Imam yang Adil

Oleh Umar Abdullah

Dari Abu Hurairah  ra dari Nabi saw, sabda beliau, “Sab’atun yuzhilluHumullaaHu fii zhilliHii [Allah SWT akan memberikan naungan kepada tujuh jenis orang] yawma laa zhilla illaa zhilluHu [pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya]:

  1. Al-Imaamul ‘aadilu [Kepala Pemerintahan Negara Islam yang adil]
  2. Wa syaabbun nasyaa`a fii ‘ibaadati rabbiHi [Pemuda yang terdidik/ terlatih sejak kecil dalam menyembah Rabbnya].
  3. Wa rajulun qalbuHu mu’allaqun fil masaajid [Seseorang yang hatinya tergantung di masjid-masjid]
  4. Wa rajulaani tahaabbaa fillaaHijtama’aa ’alayHi wa tafarraqaa ’alayHi [Dua orang yang saling mengasihi karena Allah, mereka berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya]
  5. Wa rajulun thalabatHumra`atun dzatu manshabin wa jamaalin faqaala innii akhaafullaaHa [Seorang laki-laki yang dirayu untuk berbuat mesum oleh wanita bangsawan yang cantik, lantas ia menolak dengan berkata, ’Sesungguhnya aku takut kepada Allah’
  6. Wa rajulun tashaddaqa akhfaa hattaa laa ta’lama syimaaluHu maa yunfiqu yamiinuHu [Seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan tangan kanannya]
  7. Wa rajulun dzakarallaaHa khaaliyan fafaadhat ‘aynaaHu [Seseorang yang mengingat Allah ketika sendirian, lantas meleleh air matanya.]” (HR. Bukhari)

Rasulullah saw mengabarkan bahwa di hari Kiamat nanti ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Arsy Allah SWT. Arsy Allah ini terletak di atas langit ketujuh, di atas Surga tertinggi (Surga Firdaus), di atas Kursi Allah. Perbandingan luas Arsy Allah dengan Kursi Allah seperti ranting kecil yang tergeletak di padang pasir sehingga nyaris tak terlihat lagi ranting tersebut. Ranting itu ibarat Kursi Allah dan padang pasir itu ibarat Arsy Allah. Padahal Kursi Allah melebihi luas Langit Ketujuh. Sementara Langit Ketujuh jauh lebih luas dibanding Langit Dunia. Padahal hingga sekarang langit dunia masih terus berkembang semakin luas dengan munculnya galaksi-galaksi baru. Maka besar dan luasnya Arsy Allah sudah melewati batas pemikiran manusia.

Di hari Kiamat nanti akan banyak sekali manusia yang terkategori dalam tujuh golongan yang akan berada di bawah naungan Arsy Allah. Walaupun tentu dibandingkan Arsy Allah jumlah manusia yang banyak tersebut akan terlihat sangat sangat sangat sangat kecil. Mudah-mudahan kita termasuk dalam tujuh golongan tersebut. Amin yaa Rabbal ’aalamiin.

Al-Imam al-Adil. Imam adalah istilah yang khas untuk menyebut Kepala Pemerintahan Negara Islam. Penyebutan yang lain untuk kepala pemerintahan negara Islam adalah Khalifah. Setelah Rasulullah saw wafat, Abu Bakar ra menggantikan beliau dalam urusan pemerintahan. Beliau dipanggil dengan “Yaa Khalifatar Rasuul [Wahai Pengganti Rasul]”. Setelah Abu Bakar wafat, Umar bin Khaththab ra menggantikan Abu Bakar. Saat itu Umar dipanggil “Yaa Khalifata Khalifatir Rasuul [Wahai Pengganti Pengganti Rasul]” hingga ada yang menyampaikan ke Umar, “Wahai Umar, engkau adalah pemimpin kami, sedang kami adalah kaum mu`minin. Maka engkau adalah Amirul Mu`minin.” Maka sejak itu setiap bertemu Umar bin Khaththab orang memanggilnya “Yaa Aamiral Mu`miniin [wahai pemimpin orang-orang yang beriman]”. Penggunaan istilah Amirul Mu`minin juga ditujukan kepada Utsman bin Affan ketika beliau menjadi Kepala Negara Islam.

Ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah keempat sempat digunakan sebutan Imam, walaupun sebutan Amirul Mu`minin juga masih dipakai di masa Ali. Di masa Hasan bin Ali bin Abi Thalib sebutan Imam dipakai.

Ketika pemerintahan berpindah ke tangan Bani Umayyah sebutan untuk Kepala Negara Islam kembali menjadi Khalifah. Begitu pula di masa pemerintahan Bani Abbasiyah. Hal ini dilakukan untuk membedakan diri dengan Kaum Syi’ah yang memakai sebutan Imam untuk kepala negara versi mereka. Di masa pemerintahan Utsmaniyah (Keturunan Utsman bin Urtugril dari Turki) sebutan kepala negara Islam menjadi Sulthan.

Kategori al-Imam menunjukkan bahwa kepala negara yang dimaksud adalah kepala negara Islam. Lebih tegasnya, kepala negara yang menerapkan syariat Islam. Bukan kepala negara atau kepala pemerintahan dalam sistem pemerintahan yang tidak menerapkan syariat Islam, seperti raja, presiden, kaisar, dan perdana menteri.

Kategori al-Imam juga menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah kepala negaranya, bukan bawahan-bawahannya, seperti gubernur [wali], ’amil, dan bupati.

Al-Imam al-Adil berarti Kepala Negara Islam yang menerapkan Syariat Islam dengan Adil. Keadilannya merata ke seluruh warga negaranya. Dengan demikian, tidak termasuk dalam kategori ini kepala negara Islam yang menerapkan Syari’at Islam tapi tidak dengan adil alias zhalim.

Contoh al-Imamul Adil yang terkenal adalah ’Umar bin Khaththab. Di masa pemerintahannya ’Umar berusaha keras agar seluruh rakyatnya menerima perlakuan dari dirinya dan bawahan-bawahannya (gubernur dan bupati) dengan adil. Untuk memastikan tidak ada warga negaranya yang terlunta-lunta, Umar tiap malam ronda keliling kota Madinah. Beliau berjaga, saat rakyatnya tidur pulas. Pernah suatu saat dia bertemu dengan suami istri yang istrinya sedang hamil tua mau melahirkan. Bergegas Umar pulang mengambil bahan makanan dan mengajak  istrinya, Ummu Kultsum, agar membantu persalinan. Sambil menunggu proses persalinan, Umar memasakkan makanan untuk suami istri tersebut. Nampaknya suami istri ini belum pernah bertemu dengan Umar bin Khaththab, kepala negara mereka (maklum waktu itu belum ada televisi, apalagi internet). Laki-laki itu memuji Umar, ”Engkau lebih baik daripada Umar yang Amirul Mu`minin itu.” Umar diam saja sambil tetap menyiapkan makanan untuk suami istri yang kelelahan itu. Beberapa saat kemudian lahirlah anak laki-laki suami istri itu. Ummu Kultsum berteriak, ”Wahai Amirul Mu`minin, telah lahir anak lelaki temanmu itu!” Glek, tersentak laki-laki itu mendengar sebutan ”amirul mu`minin’ ditujukan ke seorang laki-laki yang sedang menyiapkan makanan untuknya yang baru saja ia kata-katai. Sontak laki-laki itu meminta maaf kepada Amirul Mu`minin Umar bin Khaththab.

Karena keadilan dalam penerapan syariat yang sangat ketat, di masa pemerintahan Umar bin Khaththab, banyak sahabat nabi yang tidak mau menerima jabatan pemerintahan. Mereka menolak karena khawatir tidak sanggup mengemban amanah ini. Namun Umar memaksa mereka dengan mengatakan, ”Apakah kalian mengangkat aku sebagai pemimpin kalian, lalu kalian meninggalkan aku memikul beban ini sendirian?!” Hasilnya, mereka-mereka yang terpilih menjadi penjabat di masa Umar bin Khaththab adalah pejabat-pejabat yang amanah. Tidak seperti pejabat di zaman sekarang. Jangankan keadilan, Syariat pun tidak diterapkan. Jangankan menolak jabatan, yang terjadi bahkan jabatan jadi rebutan. (Jauh.. jauh banget dengan kategori al-Imam al-Adil).

Di akhir masa pemerintahannya, Umar ingin melakukan perjalanan ke seluruh wilayah negara Islam yang saat itu sudah membentang dari Afrika Utara di barat hingga Persia di timur, dari Yaman di Selatan hingga Azerbaijan di utara. Umar ingin melihat keadaan rakyatnya sambil membagi-bagikan uang emas (dinar) kepada rakyatnya tanpa dihitung lagi. Sayang, sebelum niat itu terwujud, Imam yang Adil ini wafat. Semoga Allah meridhainya, dan semoga kita bisa mencontohnya. Amin.

Contoh al-Imamul Adil yang lain adalah ’Umar bin ’Abdul ’Aziz, salah seorang khalifah dari Bani Umayyah. Sehingga sering disebut bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah al-Khulafa`ur Rasyidun yang ke-5 setelah Abu Bakar, ’Umar, ’Utsman, dan ’Ali.

Di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz keadilan sungguh merata. Tidak hanya untuk manusia, tetapi juga dirasakan oleh binatang-binatang sehingga mereka merasa tidak perlu saling memangsa. Hingga ketika mulai ada srigala yang memangsa domba, sang penggembala merasa ada yang aneh, pasti ada yang berubah. Ketika ia masuk ke kota, terdengar kabar bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah wafat. Subhanallaah![]

* Disarikan dari Pengajian Umum Tafsir al-Qur`an dan Hadits Riwayat Bukhari hari Sabtu, 9 April 2011.yang diasuh oleh al-Ustadz Dr. Abdurrahman al-Baghdadi. Pengajian diselenggarakan setiap Sabtu pagi jam 07.30 di Masjid Nurul Ilmi, Balai Penelitian Tanaman Pangan, Jl. Merdeka Bogor, untuk umum. Beberapa point ditambahkan oleh penulis untuk memperjelas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *