Ali bin Abi Thalib, Teladan Orang Berilmu

Oleh Umar Abdullah

Sebagai manusia, pastinya kita butuh seorang figur yang bisa jadi panutan kita dalam hal ilmu. Setidaknya bisa kita contoh pada sisi-sisi tertentu dari kehidupannya.

Dan sebagai seorang yang beriman tentu kita musti mencontoh Rasulullah saw atau paling tidak orang-orang shalih di sekitar Rasulullah saw yang selalu berusaha meneladani suri teladan dari Rasulullah saw. Orang-orang yang kini dikenal sebagai shahabat nabi.

Para sahabat nabi semuanya adalah orang yang shalih dan adil. Islami cara berfikir dan tingkah lakunya.  Kepribadian mereka ini tidak hanya dipuji oleh manusia, tetapi juga oleh Sang Pencipta mereka.

Di antara sahabat Rasulullah yang  menonjol keilmuannya adalah Ali bin Abi Thalib (karramallaahu wajhahu– semoga Allah memuliakan wajahnya). Keunggulannya ini semakin menyempunakan kepribadiannya, menyempurnakan cara berpikirnya dan tingkah lakunya.  Ketinggian ilmunya ini membuat Ali bin Abi Thalib menjadi seorang muslim yang mulia.

Bagaimana kemuliaan kepribadian Ali bin Abi Thalib ini?  Beginilah kisahnya…

* * *

Di hadapan masyarakat umum, Rasulullah saw pernah bersabda, “Anaa madiinatul ‘ilm wa ‘aliyu baabuha”

(Saya adalah kotanya ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya).

Keunggulan Ali bin Abi Thalib ini  bisa kita lihat pada dialog yang pernah terjadi antara beliau dengan 10 orang penanya dari kalangan Khawarij tentang lebih utama mana, ilmu atau harta.

Ketinggian ilmu Ali bi Abi Thalib ini sungguh luar biasa. Salah satu keunggulan Ali bin Abi Thalib adalah luasnya pengetahuannya terhadap ayat-ayat Allah. Wajar saja, karena sejak usia 10 tahun, hatinya telah dipenuhi oleh keindahan Al Qur`an, keagungan dan rahasia-rahasianya.  Disamping itu Ali menyaksikan turunnya ayat demi ayat secara langsung. Maka pantaslah jika dia berkata:

“Tanyailah aku, tanyailah aku, tanyailah aku tentang Kitab Allah sekehendak hatimu. Demi Allah, aku lebih tahu tentang ayat-ayat-Nya, baik yang diturunkan di waktu malam maupun di waktu siang.”

Hasan al Basri pernah berkomentar tentang pengetahuan Ali bin Abi Thalib soal ayat-ayat al-Qur`an: “Dia (Ali bin Abi Thalib) telah mencurahkan tekad dan ilmu serta amalnya kepada al-Qur`an. Baginya al-Qur`an ibarat kebun-kebun yang indah dan tanda-tanda yang jelas.”

DIDIKAN PEMIKIRAN ISLAM

Hasil pendidikan Rasulullah saw ini memang luar biasa.  Sejak awal Ali bin Abi Thalib dididik oleh Rasulullah dengan pemikiran-pemikiran Islam.

Dialah laki-laki pertama dari kalangan anak-anak yang menerima ajakan Rasulullah saw untuk masuk Islam. Lihatlah bagaimana Rasulullah saw mendidik Ali dengan pemikiran Islam yang menyebabkan Ali mengambil Islam sebagai jalan hidupnya.

Saat itu, Ali kecil yang berumur sekitar 8 tahun tinggal bersama Rasulullah saw sebagai sepupu sekaligus pengayomnya.  Saat itu Ali belum masuk Islam.  Suatu saat Ali melihat Rasulullah saw dan Khadijah, istri Rasulullah, shalat.

Ali bertanya kepada Rasulullah saw usai beliau mengerjakan shalat, “Wahai sepupuku, perbuatan apa yang kulihat engkau mengerjakannya?”

Rasul saw. menjawab, “Aku shalat kepada Allah, Tuhan yang memiliki seluruh alam.”

Ali bertanya lagi, “Siapakah yang memiliki sekalian alam?”

Rasulullah saw. menjelaskan, “Wahai Ali, sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang satu, tiada sekutu bagi-Nya. Dia memiliki segala makhluk dan di tangan-Nya terdapat segala urusan. Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Apa yang terjadi setelah Rasulullah mengucapkan kalimat-kalimat tadi? Tak berapa lama setelah itu tanpa ragu-ragu lagi, Ali bin Abi Thalib remaja belia yang penuh berkah itu pun mengambil Islam sebagai jalan hidupnya, dia pun masuk Islam….

DIDIKAN NAFSIYAH ISLAMIYAH

Selain mendidik masyarakat Islam dengan pemikiran yang islami, Rasulullah saw juga mendidik nafsiyah atau pola kejiwaan masyarakatnya, termasuk di dalamnya Sahabat Nabi yang bernama Ali bin Abi Thalib.  Didikan Nafsiyah Islamiyah ini menjadikan masyarakat Islam menjadi masyarakat yang enerjik, penuh vitalitas melaksanakan aturan-aturan Allah, namun tetap rendah hati dan santun terhadap orang-orang yang beriman.

MEMBANGUN PERADABAN

Ketika Rasulullah saw dan para sahabat ra berhijrah ke Madinah untuk membangun peradaban Islam dalam bentuk Negara Islam, Ali turut serta berhijrah dan membangun peradaban dunia yang baru itu. Dalam struktur pemerintahan Islam , Ali bin Abi Thalib sempat ditugaskan oleh Rasulullah saw  menjadi seorang wali (gubernur) di wilayah Yaman selama beberapa tahun. Beliau juga pernah jadi Qadhi/ hakim.

Di masa pemerintahan Amirul Mu’minin Utsman bin Affan ra. Beliau diminta menjadi Muawin Tafwidh atau wakil khalifah, suatu kedudukan dan tanggung jawab satu tingkat di bawah khalifah sang kepala negara Islam.

Dan menjelang akhir hidupnya beliau dibaiat oleh kaum muslimin untuk menjadi Kepala Negara Islam, dengan sebutan Imam Ali.

MEMENTINGKAN PERSATUAN

Pemuda hasil didikan Islam ini memiliki jiwa yang besar yang selalu mengutamakan persatuan umat Islam di atas kepentingan kelompok. Ketika ia mengetahui ada dua orang pendukungnya yang memaki dan mengutuk Muawiyah yang saat itu memberontak kepada negara Khilafah Islam, maka disuruhlah dua orang pendukungnya itu untuk menghentikan makian dan kutukan itu.

Kedua orang itu datang kepada Ali dan bertanya, “Ya Amirul Mukminin, bukankah kita di atas kebenaran dan mereka di atas kebatilan?“

Imam Ali menjawab, “Benar, demi Tuhan yang memiliki Ka’bah.” Mereka bertanya lagi, “Kalau begitu, mengapa engkau mencegah kami memaki dan mengutuk mereka?”

Imam Ali menjawab, “Aku tidak suka kalian menjadi orang-orang yang suka memaki dan mengutuk. Akan tetapi katakanlah: ‘Ya Allah, jangan tumpahkan darah kami dan darah mereka. Perbaikilah hubungan antara kami dengan mereka, dan sadarkanlah mereka dari kesesatan hingga siapa yang tidak tahu bisa mengetahui kebenaran, dan yang membangkang bisa sadar dari kesesatannya.’”

PENDEKAR JIHAD

Sesuatu yang menonjol dari sosok Ali bin Abi Thalib ini adalah bahwa dia seorang pendekar sejati. Kejantanan seorang laki-laki dan kesucian hati seorang muslim telah membentuk cara bertarung dan akhlaqnya dalam pertempuran. Kita bisa lihat hal itu saat Perang Khaibar….

Saat itu Benteng Khaibar, benteng Yahudi Khaibar, sulit ditembus, bahkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar bin Khaththab. Saat itulah dibutuhkan seorang yang Rasulullah dengan penuh optimis berkata tentangnya: “Besok, akan kuberikan bendera ini kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya serta melalui kedua tangannya Allah memberikan kemenangan.”

Pagi harinya, setelah semua pasukan bersiap, Rasulullah dengan lantang berteriak: “Dimana Ali bin Abi Thalib?”

Maka bersegeralah Ali memenuhi seruan Rasul Allah itu, walau matanya sedang sakit, “Inilah aku, ya Rasulullah,” jawab Ali.

Rasulullah saw memberi isyarat dengan tangan kanannya agar Ali tampil ke depan. Maka tampillah pahlawan itu. Melihat kepedihan di mata Ali, Rasulullah saw membasahi jari-jarinya yang bercahaya dengan air ludahnya yang suci dan mengusap mata pahlawan itu. Kemudian Rasul saw menyuruh mengambil bendera. Dipegangnya bendera itu, diangkatnya ke atas serta dikibar-kibarkannya tiga kali. Setelah itu diletakkannya bendera tadi di tangan kanan Ali seraya berkata, “Ambillah bendera ini, lalu pergilah dengannya, sampai Allah memberikan kemenangan padamu.”

Maka, segeralah Ali membawa bendera dan pasukannya maju. Di depan pintu benteng ia berseru, “Aku, Ali bin Abi Thalib.” Sesaat kemudian Ali menerima pukulan kuat yang untungnya tidak mencederainya, namun berhasil melemparkan perisai dari tangannya.

