Ya Allah, Janganlah Kami Engkau Kumpulkan dalam Keadaan Buta

Oleh: M. Iwan Januar, S.IKom

Seorang mukmin memiliki ciri mengimani perkara yang gaib, termasuk kenyataan bahwa kehidupan dunia ini adalah fana, akan ada kematian dan akan datang Hari Kebangkitan (Yaumul Ba’tsi). Pada surat al-Waqiah terdapat kebenaran yang menjelaskan momentum Hari Kebangkitan, yakni Allah Ta’ala akan mengganti keadaan/rupa setiap insan di akhirat kelak. Sehingga tidak sama antara keadaannya di dunia dan akhirat kelak.

“Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali, tidak dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.”(QS. al-Waqiah: 60-61).

Pada hari itu ada wajah menghitam dan ada wajah yang putih berseri. Mereka yang menghitam adalah kaum yang kalah, meski mungkin ada di antara mereka yang sempat merasa berjaya di dunia, bangga dengan kemaksiatan dan keberpihakan mereka pada kebatilan, dan menindas para pendukung al-haq.

Mereka yang putih berseri adalah para pemenang abadi, meski mungkin ada di antara mereka yang sempat merasakan ketertindasan oleh kezaliman dan kebatilan dikarenakan sikap kukuh dalam perjuangan menegakkan Islam, dan tidak mau bergeser atau kompromi seincipun.

“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu”. Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.”(QS. ali Imran: 106-107).

Di antara orang-orang yang kalah di akhirat ada yang Allah buat mereka menjadi buta, lantas kebutaan ini membuat mereka meratap dan bertanya-tanya kepada Allah SWT. karena mereka orang yang bermata normal saat hidup di dunia.

“Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”(QS. Thaha: 125).

Allah menjawab bahwa kebutaan itu disebabkan sikap berpaling dan sok pandir mereka dari petunjuk Allah SWT. Maka sebagai balasannya Allah membuat mereka buta dan melupakan keadaan mereka di akhirat. FirmanNya:

Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”.(QS. Thaha: 126).

* * * * * *

Apa perkataan yang pantas bagi orang yang demikian keras sikapnya membela kezaliman yang telah demikian vulgar menimpa umat? Hari ini setiap hari rakyat dicekam ketakutan akan kematian dari ledakan tabung gas yang mereka pasang di rumah mereka sendiri. Sudah banyak korban berjatuhan tapi penguasa seolah tidak mau mengambil tanggung jawab tersebut. Padahal penguasa pula yang dulu demikian ngotot memaksa rakyat agar mengkonversi kompor minyak tanah menjadi gas. Tapi ketika korban mulai berjatuhan, semua pihak saling cuci tangan.

Kalimat apa pula yang pantas dilontarkan pada orang yang masih mau mempertahankan sistem kenegaraan yang menggelontorkan uang ratusan miliar untuk wakil rakyat yang malas. Rajin bolos dan sering terlihat tidur saat rapat soal rakyat. Padahal mereka demikian gencar membujuk rakyat agar memilih mereka dalam pemilu lalu. Kini, saat mereka tenggelam dalam bursa syahwat kekuasaan, masih ada juga yang membela sistem ini mati-matian.

Umat mungkin speechless, kehilangan kata-kata, saat sekumpulan kaum muslimin yang mengaku-aku ingin menyelamatkan negeri ini memaksa umat dengan fatwa agar memilih parpol Islam dan pemimpin yang Islami. Mereka menakut-nakuti umat bila negeri ini jatuh ke tangan orang kafir atau orang fasik sekuler. Tapi apa lacur, setelah pesta itu usai para pemaksa ini justru berkoalisi dengan kelompok fasik sekuler, bahkan berakrab-akrab dengan orang-orang kafir dan bersekutu dalam kekuasaan, dengan dalih ‘Islam untuk semua golongan’. Lalu apa arti slogan dan ancaman mereka sebelumnya bagi umat?

Saudaraku, Allah telah mengingatkan kita semua dengan firman-firmanNya yang haq. Akan ada sekumpulan orang yang dibangkitkan dalam keadaan buta. Kebutaan itu disebabkan sikap tak acuh mereka pada bobroknya sistem yang sekarang ditegakkan. Mereka terus menerus membabi buta membela ‘rumah yang rapuh’ ini sebagai bagian yang masih bisa diselamatkan. Padahal pondasinya saja tak jelas, demikian pula pilar penopang dan dinding penyangganya.

Maka kita pantas untuk khawatir bila dibangkitkan Allah dalam keadaan buta, yakni saat tidak mau kritis dan peduli dengan remuk redamnya umat akibat sistem bejat ini, tetap berpikir positif seolah-olah semua sudah berada di jalur yang benar. Sementara kita mengesampingkan risalah Allah yang mulia. Kita menganggap bahwa hukum-hukum Allah bisa ditunda dulu aplikasinya. Atau bisa dicangkokkan dengan aturan buatan manusia meski itu batil.

Kita memohon kepada Allah agar tidak dijadikan sebagai orang-orang yang buta di akhirat kelak. Tapi kita ingin hadir di Padang Mahsyar sebagai insan dalam kondisi yang lebih baik penciptaannya. Terbebas dari segala ancaman Allah Ta’ala. Untuk itu, gunakanlah pandangan kita dengan jernih untuk melihat keadaan yang telah carut marut ini. Bila benar kita katakan benar, tapi bila batil maka tak ada alasan untuk membenarkannya. Tapi jadi alasan untuk mengubahnya agar sesuai dengan petunjuk Allah SWT.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *