*(Kisah Isa ‘as, bagian 01)
Oleh Umar Abdullah
Kisah ’Isa as dimulai dari kisah keluarga kakeknya, yaitu ’Imran bin Matsan, seorang pendeta dan pembesar Bani Israil. Mereka penganut Taurat. ’Imran menikah dengan Hannah binti Faqudz, ipar Nabi Zakariya as. Imran dan Hannah tinggal di Nazariat atau Nazaret. Pernikahan ’Imran dan Hannah nantinya dikarunia seorang putri yang bernama Maryam ibunda ’Isa as. Nama keluarga Imran ini diabadikan sebagai nama surat dalam al-Qur`an, yaitu surat Ali Imran yang berarti Keluarga Imran…
Keluarga Imran termasuk keluarga yang dimuliakan dan terpilih di masanya. Masa itu sekitar tahun 25 SM (Sebelum Masehi). Yerusalem dan sekitarnya sejak tahun 63 SM dijajah oleh Kekaisaran Romawi Kuno yang beribukota di Roma, Italia. Yerusalem dan sekitarnya masuk Provinsi Yudea yang diperintah Raja Herodus. Saat itu yang menjadi Kaisar Romawi adalah Kaisar Augustus yang memerintah sejak tahun 31 SM menggantikan Yulius Caesar. Pemerintahan Kekaisaran Romawi Kuno ini menyembah dewa-dewa Yunani dan Romawi, juga terpengaruh dari paganisme Mesir dan Persia. Seks bebas menjadi hal yang biasa di Kekaisaran Romawi Kuno.
Allah SWT berfirman:
Ali ‘Imran: 36
33. Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing),
Ali ‘Imran: 34
34. (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Setelah bertahun-tahun menikah dengan ’Imran, akhirnya Hannah mengandung. Pada saat mengandung, Hannah bernazar mengenai anak yang ada dalam kandungannya.
Allah SWT berfirman:
Ali ‘Imran: 35
35. (Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Hari-hari terus berjalan. Takdir Allah tak dapat dielakkan. Ketika masa kelahiran anaknya sudah dekat, ’Imran, suami Hannah, wafat. Hannah kehilangan suami yang mencintainya. Tidak ada yang meringankannya kecuali saudara perempuannya, yaitu Isya`, dan suami Isya`, Nabi Zakariya, keturunan Nabi Sulaiman bin Daud as. Untuk mencari nafkah, Nabi Zakariya berprofesi sebagai tukang kayu.
MARYAM LAHIR
Tibalah hari yang dinantikan. Hannah melahirkan anaknya. Anak itu berjenis kelamin perempuan. Hannah menamainya Maryam atau Maria, yang berarti pengabdi tuhan.
Hannah, istri Imran tersebut, pun berhujjah kepada Allah.
Allah SWT berfirman:
Ali ‘Imran: 35
36. Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.”
Hannah kemudian mengambil Maryam, membungkusnya dengan kain, dan pergilah ia bersama anaknya dari Nazariat ke Baitul Maqdis untuk melaksanakan nadzarnya. Dia menemui para pendeta yang ada di sana, yaitu putra-putra Harun, yang jumlahnya tiga puluh orang. Adapun Nabi Zakariya adalah kepala Baitul Maqdis.
Hannah berkata kepada mereka, “Ambilah anak yang kunadzarkan ini!”
Maka, dengan berebutan, pada pendeta itu menawarkan dirinya untuk memungut anak itu, termasuk Nabi Zakariya. Masing-masing dari mereka ingin mengambil dan memelihara Maryam, sebab bayi itu adalah anak ‘Imran, seorang yng terkenal shaleh.
Akhirnya semua pendeta itu setuju untuk mengundi siapa di antara mereka yang paling berhak atas anak itu. Pergilah mereka ke Sungai Urdun. Masing-masing mereka melemparkan pena-pena yang biasa mereka gunakan untuk menuliskan ayat-ayat Taurat ke dalam air sungai.
Allah SWT berfirman:
Ali ‘Imran: 44
44. Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan pena-pena mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.
Ternyata, air sungai menenggelamkan semua pena pendeta itu, kecuali pena Zakariya yang tetap terapung-apung di permukaan air. Dengan demikan, berarti Zakariyalah yang berhak memelihara Maryam.
Allah SWT berfirman:
Ali ‘Imran: 37
37. Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya.
MARYAM DALAM PEMELIHARAAN NABI ZAKARIYA
Nabi Zakariya bersama istrinya kemudian memelihara bayi perempuan itu dengan penuh kasih sayang.
