Info Seputar Bulan Sya’ban 1431 H

Oleh: Umar Abdullah

Awal Sya’ban

Tanggal 1 Sya’ban tahun 1431 H jatuh pada hari Selasa bertepatan dengan tanggal 13 Juli 2010.  Ahad 11 Juli 2010 adalah tanggal 29 Rajab 1431H. Malam Senin dilakukan Ru’yatul Hilal Sya’ban, namun hilal (baby moon) secara internasional tidak terlihat. Maka bulan Rajab 1431H digenapkan menjadi 30 hari. Sehingga hari Senin 12 Juli adalah tanggal 30 Rajab 1431 H dan hari Selasa tanggal 13 Juli 2010 adalah tanggal 1 Sya’ban 1431 H.

Bayar Hutang Puasa

Sya’ban adalah bulan sebelum bulan Ramadhan. Bulan ini adalah kesempatan terakhir bagi siapa saja yang punya hutang puasa di bulan Ramadhan tahun lalu untuk membayarnya (mengqadha`nya).

Dari ‘Aisyah berkata:

“Aku pernah mempunyai hutang puasa Ramadhan, tetapi aku tidak bisa mengqadha’nya melainkan di bulan Sya’ban; dan yang demikian itu lantaran kesibukanku dengan Rasulullah saw.” (HR. Jama’ah)

Hukum membayar hutang puasa adalah wajib. Kelalaian membayar hutang puasa termasuk kemaksiatan yang seharusnya dihindari oleh seorang yang beriman kepada Allah SWT.

Bulan Sya’ban

Bulan Sya’ban adalah bulan saat para malaikat memberikan laporan tahunan tentang amal manusia kepada Allah Rabbul ’alamin.

Dari Usamah bin Zaid ra berkata:
Aku bertanya: Ya Rasulallah, kelihatannya tidak satu bulan pun yang lebih banyak anda puasakan dari bulan Sya’ban!”

Ujar Nabi: ”Bulan itu sering dilupakan orang, karena letaknya antara Rajab dan Ramadhan, padahal pada bulan itulah diangkat amalan-amalan kepada Tuhan Rabbul ’alamin. Maka saya ingin amalan saya dibawa naik selagi saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i dan dinyatakan sah oleh Ibnu Khuzaimah).

Semoga kita semua diberi kekuatan dan kemudahan oleh Allah untuk memperbaiki dan memperbanyak berbuat kebajikan di bulan ini, dan terhindar dari berbuat kemaksiatan.

Puasa Sya’ban

Pada bulan Sya’ban ada puasa sunnah yang jumlah harinya mulai dari 1 hingga 28 hari. Namanya Puasa Sya’ban.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. ujarnya:

”Rasulullah saw tidak berpuasa lebih banyak dari puasa bulan Sya’ban, Rasulullah berpuasa seluruhnya dan terkadang-kadang berpuasa sebagian besarnya.”

Jadi jika anda sanggup, maka lebih baik berpuasa Sya’ban setiap hari selama 28 hari. Jika tidak sanggup, maka anda bisa berpuasa sesuai kesanggupan anda, mungkin 21 hari, mungkin 17 hari, atau jumlah lainnya di bulan Sya’ban.

Puasa-puasa Sunnah di bulan Sya’ban

Selain Puasa Sya’ban, puasa-puasa sunnah yang lainnya tetap bisa kita laksanakan seperti biasa: Puasa Dawud sehari puasa sehari berbuka, Puasa Senin Kamis, Puasa hari-hari Terang di pertengahan bulan tanggal 13, 14, dan 15. Puasa-puasa Sunnah ini bisa dilaksanakan baik sebelum dan setelah pertengahan bulan Sya’ban.

Malam Nishfu Sya’ban

Di bulan Sya’ban adalah suatu malam yang memiliki keutamaan. Malam itu adalah malam tanggal 15 Sya’ban. Dikenal dengan nama malam pertengahan bulan Sya’ban (malam Nishfu Sya’ban).

Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya AllahSWT pada malam pertengahan Sya’ban tentu muncul (melihat segenap umat manusia) lalu mengampuni (dosa-dosa) semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah dari Abu Musa). Menurut Muhammad Nashiruddin Albani hadits ini Hasan.

Walaupun memiliki keutamaan, namun keutamaan malam Nishfu Sya’ban tidak melebihi malam al-Qadar (Lailatul Qadar) di bulan Ramadhan.

Juga pada Nisfu Sya’ban tidak ada amalan-amalan khusus yang dilabeli dengan label Nishfu Sya’ban, seperti Puasa Nishfu Sya’ban, Shalat Nishfu Sya’ban, dan Doa Nishfu Sya’ban karena tidak ada dalil yang shahih dan hasan yang mendasarinya. Ibadah pada malam Nishfu Sya’ban adalah ibadah-ibadah sebagaimana malam-malam yang lain: Shalat Maghrib, Shalat Isya, berdzikir, Shalat-shalat Sunah Rawatib, Shalat Tasbih, Shalat Tahajud, Shalat Witir, bersedekah, membaca al-Qur`an, dan berdoa. Hanya saja karena malam itu memiliki keutamaan maka ibadah-ibadah seperti Shalat Tahajud, Shalat Witir, berdoa, berdzikir, membaca al-Qur`an, dan bersedekah hendaknya diperbanyak.

Nishfu Sya’ban/ Pertengahan bulan Sya’ban alias tanggal 15 Sya’ban tahun ini bertepatan dengan hari Selasa 27 Juli 2010. Jadi Malam Nishfu Sya’ban adalah malam Selasa yakni mulai Maghrib tanggal 26 Juli 2010 hingga menjelang Shubuh tanggal 27 Juli 2010. Semoga kita bisa memanfaatkan keutamaan malam tersebut dengan baik dan benar.

Pidato Rasulullah di Akhir Sya’ban (29 SYA’BAN) Menyambut Ramadhan

Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Salman r.a. ujarnya:

”Rasulullah saw pada hari terakhir dari bulan Sya’ban berkhuthbah di hadapan kami.

Maka beliau bersabda:

“Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dinaungi oleh suatu bulan yang agung lagi penuh berkah, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan qiyam (shalat) pada malam harinya sebagai suatu tahawwu’ (ibadah sunnah yang sangat dianjurkan).

Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan (sunnah) di dalamnya, maka (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan kewajiban (fardlu) di bulan yang lain. Dan siapa saja yang menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan, maka (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakan 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga (al jannah). Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertolongan dan bulan Allah menambah rizki para mukmin.

Siapa saja yang pada bulan itu memberikan makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka perbuatan itu menjadi pengampunan atas dosa-dosanya, kemerdekaan dirinya dari api neraka, dan ia mendapatkan pahala seperti pahala orang berpuasa yang diberinya makanan berbuka itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu”.

Para sahabat berkata: “Ya Rasululullah, tidak semua dari kami memiliki makanan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa.”

Rasulullah saw. pun menjawab: “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan sekalipun hanya sebutir korma atau sekedar seteguk air atau sehirup susu.

Bulan Ramadhan ini adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka. Siapa saja yang meringankan beban dari orang yang dikuasainya (hamba sahaya atau bawahannya), niscaya Allah mengampuni dosanya dan membebaskannya dari api neraka.


Karena itu perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan ini.
Dua perkara yang dengannya kalian menyenangkan Tuhan kalian dan dua perkara lainnya sangat kalian butuhkan.
Dua perkara yang kalian lakukan untuk menyenangkan Tuhan kalian adalah: mengakui dengan sesungguhnya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan kalian memohon ampunan kepada-Nya.

Adapun dua perkara yang sangat kalian butuhkan adalah kalian memohon surgaNya dan berlindung dari api neraka-Nya.

Siapa saja yang memberi minum kepada orang yang berpuasa niscaya Allah akan memberinya minum dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasa haus lagi sesudahnya hingga ia masuk surga.”

HENDAKNYA TIDAK PUASA PADA 29 ATAU 30 SYA’BAN

Tanggal 30 Sya’ban adalah saat yang meragukan kita apakah ia masih 30 Sya’ban atau sudah masuk 1 Ramadhan. Maka hendaknya kita tidak berpuasa sunnah pada tanggal 30 Sya’ban, karena hukumnya makruh.

Telah berkata ‘Ammar bin Yasir r.a. :

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diraguinya, berarti ia telah durhaka kepada Abul Qasim saw.” (HR. Ash-habus Sunan).

Abul Qasim yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw.

Hindari juga berpuasa tanggal 29 Sya’ban. Namun jika ia berpuasa pada tanggal 29 atau 30 Sya’ban karena kebetulan bertepatan dengan kebiasaannya, misalnya ia terbiasa berpuasa Dawud, maka hukumnya boleh dan tidak makruh.

Diterima dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw bersabda:

“Janganlah kamu dahului Puasa Ramadhan itu barang sehari atau dua hari, kecuali jika bertepatan dengan hari yang biasa dipuasakan, maka bolehlah kamu berpuasa pada hari itu.” (Diriwayatkan oleh Jamaah Ahli Hadits)

Ru’yatul Hilal Ramadhan

Tanggal 29 Sya’ban 1431 H bertepatan dengan Selasa tanggal 10 Agustus 2010. Untuk mengetahui apakah hari Rabu esok harinya sudah masuk 1 Ramadhan 1431 H atau masih 30 Sya’ban maka Allah SWT memberikan tuntunan dengan melakukan ru’yatul hilal. Ru’yatul Hilal adalah melihat bulan sabit (babi moon) yang menandai lahirnya bulan baru. Ru’yatul Hilal dilakukan beberapa saat setelah matahari terbenam.

Diriwayatkan al-Bukhari dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Berpuasalah kalian sesuah melihat bulan (Ru’yatul Hilal) dan berbukalah kalian sesudah melihat bulan (Ru’yatul Hilal). Jika mendung menghalangi penglihatan kalian, maka sempurnakanlah Sya’ban menjadi 30 hari.”

Sumber:

Shahih Bukhari (Terj). Penerbit Widjaya. Jakarta. 1992

Shahih Muslim (Terj). Penerbit Widjaya. Jakarta. 1996

Nailul Authar Jilid 3 (Terj). Asy-Syaukani. PT. Bina Ilmu. Surabaya. 1978

Fiqih Sunnah Jilid 3 (Terj). Sayyid Sabiq. Penerbit PT Al-Ma’arif. Bandung. 1997

Fiqh Islam. H. Sulaiman Rasyid. Penerbit Sinar Baru. Bandung. 1988

Pedoman Puasa. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. PT. Pustaka Rizki Putra. Semarang. 2005

Wawancara dengan asy-Syaikh Dr. H. Abdurrahman al-Baghdadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *