Nah setelah itu tiba – tiba aku ingat pesan ustadz umar, aku harus berhati – hati dengan orang asing. Makanya aku diam aja kayak orang yang nggak bisa ngomong, melihat wajahnyapun aku tidak berani, aku takut dihipnotis…. Hahahah… ada – ada aja.

Jujur aku merasa aneh dengan sikapku itu, juga nggak enak, takut nggak sopan pokoknya campur aduk deh. Mungkin dia juga merasa aneh kayak aku, merasa bosan juga nggak ada teman bicara…. Akhirnya perempuan itu yang memulai membuka percakapan. Pertama ia bertanya aku dari mana dan mau kemana. Aku jadi bingung sendiri, jawab jujur atau bohong. Kalau bohong… aku kan lagi puasa, masa bohong. Tapi kalau jujur… gimana kalau dia orang jahat, aku kan harus berhati – hati. Gimana kalau misalnya nanti aku diculik terus dimutilasi kayak diteve – teve itu lho. Ih naudzubillah.

Tapi setelah aku berfikir, tapi tidak lama – lama sih berfikirnya, akhirnya aku memutuskan untuk manjawabnya jujur, tapi nggak usah lengkap menjawabnya. Aku jawab aja, aku dari Pandeglang yang pesantren di sini. Udah lama – lama – lama banget aku ngobrol sama perempuan itu, aku jadi berfikir…. Kayaknya dia bukan orang jahat….

Cerita – ceritanya asyik, cara bicaranya nggak ada yang aneh – aneh, nggak ada sesuatu yang dicurigai, dan yang pasti nggak ngebosenin… pas banget buat nemenin ngobrol selama di bis ini. Dan anehnya, dari tadi… udah ngobrol panjang lebar dari aku dan perempuan itu nggak ada yang ingat, buat nanyain nama masing – masing. Mungkin karena keasyikkan ngobrol kali ya…

Tidak terasa dari percakapan itu, aku sudah sampai di terminal pakupatan Serang. Lalu aku pamit pada perempuan itu. dan turun deh nyari bis jurusan pandeglang – Labuan yang berhenti di simanying, sambil dikiri dan kanan tanganku penuh membawa barang – barang yang berat banget. Ketika baru 2 langkah aku berjalan, tiba – tiba ada bapak – bapak yang nanya aku mau kemana sambil ngambil barang – barang itu dari tanganku. Ya aku senang ada yang mau bantuin aku bawa barang – barang berat itu. Nah setelah aku kasih tahu aku mau kemana , lalu dia mengantarkan aku menuju bis yang aku maksud itu. orang itu naik ke bis, akupun ikut naik… dan tak lupa barang – barang itu dia letakkan di sebelah aku duduk.

Aku seperti orang bodoh, melihat orang itu tetap berdiri disebelah tempat dudukku. Kata aku dalam hati, apa aku belum ngucapin terimakasih ya… makanya orang ini diam aja disini, nggak mau turun. Setelah aku ngucapin terimakasih. Katanya,” mana ongkosnya neng? Hahahah… aku nggak tahu sih. Aku kira emang orang itu kasihan sama aku, makanya dia bantuin aku bawa barang – barang itu. ternyata emang benar ya di dunia ini nggak ada yang gratis. Jadi malu. Maklumim aja. Heheheh…

Beberapa menit kemudian, bis yang aku tumpangi itu jalan.

Tiba – tiba busnya berhenti , kaget rasanya. Jantungku kayak mau copot. Habis ngeremnya mendadak sih. Katanya sih ada yang hamper saja mau ketabrak. Tapi aku lebih dibuat kaget lagi ketika menyadari bus ini berhenti tepat di depan yayasan panti asuhan yang sekarang menjadi tempat tinggalnya adikku. Pengen rasanya lari keluar, nyamperin adikku ngajak pulang. Tapi sayang beberapa hari yang lalu aku dapat sms dari kepala yayasannya, kalau adikku belum bisa pulang. Pulangnya 5 hari mau lebaran. Jadi disamperin waktu itupun maksudnya ngajak pulang, percuma juga… pasti akhirnya nggak bakalan diijinin. Rasa rindu terhadap adikku harus aku simpan sampai 5 hari kemudian.

Lelah, letih, pegal – pegal, dan ngantuk baru aku rasakan setalah aku sebentar lagi sampai. rasanya pengen banget tidur, tapi aku tahan …. Soalnya akukan sendirian. Khawatir terjadi sesuatu. Tentang sendiri nih, kebetulan aku duduk sendiri. Dan itu membuat aku punya kesempatan untuk sms dan telponan dengan sepupu, sahabat dan para teman – temanku ( ngasih tahu kalau sebentar lagi aku nyampe), tanpa harus merasa nggak enak sama orang lain. Tapi walaupun begitu…. Aku tetap menjaga kesopanan dengan tidak bersuara keras, maksudnya aku kan teleponannya sambil ketawa – ketawa, tapi ketawanya tidak keras – keras, gitu lho. soalnya kalau di rumah aku kalau ketawa… suaranya bisa kedengaran ketetangga sebelah…. Heheheh…

Ketika lagi sibuk teleponan sambil smsan itu. tiba – tiba kondekturnya berteriak,”simanying! Simanying!!!” . kaget bercampur heran. Kok dari tadi kaget melulu ya. Heheheh… kok kayak sebentar gitu lho, perasaan baru tadi aku naik bisnya, eh tahu – tahunya sudah sampai. Kemudian aku turun. Senang banget rasanya menghirup udara daerah tempat tinggalku lagi. Baru saja aku ngebayangin nenek yang senang melihat kepulanganku. Tapi bayangan itu jadi buyar , saat aku melihat dari arah barat segerombolan tukang ojeg menghampiriku sambil saling mendahului satu sama lain. Dan itu membuat aku takut. karena aku sudah tahu dari dulu-dulu kalau mereka itu suka berebutan penumpang, intinya tidak ada yang mau mengalah satu sama lain.

Rasa takutku semakin bertambah, ketika mereka sudah ada di hadapanku dan langsung saling berebutan menarik-narik barang bawaanku. Ada tiga ojeg yang berhasil mendapatkan barang – barang aku, ojeg yang kesatu dan kedua menarik barang yang ada di tangan kanan- kiriku dan ojeg yang ketiga menarik tas dipunggungku. Sementara itu ojeg yang lainnya menarik – narik tangan aku, sambil adu mulut. Aku jadi bingung sendiri, apa yang harus aku lakukan… “DIAAAAAM!!!! Aku manusia bukan boneka!!”, spontan aku berteriak sambil membentak – bentak mereka. Lalu mereka semua diam. Entah kenapa aku bisa seberani itu. soalnya mustahil aja gitu, aku kan penakut dan pemalu banget orangnya, mungkin penakutnya udah stadiom akhir kali. Hahahah… ngomong di depan kelas aja aku udah panas dingin, gemetar seluruh badan aku, apalagi kan orang – orang yang di di depanku adalah orang yang aku kenal. Tapi ini, aku berani bicara keras kepada orang yang sama sekali tidak aku kenal. Hebat ya? Jadi geer sendiri. Heheheh…

cepat – cepat aku menarik semua barang – barangku dari mereka, dan langsung menelpon paman kedua (soalnya aku punya paman tiga) untuk menjemputku, dihadapan mereka. Tanpa harus kuberi tahu, akhirnya mereka pergi. Pasti pergi dengan perasaan kecewa deh. Lega rasanya orang – orang serakah yang hanya memikirkan diri mereka sendiri itu sudah jauh pergi dari hadapanku. Sadis banget ya aku ngomong kayak gitu. Habis kesal banget. Ih!

Tidak lama kemudian paman datang dengan motor sekuternya yang butut, yang suaranya kayak kakek – kakek yang lagi batuk kritis dan jalannya kayak bekicot yang suka aku lihat nempel dipohon pisang. Tanpa basa basi aku naik. Paman nanya ini itupun tidak aku dengerin. Aku sudah merasa, capek, pegal dan ngantuk sudah ada dipuncaknya. Pengen buru – buru sampe rumah, masuk kamar, tidur

Sesampainya di rumah, aku disambut bahagia oleh nenek dan para tetanggaku. Sampai – sampai nenek malahan nangis, aduh! Ya itulah nenekku, aku bisa pahamlah. Dan yang lebih parah, para tetanggaku berduyun – duyun datang ke rumahku untuk melihatku. Entahlah… mereka tahu dari mana kalau aku pulang. Tapi yang pasti, aku tahu banget mereka sayang banget sama aku melebihi sayangnya para saudaraku. Rencana untuk langsung tidur ketika tiba di rumah itu, batal. Aku nggak mungkin dong nyuekin mereka, lagian nggak sopan juga. Semuanya bertanya macam – macam pertanyaan, dengan sabar aku jawab satu – satu pertanyaan itu. rasanya aku lemas banget, apalagi aku puasa. Uh! Lengkap sudah.

Akhirnya satu persatu pulang juga, lalu aku langsung lari ke kamar mandi untuk ambil wudhu. Masuk kamar, sholat, tidur.

Kira – kira pukul 15.00, aku bangun. Rasa lelah, pegal dan ngantuknya sudah hilang. Tapi lemasnya tidak hilang. Sebenarnya waktu belum berangkat itu, umi nyaranin supaya aku nggak puasa dulu. Soalnya akukan lagi melakukan perjalanan jauh, dan itu membolehkan untuk tidak puasa. Tapi aku takut aja kalau nggak puasa, merasa aneh. Lagian akukan sudah dewasa, bukan anak kecil lagi. kuatlah puasa… walaupun diperjalanan.

Kemudian aku segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi, ngambil sabun dan teman – temannya sabun. Aku mandinya tidak di kamar mandi, tapi di pemandian umum. Untuk warga di kampungku termasuk aku, mandi di pemandian itu kayak makan setiap hari. Wajib. Walaupun punya kamar mandi sendiri, tapi mandi di pemandian umum itu jarang ada yang absen. Kebanyakan alasannya adalah merasa nggak bersih mandinya kalau mandi di kamar mandi sendiri. Lagian nih, kalaupun misalnya aku mandi di rumah… nggak akan bisa mandi soalnya airnya nggak ada. Alirannya sudah diputus waktu kira – kira 5 bulanan sesudah mama meninggal dunia, kalau tidak diputus dikhawatirkan berpengaruh pada listrik, dan membuat mahal. Siapa yang mau bayarin coba? Nggak ada. Cuma nenekku satu – satunya.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *