Oleh Umar Abdullah
SENIN 12 RABI’UL AWWAL TAHUN 1 H RASULULLAH SAW SECARA DE FACTO MENJADI KEPALA NEGARA
Setelah secara de Yure Rasulullah saw menerima kepemimpinan Madinah sebagai Kepala Negara Islam pertama melalui Bai’atul Aqabah kedua, maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan Rasulullah adalah menyiapkan masyarakat Islam di Madinah yang akan membangun peradaban Islam.
Kaum muslimin dari suku Aus dan Khazraj di Madinah adalah kelompok masyarakat Islam yang siap menerapkan Islam di Madinah dan menjaga Rasulullah saw. Inilah yang disebut kaum Anshar (kaum penolong).
Kelompok kedua yang disiapkan untuk menerapkan Islam dan menjaga Rasulullah saw adalah kaum muslimin dari Makkah yang sudah diperintahkan oleh Rasulullah saw untuk berhijrah ke Madinah. Kelompok inilah yag dinamakan kaum Muhajirin (kaum yang berhijrah).
Tinggal Rasulullah saw dan Abu Bakar dan sedikit kaum muslimin Makah yang belum berhijrah. Posisi Rasulullah saw sebagai kepala negara Islam tentu saja menjadi ancaman besar bagi Kafir Quraisy. Karena itu mereka berusaha membunuh Rasulullah. Rasulullah pun menyadari hal itu.
Rasulullah begitu kuat menyimpan rahasia kapan Rasulullah berhijrah. Lewat jalur mana rute beliau ke Madinah, berhenti di mana saja dan dengan siapa beliau akan melakukan perjalanan berbahaya tersebut.
Nabi Berhijrah
Rasulullah saw pun memulai manuvernya. Malam itu rumah beliau sudah dikepung para pemuda Quraisy yang akan membunuh beliau.
Beliau membisikkan kepada Ali b. Abi Talib supaya memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya berbaring di tempat tidurnya untuk mengelabui para pemuda itu yang mengintip ke tempat tidur Nabi dari sebuah celah.
Menjelang larut malam, Rasulullah saw keluar dari rumah beliau dan menaburkan pasir ke kepala para pemuda tsb sambil membacakan
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
(TQS. Yasin [36]: 9)
Rasulullah pun lolos dari penglihatan para pemuda tsb dan menuju ke rumah Abu Bakr.
Kedua orang tersebut kemudian menempuh jalur yang diluar dugaan, yaitu ke selatan terlebih dahulu, yakni ke Gua Tsur dan menginap di dalamnya selama tiga hari.
Tiada seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian mereka dalam gua itu selain Abdullah, Asma, dan Aisyah ketiganya putra dan putri Abu Bakar, serta pembantu mereka ‘Amir b. Fuhaira. Tugas Abdullah hari-hari berada di tengah-tengah Quraisy sambil mendengar-dengarkan permufakatan mereka terhadap Muhammad, yang pada malam harinya kemudian disampaikannya kepada Nabi dan kepada ayahnya. Sedang ‘Amir tugasnya menggembalakan kambing Abu Bakr’ sorenya diistirahatkan, kemudian mereka memerah susu dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah b. Abi Bakr keluar kembali dari tempat mereka, datang ‘Amir mengikutinya dengan kambingnya guna menghapus jejaknya.
Hampir saja Rasulullah saw dan Abu bakar ash-Shddiq ditemukan, ketika kafir Quraisy menuju gua tersebut.
Setelah terasa oleh Abu Bakr bahwa mereka yang mencari itu sudah mendekat ia berkata dengan berbisik: “Kalau mereka ada yang menengok ke bawah pasti akan melihat kita.”
“Abu Bakr, kalau kau menduga bahwa kita hanya berdua, ketiganya adalah Allah,” kata Rasulullah.
Rasulullah makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakr juga makin ketakutan. Ia merapatkan diri kepada kawannya itu dan Muhammad berbisik di telinganya:
Laa tahzan Allaahu ma’anaa
(“Jangan bersedih hati. Allah bersama kita.”)
Allah pun memberikan pertolongan-Nya. Allah memerintahkan laba-laba menganyam sarang di lubang gua. Memerintahkan dua ekor burung dara hutan membuat sarang dan bertelur di lubang gua itu. Memerintahkan pohon tumbuh dan menjuntaikan cabangnya menutupi jalan ke lubang gua.
Kepercayaan dan iman Abu Bakr bertambah besar kepada Allah dan Rasul-Nya.
“Alhamdulillah, Allahuakbar!” kata Rasulullah kemudian.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
“Ingatlah tatkala orang-orang kafir (Quraisy) itu berkomplot membuat rencana terhadap kau, hendak menangkap kau, atau membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka membuat rencana dan Allah membuat rencana pula. Allah adalah Perencana terbaik.” (TQS. 8: 30)
Juga firman Allah:
“Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang telah menolongnya tatkala dia diusir oleh orang-orang kafir (Quraisy). Dia salah seorang dari dua orang itu, ketika keduanya berada dalam gua. Waktu itu ia berkata kepada temannya itu: ‘Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!’ Maka Tuhan lalu memberikan ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya dengan pasukan yang tidak kamu lihat. Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan Bijaksana.” (TQS. 9: 40)
Demikianlah, jika kita menolong agama Allah, Allah pun akan menolong kita. Yakin itu!
Berangkat Ke Yathrib
Pada hari ketiga, Rasulullah saw, Abu Bakar, dan Abdullah bin ‘Uraiqit, seorang yang disewa sebagai penunjuk jalan, mulai menempuh perjalanan ke Yatsrib (nama kota sebelum berubah menjadi Madinah). Mereka bertiga menaiki unta.
Rute yang ditempuh di luar dugaan, yaitu rute yang tidak biasa ditempuh orang. Mereka ke arah selatan di bawahan Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah.
Pengejaran Suraqa bin Ju’syum
Sebenarnya ada juga Kafir Quraisy yang berhasil menyusul Rasulullah saw dan Abu bakar. Namanya Suraqah b. Ju’syum. Tiga kali kudanya tersungkur. Sehingga ia ketakutan sendiri jika meneruskan rencana menangkap Rasulullah dan Abu Bakar.
Rasulullah dan Abu Bakar dan penunjuk jalannya kini berangkat lagi melalui pedalaman Tihama dalam panas terik yang dibakar oleh pasir sahara. Mereka melintasi batu-batu karang dan lembah-lembah curam. Dan sering pula mereka tidak mendapatkan sesuatu yang akan menaungi diri mereka dari letupan panas tengah hari dan berlindung dari kekerasan alam yang ada di sekitarnya, Tak ada keamanan, selain dari ketabahan hati dan iman yang begitu mendalam kepada Allah.
Selama tujuh hari terus-menerus mereka dalam keadaan serupa itu. Mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir.
Sampai di Banu Sahm
Ketika kedua orang itu sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan khawatir dalam hatinya mulai hilang. Yakin sekali mereka pertolongan Tuhan itu ada. Jarak mereka dengan Madinah kini sudah dekat sekali.
Muslimin Medinah Menantikan Kedatangan Rasul
Kaum Muslimin di Madinah menantikan kedatangan Rasulullah dengan hati penuh rindu. Ingin melihat dan mendengarkan tutur kata beliau. Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihat beliau, meskipun sudah mendengar tentang keadaan dan mengetahui pesona bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu.
Betapa memuncaknya kerinduan penduduk kota itu ingin menyambut kedatangan Rasulullah, setelah mereka mengetahui beliau sudah hijrah dari Mekah. Setiap hari selesai shalat Subuh mereka pergi ke luar kota menanti-nantikan kedatangannya sampai pada waktu matahari terbenam dalam hari-hari musim panas.
Pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 13 Kenabian atau tahun 1 H bertepatan dengan 23 September 622 M Rasulullah dan Abu Bakar sudah tiba di Quba’ – dua farsakh jauhnya dari Medinah. Di Quba` Rasulullah disambut oleh kaum muslimin di sana. Rasulullah saw datang sebagai kepala negara islam pertama secara de facto.
Empat hari beliau tinggal di tempat itu, ditemani oleh Abu Bakr. Selama masa empat hari itu mesjid Quba’ dibangunnya.
Kemudian datang pula Ali b. Abi-Talib ke Quba setelah mengembalikan barang-barang amanat – yang dititipkan kepada RAsulullah – kepada pemilik-pemiliknya di Mekah.
Rasulullah Memasuki Medinah
Pada hari Jum’at tanggal 16 Rabi’ul Awwal tahun 1 H bertepatan dengan 27 September 622 M, Rasulullah saw dan rombongan tiba di Madinah dan shalat jumat di mesjid yang terletak di perut Wadi Ranuna. Kaum Muslimin masing-masing berusaha ingin melihat serta mendekati beliau. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati yang penuh cinta, rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali shalat.
Seluruh penduduk Yathrib, baik kaum muslimin, Yahudi maupun orang-orang pagan, menyaksikan adanya hidup baru yang bersemarak dalam kota mereka itu, menyaksikan kehadiran seorang pendatang baru, orang besar yang telah mempersatukan Aus dan Khazraj, yang selama itu saling bermusuhan, saling berperang.
Inilah transisi sejarah yang akan mengubah sejarah dunia. Rasulullah kemudian memulai sejarah peradaban Islam dengan mendirikan masjid yang dikenal dengan nama Masjid Nabawi.
Demikianlah hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 1 H adalah awal Rasulullah secara de facto menjadi kepala negara Islam pertama.[]