Ketika Maryam telah menjadi gadis remaja, Zakariya membangun untuk Maryam sebuah mihrab (kamar khusus) di dalam Baitul Maqdis. Kamar itu dimaksudkan sebagai tempat Maryam menyembah Allah untuk menyempurnakan nadzar Hannah, ibu Maryam, yang telah diputuskan atas dirinya.
Mulailah Maryam menempati kamar itu untuk beribadah kepada Allah yang Maha Esa. Siang hari ia berpuasa dan malamnya ia beribadah dan bertasbih. Zkakariya membiarkan Maryam di kamar itu sendirian sampai tiba saatnya ketika ia harus mengirimkan makanan dan minuman untuknya. Begitulah kehidupan yang berlaku atas diri Maryam hari demi hari.
Setiap Zakariya datang ke kamar Maryam untuk membawakan makanan dan minuman buat Maryam, Zakariya melihat seonggok buah musim panas di waktu musim dingin, dan buah musim dingin di waktu musim panas. Dengan keheranan akhirnya Zakariya bertanya, “Dari mana engkau peroleh (makanan) ini?” Maryam menjawab, “Makanan ini datang dari sisi Alah.”
Allah SWT berfirman:
Ali ‘Imran: 37 (lanjutan)
37. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
MARYAM DALAM PEMELIHARAAN YUSUF AN-NAJJAR
Tahun demi tahun berlalu. Datanglah masa paceklik menimpa Bani Israel. Makanan dan minuman sulit didapat sehingga tak sedikit penduduk yang kelaparan. Keluarlah Nabi Zakaria menemui kaumnya dan berseru, “Hai Bani Israil, ketahuilah demi Allah, sesungguhnya aku sudah tua dan lemah untuk menanggung anak perempuan Imran. Maka siapakah di antara kalian yang bersedia memelihara Maryam sepeninggalku, mencukupi baginya makanan dan minuman sampai ia dapat menyelesaikan ibadahnya kepada Allah sebagaimana nadzar ibunya?”
Pengundian pun dilakukan dan jatuh pada seorang yang shaleh, sepupu Maryam sendiri, seorang tukang kayu yang bernama Yusuf. Banyak pemberian Allah kepada Yusuf an-Najjar sebagai keberkahan dan kemuliaan bagi Maryam dari Allah Tuhannya.
Setiap kali Yusuf datang ke kamar Maryam untuk mengirim makanan dan minuman, dia melihat di sisi Maryam sebagaimana yang dilihat Nabi Zakariya sebelumnya, yaitu karunia Allah kepada Maryam berupa segala jenis buah-buahan segar.
YAHYA AS. LAHIR
Dalam usia yang sudah renta, Nabi Zakariya berdoa kepada Allah agar diberi anak yang shalih yang akan menggantikannya memimpin Bani Israil. Doa beliau dikabulkan Allah. Isya`, istri beliau mengandung. Beliau dikarunia anak laki-laki yang bernama Yahya as.
(Yahya lahir beberapa bulan sebelum kelahiran ‘Isa, karena Maryam mengandung ‘Isa beberapa bulan setelah ‘Isya’ mengandung Yahya. Masa kecil hingga remaja Yahya dan ‘Isa hidup sezaman. Bedanya, masa kecil ‘Isa di Mesir menghindari kejaran Raja Herodes, sedang masa kecil Yahya di Baitul Maqdis. Ketika remaja, Yahya sudah diangkat menjadi nabi, melawan Raja Herodes dan terbunuh. ’Isa kembali ke Baitul Maqdis ketika usia 12 tahun setelah Raja Herodes mati. ‘Isa diangkat menjadi nabi ketika umur 30 tahun.)
Yahya tumbuh menjadi anak kecil yang cepat menyerap ilmu, khususnya dari Kitab Taurat. Pada usia muda Yahya sudah menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah, cerdas, dan berani menentang hal-hal yang bertentangan dengan Taurat. Allah mengangkatnya menjadi nabi dan menjadi pemimpin Bani Israil.
Saat itu Raja Herodes yang kejam ingin menikahi seorang mahramnya yang bernama Herodia. Nabi Yahya menentang rencana itu. Herodia pun meminta Raja Herodes membunuh Nabi Yahya. Raja Herodes lalu mengutus pembunuh yang memenggal kepala Nabi Yahya. Kepala Nabi Yahya diletakkannya di dalam mangkuk dari kuningan dan dihadapkan ke Herodia. Matilah wanita terkutuk itu seketika.
Allah SWT berfirman:
Maryam: 12
12. Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,
13. dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,
14. dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.
15. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.
[BERSAMBUNG]