Melihat dirinya harus menghadapi penjaga benteng yang bersenjata, berserulah Ali, “Demi Tuhan yang nyawaku ada di tangan-Nya, biarlah aku mati seperti Hamzah atau Allah memberikan kemenangan kepadaku.”

Mendapati dirinya tanpa perisai, Ali menuju salah satu pintu benteng, menjebol pintu benteng, seraya berteriak: “Allahu Akbar”. Maka, lepaslah pintu benteng itu dan jadilah pintu benteng itu sebagai perisainya. Kemudian pasukan Islam pimpinan Ali menyerbu, dan dalam waktu singkat pasukan Islam menang.

Maka berulang-ulanglah pasukan Islam meneriakkan “Allahu Akbar, robohlah Khaibar 2X.”

MENGHORMATI TEMAN-TEMAN SEPERJUANGANNYA

Ali bin Abi Thalib adalah orang yang sangat mencintai dan menghormati para shahabat Rasulullah ra. Teman-teman seperjuangannya menegakkan syariat Islam dalam bentuk Negara Islam. Penghormatan Ali itu bisa kita lihat saat beliau usai mengimami shalat subuh di kota Kufah sebagai Amirul Mukminin.

Setelah shalat, beliau duduk dengan murung dan sedih. Dia tetap berada di tempatnya sedang orang-orang yang tadi jadi makmumnya mereka ikut tidak bergerak dari tempatnya, karena menghormati sikap diam Ali.  Ketika matahari naik dan sinarnya masuk ke dinding-dinding dalam masjid Imam Ali bangkit dan salat dua rakaat, lalu menggelengkan kepalanya dalam kesedihan seraya berkata: “Demi Allah, telah kulihat sahabat-sahabat Rasulullah saw, dan tidak kulihat sekarang ini orang-orang yang menyerupai mereka. Dulu, bila tiba waktu pagi, di antara kedua mata mereka terdapat bekas sujud kepada Allah di waktu malam sambil membaca Kitab-Nya dan bergerak melakukannya antara bersujud dan berdiri (dalam shalat). Apabila mereka menyebut Allah, tubuh mereka bergetar seperti pohon yang digoyang angin dan mata mereka berlinang air mata hingga baju mereka basah.”

MENJADI TELADAN KESEDERHANAAN SEBAGAI PEJABAT

Ali bin Abi Thalib.  Sosok hasil didikan Islam ini menjadi teladan kesederhanaan bagi para pejabat. Saat beliau menjadi kepala negara, kerap kali dia memakai baju yang sangat bersahaja. Para sahabatnya menawarkan untuk memberinya hak yang pantas bagi diri dan jabatannya, namun dia justru berkata: “Baju ini menjauhkan kesombongan dariku dan membantuku untuk bersikap khusyu` dalam shalatku, dan ini adalah contoh yang baik bagi orang-orang, supaya mereka tidak boros dan bermewah-mewah.”

* * *

Demikian tadi sekelumit kisah tentang Ali bin Abi Thalib.  Sosok hasil didikan Rasulullah saw. Didikan yang mencetak seorang manusia memiliki kepribadian yang Islami, yang cemerlang cara berpikirnya dan lurus pula tingkah lakunya.

Bisa kita bandingkan dengan para pemuda hasil sistem pendidikan  sekuler yang ada di sekitar kita. Pendidikan yang hanya menambah barisan pemuda yang lemah cara berpikirnya, dangkal pengetahuannya, salah orientasi hidupnya, dan rusak tingkah lakunya.

Insya Allah, jika kita mulai mengkaji hukum Islam tentang Sistem Pendidikan Islam dan menerapkannya dalam sistem yang Islami yaitu Khilafah Islam, maka insya Allah Ali Ali baru akan segera muncul seperti Ali bin Abi Thalib kw.  Amin allahumma amin.[]

(Doa)

Ya Allah, ya Alim ya Fattah ya Arhamar raahimin,  jadikanlah kami para pemuda seperti Ali bin Abi Thalib.

Ya Allah jadikanlah kami para pemuda yang kaya dengan ilmu, yang berjiwa besar, yang selalu berpikir ke arah perbaikan.

Ya Allah jadikanlah kami para pendekar yang sejati, yang keras terhadap musuh-musuh agama-Mu dan kasih sayang terhadap pejuang-pejuang agama-Mu sebagaimana Ali bin Abi Thalib.

Ya Allah jadikanlah kami para pemuda yang mencintai, menghormati dan meneladani para shahabat Rasulullah yang telah berjuang di jalan-Mu dengan ikhlas sesuai syari’ah-Mu ya Allah.  Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihi wat taabi`in wat taabi`it taabi`iin wa man tabi’ahu ilaa yaumil qiyamah.

Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamin. Amin ya Allah, ya mujiibas saa`iliin…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *