Episode 2: Hotel Anti Maksiat
Oleh: Umar Abdullah
Walau disebut hotel, namun Hotel Hegarmanah ini lebih tepat disebut losmen atau penginapan/ homestay. Teringat saya dengan istilah “taksi” di kota-kota kecil yang ternyata adalah mobil omprengan alias sewaan. Jadi jangan bayangkan ada “taksi” di kota kecil ya, sebagaimana pula sangat jarang ada “hotel” di kota kecil.
Kata penjemput, Hotel Hegarmanah adalah yang paling bagus di Cimalaka. Saya tidak tahu apa yang dimaksud oleh sang penjemput dengan “yang paling bagus”. Memasuki pintu masuk hotel barulah saya mulai menduga apa yang dimaksud dengan “yang paling bagus” itu. Terpampang dengan jelas kata-kata:
“Kami tidak melihat pangkat/ jabatan/ pekerjaan/ gelar/ status, Tata Tertib di bawah ini harus ditaati oleh semua tamu yang mau menginap, tidak terkecuali!”
Glek! Ada apa ini? Dengan cepat saya membaca tata tertib yang ada di bawah tulisan tadi:
- Tamu yang mau nginap harus memperlihatkan kartu identitas diri (KTP/ SIM/ KTA/ KTM/ PASPORT/ SURAT NIKAH, dll)
- Tamu yang mau menginap membawa pasangan bukan muhrim, tidak akan kami terima.
- Khusus tamu yang membawa pasangan harus memperlihatkan KTP-nya masing-masing / surat nikah yang masih berlaku dan ada foto suami istri. Jika tidak membawa/ tidak sesuai/ tidak sama/ menolak/ alasan hilang, dengan segala hormat kami tidak akan menerima anda.
- Mari kita berantas maksiat. Maksiat bikin hidup makin sesat.
- Merasa keberatan dengan tata tertib hotel kami, silahkan saja mencari hotel yang lain. Terima kasih.
Saya terharu membaca tulisan tersebut sekaligus bangga. Di tengah berbagai alasan yang sering diajukan hotel dan losmen untuk menarik pelanggan walau jelas-jelas pelanggan itu akan berzina atau diduga kuat akan berzina, masih ada hotel/ losmen yang dengan tegas menolak penghasilan dari menyewakan fasilitas yang menghantarkan pada kemaksiatan. “Al-Wasiilatu ilal haraami haraamun [perantaraan kepada keharaman adalah haram]” begitu kaidah syara’ berbunyi. Sebuah hotel yang membiarkan dirinya menjadi tempat perzinaan maka penghasilannya juga haram.
Teringat saya, beberapa tahun yang lalu ketika kami mau mencari penginapan di daerah Puncak Bogor, kami melihat ada dua orang anak SMA laki-laki dan perempuan sedang masuk kamar. Kami langsung membatalkan menginap di penginapan tersebut. Kami tak mau berada di lingkungan yang menjadi ladang kemaksiatan. Pernah juga saya (sendirian) menginap di sebuah penginapan. Melihat bentuk hotel, hati saya tak nyaman, khawatir tengah malam ditawari “tukang pijat” oleh pihak penginapan. Alhamdulillah, hal itu tidak terjadi.
Kepada penjemput, kami ucapkan terima kasih. Jazakillaahu khairan. Anda telah mencarikan tempat kami menginap tempat “yang paling bagus”. Karena tempat yang paling selamat adalah tempat yang bersih dari kemaksiatan. Pernah di masa ‘Umar bin Khaththab menjabat sebagai Amirul Mu`minin, terjadi gempa di Madinah. Umar langsung mengancam penduduk Madinah, bahwa jika terjadi gempa lagi, maka ia akan pindah dari Madinah. Karena menurut Umar bin Khaththab, terjadinya gempa karena ada penduduk Madinah yang bermaksiat. Wow.
Selain menyewakan kamar, Hotel Hegarmanah ini juga menyewakan ruang pertemuan. Ada yang ukurannya kecil hingga besar. Nampaknya penyewaan ruang pertemuan ini laku keras. Ketika saya datang sore hari. Ruang pertemuan yang ukurannya kecil sedang disewa. Esok harinya Ruang Pertemuan ukuran besar disewa oleh panitia yang mengundang istri saya sebagai narasumber. Agak siang sedikit, ruangan ukuran kecil kembali disewa oleh pengajian ibu-ibu. Mudah-mudahan itu barakah bagi penginapan yang bersih dari maksiat, khususnya perzinaan. Allaahumma aamiin. (bersambung…)
dulu,saya pernah bermimpi meskipun g ngebet2 amat,untuk mendirikan hotel dengan tatatertib seperti hotel hegamanah,ditengah kapitalisasi hotel dengan segala cara,meskipun itu hanya perjuangan parsial,eh g taunya sudah ada yang ngeduluin…ya alhmdllah…tp aku berharap bisa tetap mewujudkan mimpi yang ga proritas ini.he…he…