Tak Mau Menjual Warisan untuk Bayar Hutang Si Mayit

Tanya:

Aswrwb. Pak ada yg meminta penjelasan. Seorang ayah meninggal dunia punya hutang, satu2 nya harta peninggalan cuma rumah, ibu mebayar hutang dgn jalan menjual rmh tersebut, tetapi anak tidak memberikan rumah dijual ibu, dgn alasan ibu sdh kawin dgn lk2 lain pdhal anak tdk mau membayar hutang ayah yg sdh meninggal dunia. Pertanyaan: Apakah anak berhak mempertahankan rumah tersebut? sementara ibu tdk mampu membayar hutang almarhum yg  sudah meninggal. (‘A. Z. M. ‘Abdul ‘Aziz. Pembantu penghulu Desa Wong garasi Timur Kec Wanggarasi Kab Pohuwato. Grntalo. 08529808xxxx)

Jawab:

‘alaikumussalam wr wb.

Ketika seseorang wafat lalu dia punya hutang dan wasiat, maka yang harus (wajib) didahulukan diselesaikan adalah hutang dan wasiat tersebut dengan menggunakan harta yang dia tinggalkan sebelum dibagikan kepada ahli waris. Allah SWT menyatakan:

???????? ?????? ??? ?????? ????????????? ???? ???? ?????? ??????? ?????? ?????? ????? ??????? ?????? ???????? ????????? ?????? ???????? ???? ?????? ????????? ???????? ????? ???? ?????? ????????? ????????? ?????? ?????????? ???? ???? ?????? ?????? ?????? ?????? ????? ?????? ?????? ????????? ????????? ?????? ?????????? ???? ?????? ????????? ???????? ????? ???? ?????? (?????? : 12

Dan bagi kalian para suami setengah bagian dari total peninggalan istri-istri kalian, jika mereka tidak memiliki anak, lalu jika mereka memiliki anak maka bagi kalian adalah seperempat bagian dari total peninggalan mereka, setelah dipenuhinya wasiat atau dibayarkannya hutang. Dan bagi mereka (istri-istri kalian) adalah seperempat bagian dari total peninggalan kalian jika kalian tidak memiliki anak, lalu jika kalian memiliki anak maka bagi mereka adalah seperdelapan bagian dari total peninggalan kalian, setelah dipenuhinya wasiat atau dibayarkannya hutang (QS an-Nisaa [4]: 12)

Jadi, dalam kasus Abdul Aziz ini, tindakan ibu anda menjual rumah yang merupakan satu-satunya peninggalan ayah anda untuk tujuan membayar hutang ayah, adalah benar 100 persen sesuai dengan ketentuan ayat Al-Quran tersebut. Justru anak-anak termasuk anda yang menolak tindakan ibu adalah telah melakukan tindakan yang salah, sebab satu-satunya cara yang benar menurut Islam dalam membayar hutang orang mati adalah dengan menggunakan harta peninggalannya, jika memang dia meninggalkan harta. Jika yang mati tidak punya harta sama sekali tapi punya hutang maka kewajiban ahli warisnya untuk melunasi hutang sang mayit.

Saat ini, ketika umat Islam telah hampir 87 tahun tidak hidup dalam Khilafah Islamiyah, maka tidak ada pihak negara yang berkewajiban melunasi hutang orang mati. Artinya negara kebangsaan mana pun termasuk Indonesia, sama sekali tidak ada hubungannya dengan ketentuan penanggungan hutang rakyat ketika mereka mati meninggalkan hutang tanpa meninggalkan harta. Hanya Khalifah yang memimpin Khilafah Islamiyah yang memikul tanggung jawab tersebut, seperti yang dinyatakan oleh Rasulullah saw :

????? ??????? ???????????????? ???? ???????????? ?????? ????????? ???? ?????????????? ???????? ??????? ????????? ????????? ?????? ?????? ?????? ?????????????? (???? ???????

Aku lebih berhak atas kaum mukmin daripada diri mereka sendiri, maka siapa saja dari kaum mukmin diwafatkan lalu dia meninggalkan hutang maka kepadakulah penyelesaiannya dan siapa saja yang meninggalkan harta maka itu adalah bagi ahli warisnya (HR Bukhari)

??? ???? ???????? ?????? ??????? ??????? ???? ??? ?????????? ???????????? ????????? ???? ???????? ?????????? ??????? ???????????????? ???? ???????????? ?????????? ???????? ????? ???????? ?????? ???????????? ?????????? ???? ??????? ?????? ?????? ??????? ???? ???????? ????????????? ??????? ????????? (???? ???????)

Tidak ada seorang mukmin pun kecuali aku lebih berhak atas dirinya baik di dunia maupun akhirah, ketahuilah oleh kalian bahwa Nabi (Muhammad saw) itu lebih berhak atas kaum muk-min daripada diri mereka sendiri, maka mukmin manapun yang mati dan dia meninggalkan harta maka keluarganyalah yang akan mewarisinya siapa pun mereka dan siapa saja yang me-ninggalkan hutang atau tanggungan maka serahkanlah kepadaku maka akulah yang bertanggungjawab menyelesaikannya (HR Bukhari)

[Ust. Ir. Abdul Halim]