Oleh Umar Abdullah
Dalam al-Qur’an Surat al-Hasyr [59] ayat 16-17, Allah SWT berfirman (yang artinya):
“Bujukan orang-orang munafik itu adalah seperti bujukan setan ketika ia berkata kepada manusia: ‘Kafirlah kamu’. Maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Rabb semesta alam.’ Maka adalah kesudahan bagi keduanya bahwa sesungguhnya keduanya masuk ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikian balasan bagi orang-orang yang zalim.’
Ayat di atas adalah ayat yang mengisahkan tentang seorang pendeta yang bernama Barshisha. Sebuah kisah yang banyak memberi pelajaran buat kita. Buat orang-orang yang suka menutupi kesalahan dengan kesalahan berikutnya. Menutupi dosa dengan dosa. Nah, beginilah kisahnya…
Adalah seorang pendeta bernama Barshisha. Dia seorang yang rajin ibadah. Dia telah menyembah Allah SWT selama 60 tahun. Dan selama itu pula setan sudah berusaha menggodanya, namun tidak berhasil.
SETAN BERENCANA
Tapi dasar setan, dia tidak pernah berhenti mencari celah. Dan datanglah celah itu.
Di dekat gereja Pendeta Barshisha, tinggallah seorang perempuan yang mengembalakan domba. Ia memiliki empat saudara lelaki.
Setan mendatangi perempuan itu, menyentuh dan membuatnya gila. Empat saudara lelaki perempuan itu kemudian diilhami oleh setan untuk membawa perempuan itu kepada Pendeta Bashisha mencari kesembuhan.
Maka mereka pun membawa saudara perempuannya itu kepada sang pendeta. Pendeta Barshisha pun merawatnya. Perempuan itu tinggal beberapa waktu di gubuk sang pendeta.
Suatu hari pendeta itu tertarik kepada perempuan itu dan menzinahi perempuan itu. Perempuan itu akhirnya hamil.
SETAN BERAKSI
Setelah tampak kehamilan perempuan itu, setan menghampiri Pendeta Barshisha dan berkata, “Bunuh perempuan itu dan kubur dia karena engkau seorang terhormat dan terpandang.” Maksudnya, jangan sampai perkaranya dengan perempuan itu merusak reputasinya sebagai orang yang shaleh.
Maka Barshisha pun lalu membunuh si perempuan untuk menghilangkan bukti kejahatannya.
Kemudian Pendeta itu memberitahukan kepada saudara laki-laki perempuan itu bahwa wanita itu telah mati dan telah dikuburnya. Karena pendeta itu dianggap jujur maka saudara-saudaranya pun mempercayainya tanpa ragu sedikit pun.
Selang beberapa lama setan menghampiri keempat saudara laki-laki si perempuan di dalam mimpi mereka saat mereka tidur, dan berkata kepada mereka, “Pendeta itu telah menzinahi adik perempuan kalian, hingga ia hamil. Lalu ia membunuhnya dan menguburnya di belakang gereja.”
Pada pagi harinya, saat mereka berkumpul, salah satu dari mereka berkata, “Demi Allah! Tadi malam aku memimpikan sesuatu dan aku tidak tahu apakah aku harus menceritakannnya kepada kalian atau menyimpannya di dalam hatiku.”
Saudara-saudaranya lalu berkata, “Ceritakanlah kepada kami!”
Maka diceritakanlah mimpi itu, tetapi salah salah satu dari lainnya, “Demi Allah, aku memimpikan hal yang sama.”
Susul menyusullah dua saudara mereka yang lain juga mengatakan bahwa mereka memimpikan hal yang sama.
Lalu mereka berkata, “Mungkin ini benar, karena itu lebih baik kita lapor kepada raja agar digali kuburnya serta diperiksa.”
Lalu mereka menghadap raja negeri itu dan mengadukan apa yang mereka alami tentang pendeta itu. Raja mengutus pasukan bersama saudara-saudara perempuan itu untuk mengungkap kasus pembunuhan tersebut.
AKSI PAMUNGKAS SETAN
Peristiwa pembunuhan tersebut pun terungkap. Pasukan raja menangkap pendeta Barshisha dan membawanya.
Dalam perjalanannya, setan menghampiri sang pendeta dan berbisik ke telainganya, “Aku temanmu. Aku tidak menemukan cara untuk menyesatkanmu, namun akhirnya aku berhasil menjebakmu. Tidak seorang pun dapat menolongmu dalam perkara ini. Jadi dengarkan aku dan akan aku selamatkan engkau dari perkara ini. Bersujudlah satu kali saja kepadaku dan akan aku selamatkan engkau dari perkara ini.”
Tak disangka, pendeta itu pun bersujud kepada setan. (Na’udzu billaahi min dzalika)
Saat mereka tiba menghadap raja, setan berkata kepada Barshisha, “Sesungguhnya aku berlepas tangan dari urusanmu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam.”
Akhir kisah, Pendeta Barshisha pun dijatuhi hukuman gantung.
Demikianlah Kisah tentang Pendeta Barshisha. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil. 1) Bahwa walau dalam masa pengobatan, tidak boleh antara dokter laki-laki dan pasien perempuan hanya berdua tanpa mahram si perempuan. 2) Bahwa kesalahan pertama jangan diikuti oleh kesalahan berikutnya karena akan memunculkan kesalahan-kesalahan berikutnya dan berikutnya, yang akhirnya berujung pada permurtadan dan kekafiran. Na’udzu billaahi min dzalik. 3) Jangan pernah beranggapan bahwa seorang yang shaleh itu kebal terhadap gangguan setan. Tidak, buktinya ya Barshisha itu.[]