Keikhlasan Pahlawan yang Memasuki Lubang Benteng

Oleh Umar Abdullah

Pada tahun 77 H Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Bani Umayyah mulai melancarkan pembebasan-pembebasan di wilayah Kekaisaran Romawi seperti ke Asia Kecil, Armenia, Mashaisha, dan Kartago di Afrika Utara. Khalifah mengirim pasukan yang dipimpin oleh Maslamah bin Abdul Malik. Di salah satu pertempuran untuk menembus benteng pertahanan musuh, ada kisah menarik tentang keikhlasan seorang pejuang Islam. Nah beginilah kisahnya…

* * *

Sebagai panglima perang, Maslamah bin Abdul Malik termenung. Bagaimana mencari akal menembus benteng lawan. Hanya ada sebuah lubang kecil tembus ke sana, maka diperintahkanlah pasukannya untuk menembusnya. Tak mudah menembus lubang itu, resikonya terlalu besar.

Disaat itulah tiba-tiba muncul seorang lelaki dari sayap pasukan melompat menerobos lubang itu dan memporak-porandakan lawan. Siapa lelaki itu, ia tak mengenalnya.

Usai perang, Maslamah mengumumkan instruksi untuk mencari siapa lelaki yang pemberani itu. Ia akan memberi penghargaan atas keberaniannya mengobrak-abrik lawan.

Tiba-tiba muncul lelaki bertopeng tak dikenal berdiri di muka pintu markas komandan.

“Assalaamu ‘alaikum. Boleh saya masuk?“ tanya lelaki bertopeng itu.

“Kamukah lelaki yang berhasil memasuki lubang benteng pertahanan itu?” tanya Maslamah sang panglima.

“Saya akan memberitahukan siapa dia, tetapi dengan tiga syarat,” kata lelaki bertopeng itu.

“Silakan, saya penuhi tiga syarat itu. Apa syaratnya?” kata Maslamah.

“Pertama, Anda tidak perlu tahu siapa namanya dan siapa ayahnya. Kedua, Anda jangan melaporkan hal ini kepada Khalifah Abdul Malik. Ketiga, Anda harus berjanji tidak akan memberi hadiah apapun kepadanya. Bagaimana?” tanya lelaki bertopeng itu.

“Ee… Okelah. Dengan berat hati kupenuhi tiga syarat itu,” jawab Maslamah.

“Benar?” tanya lelaki bertopeng itu meyakinkan.

“Demi Allah aku tak akan mengingkari janji,” kata Maslamah

Yakin dengan jawaban Maslamah, lelaki itu membuka topengnya dan berkata, “Akulah orangnya.”

Mendengar pengakuan lelaki itu, panglima Maslamah bin Abdul Malik langsung tersungkur menangis. Hatinya terketuk oleh lelaki itu yang ikhlas berjuang semata-mata karena Allah tanpa mengharapkan imbalan dari manusia.

Begitu kagum dan terharunya atas keikhlasannya, hingga setiap usai menunaikan shalat, Maslamah tak lupa berdoa, “Ya Allah, jadikanlah diriku seperti lelaki yang memasuki lubang benteng itu. Kumpulkanlah aku di akhirat nanti bersama dia.”[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *