Oleh Lathifah Musa
Blokade Israel terhadap jalur Gaza mendorong para aktivis kemanusiaan dari 40 negara melakukan perjalanan ke Gaza. Mereka terdiri dari kurang lebih 600 aktivis dari berbagai negara. Namun di lepas pantai perairan jalur Gaza yang merupakan perairan internasional, rombongan kapal ini diserang oleh Pasukan Komando Angkatan Laut Israel. Puluhan perahu perang didukung helikopter tempur, Senin sekitar pukul 05.00 waktu setempat menyerang konvoi kapal bantuan kemanusiaan tersebut. Bentrokan terjadi antara pasukan Israel dengan para aktivis mancanegara. Pasukan Israel menggunakan gas air mata dan peluru. Serangan militer ini dikomandoi langsung oleh Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak. Dikhabarkan 16 orang tewas dan puluhan terluka. Relawan Indonesia yang turut dalam perjalanan, dikhabarkan selamat, namun dua orang terluka.
Serangan ini menuai kecaman dari berbagai pihak. Negara-negara Arab mengutuk Israel. Negara-negara Eropa mengecam. Bahkan Australia yang sebenarnya sekutu kekufuran pun turut mengecam. Turki menyatakan paling keras mengutuk dan akan memutuskan hubungan dengan Israel.
Tapi nyatanya Israel memang biadab yang berhati batu. Dalam sejarahnya Israel banyak menorehkan catatan kekejian terhadap kemanusiaan dan pengkhianatan terhadap perjanjian. Dengan demikian kutukan dan kecaman tidak akan mengubah keadaan.
Saat ini rakyat Palestina telah berteriak meminta pertolongan kepada dunia Islam. Kekejaman Israel telah diluar batas. Namun kenyataannya Mesir masih menutup perbatasan. Yordan tidak kuasa berbuat apapun. Arab Saudi bahkan hanya berdiam diri. Bagaimana mungkin kapal bantuan kemanusiaan bisa menembus benteng Yahudi tanpa dikawal oleh armada tempur. Saat ini Israel telah nyata-nyata menumpahkan darah umat Islam. Apalagi yang harus dilakukan selain negara-negara muslim mengirimkan armada tempurnya untuk menghabisi Israel. Empat puluh negeri muslim, termasuk Indonesia seharusnya dengan mudah akan melawan Israel. Toh selama ini terbukti bangsa ini takut dengan ancaman kematian.
Namun apa persoalan negeri-negeri muslim? Mereka dengan mudahnya dipecundangi Israel karena memang tidak ada lagi kepemimpinan. Tidak ada lagi pemimpin umat seperti Khalifah Sultan Abdul Hamid II yang bisa menempeleng delegasi Israel ketika yahudi-yahudi ini berusaha bernegosiasi untuk masuk ke Palestina. Maka selayaknya peristiwa ini membuka kesadaran kaum muslimin bahwa dunia Islam memerlukan pemersatu. Berapa banyak lagi nyawa muslim harus dikorbankan, dan negeri-negeri muslim hanya bisa berdebat tanpa tindakan. Kaum muslimin memerlukan pemimpin. Kita memerlukan Khilafah yang akan menyatukan kekuatan untuk menghancurkan Israel sehancur-hancurnya![]