Kira-kira beberapa bulan yang lalu, masuk ke dalam milis Media Islam Net, pertanyaan wawancara dari sebuah majalah tentang masalah politik (siyasah). Sesuatu yang berbeda, menurut pewawancara adalah Ibu Rumah Tangga seperti saya sering menulis tentang persoalan-persoalan politik. Apalagi ternyata penulis adalah seorang ibu biasa yang sama sekali tidak terjun berpolitik di parlemen. Wawancara dan sharing yang masuk ke milis, kemudian dikirim oleh Admin, biasanya seputar pendidikan anak, homeschooling, pergaulan remaja, gender, feminisme dan politik.
Sebenarnya persoalan politik adalah hal yang biasa. Hanya saja sistem Kapitalisme-Liberal telah mempersempit makna politik. Ini diakibatkan oleh upaya-upaya kaum imperialis untuk membuat kebuntuan dan kejumudan berpikir rakyat negara-negara jajahan mereka. Sekalipun saat ini relatif sedikit negara-negara yang dianggap belum merdeka, namun sesungguhnya mayoritas negara dijajah secara pemikiran dan politik.
Khazanah pemikiran Islam yang luas, rinci dan sempurna, seharusnya membuka mata kita bahwa Islam adalah agama yang bersifat politik. Karena yang maksud politik adalah mengatur urusan masyarakat dengan konsep dan aturan tertentu.
Dari sudut pandang kepentingan individual pribadi kita, bukankah siapapun kita, harus mengatur jalan hidup masing-masing? Bagi seorang muslim, yang harus dilakukannya adalah menyelamatkan hidupnya agar kembali menghadap Allah SWT dengan pertanggungjawaban yang menyelamatkan.
Allah SWT telah memberi pesan kepada Nabi Adam dan Siti Hawa sebagai pendahulu manusia, untuk selalu mengikuti petunjukNya agar selamat kembali kepada keridhoan Allah SWT dan SurgaNya. Mendustakan petunjukNya, hanya akan menyebabkan manusia menjadi teman-teman Iblis di Neraka.
“Kami berfirman, berangkatlah kalian semuanya dari syurga ini! Manakala datang kepada kalian PetunjukKu, barangsiapa yang mengikutinya, niscaya mereka tidak akan merasa ketakutan dan dukacita. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka, sedang mereka kekal di dalamnya.” (TQS al Baqarah: 38-39)
Bagi kita, umat akhir zaman, Allah SWT telah menganugerahkan Al Qur’an untuk senantiasa menjadi petunjuk dan penerang jalan kehidupan ini. Rasulullah Saw adalah suri tauladan, bagaimana implementasi Al Qur’an dalam kehidupan ini.
Allah SWT berfirman: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Ku ridhai Islam menjadi agamamu.” (TQS Al Maidah:3)
Secara sederhana Islam adalah agama yang bersifat politik, karena:
(1) Mengatur secara baik bagaimana berinteraksi dengan Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga sebagai seorang hamba akan senantiasa memiliki kesadaran hubungannya dengan Sang Pencipta (Idroksilabillah);
(2) Mengatur secara baik bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidup dan nalurinya; agar terwujud kehidupan yang mulia jauh dari kehinaan dan kerendahan perilaku (3) Mengatur secara baik bagaimana berinteraksi dengan manusia lainnya, agar tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera;
(4) Mengatur secara baik bagaimana mengelola alam semesta agar bermanfaat bagi kehidupan seluruh makhluk.
Pemahaman politik sangat membantu kita untuk mengatur hidup kita. Bagaimana menjadi seorang istri yang baik, Islam memiliki siyasahnya (aturannya). Bagaimana menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anak, Islam memiliki cara pengaturannya. Bagaimana menjadi seorang anak yang baik bagi kedua orang tua, Islam pun memiliki cara pengaturannya. Dan bagaimana-bagaimana yang lain, seperti berinteraksi dengan manusia yang lain (baik muslim ataupun non muslim), bagaimana cara berpakaian yang baik sehingga terjaga kemuliaan dan kehormatan sebagai perempuan, dan bagaimana berinteraksi dengan orang-orang yang bukan mahrom. Islam sangat memudahkan kita sebagai individu untuk bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan menyalurkan naluri secara baik. Karena Islam memiliki cara-cara pengaturan yang baik dan tepat.
Namun persoalan berislam secara baik, bukanlah hanya sebatas individu. Pemikiran-pemikiran politik Islam mengatur bahwa manusia, hidup dalam komunitas manusia dan berada dalam sebuah wilayah. Wilayah hidup kaum muslimin tidak dibatasi oleh RT, RW, Kelurahan, Propinsi bahkan negara. Wilayah kaum muslimin adalah dunia secara keseluruhan. Karena Islam diperuntukkan bagi seluruh manusia sedunia. “Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) dengan ketentuan-ketentuan itu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.” (TQS al Anbiya: 107).
Kenyataannya kehidupan komunitas dunia memiliki pengaruh bagi cara hidup manusia manapun. Lihatlah, betapa sulitnya seorang ibu mendidik anaknya secara baik, ketika media-media massa (khususnya Televisi) menayangkan pornografi setiap saat. Bahkan di sela-sela acara yang ditujukan untuk anak-anak. Tak sedikit pula acara anak-anak yang mengandung muatan pornografi.
Sosok para pezina ditampilkan dengan “mulia” di layar kaca (masih hangat kasus video mesum dan seorang selebriti remaja yang hamil di luar nikah ketika dipenjara karena kasus narkoba). Sosok seorang yang ingin menjaga kehormatan dengan menikah sesuai syariat Islam, justru dipidanakan (ingat kasus Ulfa-Syekh Puji). Pengaturan kehidupan kapitalis-liberal membuat urusan hidup manusia menjadi berantakan.
Maka seorang ibu juga harus memahami bagaimana politik Islam mengatur urusan pergaulan di masyarakat. Dengan demikian ia bisa menyuarakan pendapatnya bagaimana cara Islam mengatur urusan tersebut. Inilah bagian dari kewajibannya beramar ma’ruf nahi munkar.
Pemikiran-pemikiran politik Islam, akan menyebabkan seorang muslim mampu meluaskan cakrawala yang akan mengangkat dirinya dari kubangan penderitaan dan menghilangkan egoismenya. Pemikiran politik Islam akan menghancurkan egoisme yang hanya berpikir untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Manusia tidak mungkin berpikir hanya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Sebagaimana seorang ibu yang tidak mungkin berpikir untuk dirinya sendiri. Ia harus berpikir bagaimana menyelesaikan masalah anak-anak, suaminya, keluarganya dan juga masyarakatnya.
Berpikir politik adalah berpikir tentang umat dan bagaimana menyelesaikan urusannya. Salah satu pemikiran tentang politik yang masyhur adalah Sabda Rasulullah Saw: “Siapa saja bangun di pagi hari dan perhatiannya kepada selain Allah, maka ia tidak berurusan dengan Allah. Dan barangsiapa yang bangun dan tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka (kaum muslimin).” (HR Hakim dan al Khatib dari Hudzaifah ra).
Umat saat ini terbelit problem-problem kehidupan yang seolah saling tumpang tindih. Kasus bunuh diri yang menjangkiti rakyat kecil akibat terjepit persoalan hidup sangat memerihkan hati. Beberapa diantaranya adalah ibu rumah tangga. Bunuh diri juga terjadi pada orang-orang yang depresi. Sistem yang rusak menjadi penyebab depresi masyarakatnya
Sistem kehidupan kapitalistik-liberalistik sudah sangat menyakitkan. Demokrasi tidak ada gunanya, karena jargon ini hanya menjaga sistem agar tetap liberal, dan kehidupan liberal ini yang merusak sifat kemanusiaan manusia
Kalau TDL (Tarif Dasar Listrik) naik, ibu-ibu juga yang merasakan. Kalau biaya sekolah anak-anak mahal, ibu-ibu juga yang pusing. Harga beras, minyak goreng, gula, bahkan hargai cabai menjulang, mayoritas para ibu pun bingung urusan dapur. Biaya berobat mahal, para ibu juga yang paling sakit hati. Bagaimana kalau buah hatinya sakit?
Sebentar lagi ada kebijakan pengaturan BBM bersubsidi. Pemerintah mengatakan BBM tidak dinaikkan. Sebenarnya pernyataan ini sama dengan membodohi orang bodoh. Karena siapapun yang tahu faktanya akan mengatakan, tetap saja BBM yang mereka beli naik. Biasanya beli premium, sekarang harus beli pertamax. Karena premium yang disubsidi itu hanya untuk plat kuning.
Jadi bagi yang punya mobil plat hitam, biarpun jelek dan masih kreditan, tetap tidak boleh beli premium. Sekarang mana ada perusahaan roti, perusahaan distribusi beras, perusahaan ikan asin dan lain-lain yang naik angkot. Mobil mereka semua para Usaha Kecil Menengah berjenis plat hitam. Walhasil semua harga pasti naik.
Ibu-ibu paling tahu jenis-jenis barang yang akan naik. Beras, minyak goreng, gula, ikan, tahu, tempe, cabai, bawang merah dan kawan-kawannya pasti naik semua. Karena mobil-mobil pengangkut mereka dari desa, ke pasar induk, ke pasar kecamatan, ke warung-warung, semuanya terimbas kebijakan plat hitam. Belum lagi susu dan berbagai kebutuhan rumah tangga. Kalau anak-anak sekolah, naik jemputan sekolah, pasti bayarannya naik juga. Jadi politik BBM ini pasti akan menyebabkan inflasi! Duh, di saat yang sama, pejabat naik gaji. Urusan dapur mereka tak goyah, tapi mayoritas rakyat ini bagaimana? Di saat hidup yang sudah semakin sulit.
Inilah pentingnya, para ibu rumah tangga pun memahami masalah politik negara. Agar mereka siap, ketika ada masalah besar yang berimbas pada ketahanan kehidupan keluarga. Lebih baik lagi, menyuarakan kepada penguasa, bagaimana pedihnya hidup dalam politik kapitalis-liberal. Lebih bermanfaat lagi, kalau bisa ikut memberi masukan, bagaimana sih pengaturan Islam tentang persoalan yang sedang dihadapi?
Sebuah riwayat yang cukup terkenal terjadi pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaththab ra. Seorang perempuan mengkoreksi kebijakan Khalifah Umar bin Khaththab yang menetapkan pembatasan mahar. Perempuan tersebut menyampaikan bagaimana ayat-ayat al Qur’an yang mengatur tentang mahar. Serta merta Khalifah membatalkan kebijakannya dan mengatakan bahwa perempuan itu benar dan Umar yang salah.
Di masa para shahabat, masyarakat dan penguasa saling mengingatkan. Karena mereka berharap bisa sama-sama masuk surga. Inilah lingkungan politik yang Islami. Siapapun dia, termasuk ibu rumah tangga, bisa berperan menjaga koridor negara agar kembali pada rambu yang diridhoi Allah SWT. Kita pun pasti bisa! Wallahu a’lamu bishshowab. [Lathifah Musa]