Berita dan Opini

Sebenarnya media massa khususnya televisi telah mampu menjajah bangsa ini dengan sukses. Wajar kalau dalam strategi Amerika Serikat untuk mengendalikan dunia, disebutkan pula bahwa media menjadi garda terdepan dari empat pilar demokrasi. Empat pilar tersebut selain media antara lain eksekutif, legislatif dan yudikatif. Jadi pemerintahan demokrasi sudah tak cukup lagi dengan istilah Trias Politika.

Bayangkan saja, dalam minggu-minggu terakhir bulan April 2011 lebih dari dua milyar mata di dunia ini disibukkan dengan Pernikahan William-Kate. Media menyebutnya Pernikahan Agung Abad ini. Perhelatan spektakuler dalam tiga puluh tahun terakhir, setelah pernikahan Putri Diana-Pangeran Carles.

Tentunya hitungan milyaran manusia ini pun tersihir dengan kisah William dan Kate yang didramatisasi. Tak beda dengan selebriti dunia. Apa yang mereka makan, sepatu yang dikenakan, style busana, model rambut dan lain-lain menjadi perbincangan di media-media dunia. Anehnya, tayangan ini tetap menempati rating tertinggi. Padahal media mengemasnya dengan luar biasa “lebay”, ini istilahnya remaja.

Walhasil, banyak muslim yang akhirnya terpengaruh oleh “sihir” media. Mereka tertawa dan menangis, tanpa berpikir dan menggunakan akalnya lagi.  Tak sedikit yang tertawa bahagia, terharu dan meneteskan airmata mendoakan agar Kate-William hidup berbahagia.

Bahasa media menginformasikan dengan manisnya, bahwa keduanya telah mencoba hidup bersama dan berhasil melampauinya menuju ke jenjang pernikahan. Seharusnya kalimat yang sesuai fakta adalah mereka telah berzina dulu dalam waktu yang cukup lama sebelum menikah.

Awal bulan Mei, saya menyaksikan secara langsung di televisi, kebahagiaan orang-orang (munafiq yang mengaku muslim) atas kematian Osama. Mereka bertepuk tangan dan tertawa lebar, setelah pidato Obama disiarkan secara langsung oleh CNN, BBC dan ditayangkan oleh seluruh kantor televisi di berbagai negara. Dengan bangga dan bahagia, Obama menyatakan kesuksesan AS dan keberhasilannya membalas serangan bom terhadap gedung kembar WTC yang telah membawa korban ribuan orang.

Padahal dengan kacamata iman saja, seharusnya setiap muslim bisa membedakan, antara Osama dengan Obama. Siapa yang selayaknya anda percaya. Dan siapa yang selayaknya anda berikan penghormatan.

Kini berita tak sekedar data dan fakta. Terkadang berita ada yang direkayasa. Semuanya untuk menguatkan opini yang diinginkan. Dari media dunia yang masih menjadi garda terdepan dari empat pilar, maka opini pun  ditujukan untuk mengokohkan demokrasi.

Para pembaca muslim harus sangat berhati-hati. Lihatlah berita dengan mata, dengarlah dengan telinga. Karena Allah SWT memberikan dua aset ini agar dapat menerima kebenaran dan mendapatkan petunjuk. “Alam naj’al lahuu ‘ainain. Wa lisaanaw wa syafatain. Wa hadainaahun najdain. [Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua mata. Satu lidah dan dua bibir. Dan membentangkan baginya dua jalan.] (QS. al-Balad: 8-10) Allah SWT membekali kita dengan Al Qur’an dan mengutus RasulNya untuk memberikan keteladanan. Inilah sudut pandang seorang muslim. Dengannya, kita menilai sebuah berita. Apakah realita atau rekayasa. Apakah ada opini yang disusupkan untuk menyesatkan. Wallahu A’lamu bish Showab. (LATHIFAH MUSA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *