Haruskah Memaafkan Mertua?

Tanya:
Assalaamu’alaikum wr wb. Saya wanita berusia 21 tahun. Mertua saya pada awal menikah sangat membenci saya, beliau bahkan tega memfitnah, menghina, dan mencaci maki saya dengan kejam di depan umum. Hal ini beliau lakukan berkali-kali. Alasannya adalah saya menikah dengan anaknya yang berarti beliau harus kehilangan harta yang dijanjikan seorang ibu-ibu yang cinta dengan suami saya. Suatu hari beliau meminta maaf dengan nada biasa yang merasa dirinya hanya melakukan kesalahan kecil. Lalu bagaimana saya menanggapinya? Terima kasih.
(Yani, via e-mail)

Jawab:

‘Alaykum salam wa rahmatullah wa barakatuh

Ibu Yani yang dirahmati Allah, selama kita hidup ada saja ujian yang dihadapi, termasuk dalam berumah tangga. Apa yang ibu alami adalah salah satunya. Sabda Nabi saw.: “Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Islam meminta kita untuk bersabar menjalani ujian tersebut. Kalau sekarang ternyata ibu mertua berbaik-baik pada ibu dan mengatakan bahwa perbuatannya di masa lampau adalah kesalahan kecil, sikap yang dituntut oleh Islam adalah memaafkan seikhlas-ikhlasnya. Memang, pasti terasa perih bila kita mengingat kejadian-kejadian di masa lampau, tapi tak ada artinya bila kita terus mendendam apalagi tak mau memaafkan. Cobalah untuk memaafkan karena itu akan menambah kemuliaan bagi ibu.

“Siapa yang bersabar dan memberikan ampunan, maka itu adalah perkara yang mulia.” (asy-syuro: 43)

[M. Iwan Januar]