Gurita Paul, Piala Dunia, dan Judi

Oleh: Umar Abdullah

Seekor gurita bernama Paul, yang ikut meramal di Piala Dunia 2010 | www.kompas.com

Jerman kalah 1-0 lawan Spanyol! Wow, ini membenarkan ramalan Gurita Paul. Mungkin itu pikiran kita begitu mendengar berita kekalahan Tim Panser Jerman di Piala Dunia. Gurita ini memang hebat. Selama Piala Dunia Afsel ini pilihannya selalu tepat. Setidaknya minimal 5 kali tebakan gurita ini benar. Tapi apakah berarti ia bisa meramal? Dan ramalannya tepat? Tentu saja TIDAK. Semua hanya kebetulan saja. Buktinya di kompetisi lainnya, tebakannya pernah keliru, minimal dua kali keliru.

Ada juga yang bilang ”mungkin gurita itu dituntun oleh jin sehingga ramalannya tepat”. Jawabannya juga TIDAK. Karena jin tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Jadi gurita itu memilih dan kebetulan pilihannya tepat.

Saya dulu pecandu sepak bola, fans berat Persebaya. Tahu betul bagaimana sepak bola menjadi arena judi massal, taruhan siapa yang menang, berapa skornya. Apalagi jika musim Piala Dunia datang. Hampir setiap malam tidak tidur, menikmati sensasi ketegangan nonton bola. Dan bagi penjudi, menunggu taruhannya menang atau hilang. Biasanya penjudi mendasarkan pilihannya berdasarkan analisa pengamat sepak bola di tv, analisa dirinya sendiri, mimpi berikut primbonnya, dukun, anak kecil, dan orang gila. Mengingat itu saya sering ketawa sendiri, tolol banget ya para penjudi itu. Dan sekarang sangat mungkin, Gurita Paul jadi selebriti baru sekaligus narasumber penting seantero dunia untuk meramal siapa yang menang: Spanyol atau Belanda. Manusia menjadi lebih bodoh dibanding gurita. Mundur 14 abad ke belakang saat ramalan mendominasi dan mengarahkan hidup manusia.

Tapi ada yang lebih parah lagi. Yaitu rencana segelintir orang yang mengusulkan legalisasi judi. Permadi (dukun dan dewan pembina partainya Muchdi PR ”Gerindra”), Piliang (Pengurus Golkar partainya konglomerat hitam Aburizal Bakrie), dan Anton Medan (mantan preman yang mengaku telah tobat dan menjadi pimpinan pondok pesantren ”at-Taibin”) menjadi pemimpin orang-orang yang kalau tidak jahat, ya berarti tolol. Mungkin anda merasa risih saya gunakan kata ”tolol”, tapi itulah kenyataannya. Anton mengatakan ”secara pribadi saya menolak judi, tapi daripada pajak judi diambil negara lain lebih baik diambil negara kita.” Wah, kalau taubat, mengapa menyarankan negara melegalisasi judi dan mengambil pajak dari aktivitas haram itu. Permadi mengatakan, ”Lokalisasi itu di kapal pesiar sehingga yang mampu ke lokalisasi itu cuma orang-orang kaya.” Ada siasat keji yang bersembunyi di balik pernyataan tolol. Mana ada peraturan sebuah negara diskriminatif seperti itu. Lebih semakin terlihat tidak berkualitas lagi ketika dia ditanya presenter TV One, ”Ada lokalisasi WTS, buktinya masih banyak WTS di luar lokalisasi. Apakah jika ada lokalisasi judi, maka judi di luar lokalisasi bisa hilang?” Permadi diam, karena siasatnya tersingkap! Piliang lebih jahat lagi. Dia memfitnah ulama. Katanya  ”Tidak mungkin Mahathir Muhammad berani membuka lokalisasi judi di Tanah Genting Malaysia tanpa persetujuan para ulama di Malaysia.” Untung saja ada yang membantah bahwa ulama malaysia menolak lokalisasi judi, Mahathirnya saja yang nekat membuat lokalisasi judi tersebut. Pernyataan Piliang pun mentah. Terlihat mentahnya di luar dan terbuka busuknya di dalam!!

Semoga Piala Dunia segera berakhir, beserta judi, ketololan para penjudi dan pendukungnya![]

1 Comment

  1. semakin banyak yang gila bola, semakin banyak orang gila 🙂

Leave a Reply to aryaceh Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *