Karena rewel terus, seorang ibu menakut-nakuti anaknya.
“Diam. Kalau tak mau diam, kuundang Ali bin Baswad kemari, “kata ibunya. Maka diamlah anak itu dari tangisnya.
Ali bin Baswad yang secara kebetulan lewat membawa goloknya mendengar omongan itu.
“Celaka. Begitu terkenalnya aku sebagai penjahat, sampai namaku digunakan untuk menakut-nakuti anak kecil, “ gumam Ali bin Baswad.
Tubuhnya lemas karena tersentuh perasaannya. Seketika luruhlah hatinya ingin bertaubat malam itu juga. Dibuanglah goloknya, dan malam itu dia mengurungkan operasinya. Pulanglah malam itu ia ke rumahnya.
Ketika diketuk rumahnya, anaknya yang kecil menjawab.
“Siapa itu?’
“Aku, ayahmu?”
“Kau bukan ayahku. Suara ayahku tak selembut ini, “ jawab anaknya.
“Memang anakku. Yang datang sekarang bukan ayahmu yang keluar rumah tadi. Bukalah pintunya, Nak.”
Betapa terkejutnya si anak ketika pintu dibuka. Dilihatnya ayahnya tunduk menangis dan langsung merangkul dirinya.
“Anakku. Besok ikat leher ayah ini dan tuntun keliling kampung. Katakan kepada temanmu, bila ingin tahu penjahat yang banyak dosanya, ya ayahmu ini. Tetapi malam tadi, orang yang jahat itu telah insyaf, “ kata Ali bi Baswad sambil tetap menangis menciumi anaknya.
Maka ikut menangislah anak itu karena merasa haru menyaksikan ayahnya sudah insyaf menjadi orang baik-baik.
“Kau sekarang benar-benar ayahku,” tuturnya sambil menuntun ayahnya masuk rumah.
Catatan:
(Diambil dari Buku 50 Kisah Nyata; Mengungkap Kisah-kisah Hikmah Terpendam. Penyusun: Achmad Najieh. Pustaka Progresssif. Surabaya. 2000)