Oleh Umar Abdullah
Waria bikin ulah. Hari Kamis 29 April 2010 di Depok mereka bikin acara. Pada hari itu juga FPI membubarkan acara itu. Tak kapok, besoknya hari Jumat 30 April 2010 mereka malah melakukan Kontes Duta HAM Waria. Kali ini yang membubarkan acaranya adalah Satpol PP Depok.
Alasan para waria itu-itu juga, Hak Asasi Manusia! Mereka beralasan bahwa mereka berhak hidup, berekspresi, dan berorganisasi sebagai waria, wanita tapi pria. Mereka membuat opini bahwa mereka menjadi waria karena memang mereka diciptakan sebagai waria sejak lahir.
Alasan ini sungguh sangat tidak argumentatif. Mana ada bayi yang sudah waria sejak lahir. Kalau yang berkelamin ganda memang ada. Tapi bayi itu bukan waria. Mana ada bayi wanita tapi pria. Kalau yang berubah secara alami ketika masa pubertas memang ada. Ketika kecil dia pria berkelamin double, kemudian setelah dewasa kelamin wanitanya yang lebih berfungsi, dadanya membentuk payudara, pinggulnya membesar, suaranya menjadi merdu, maka dia memang wanita. Bukan wanita tapi pria. Ada juga pria yang gerakannya gemulai, suaranya mendayu-dayu. Tapi mereka adalah pria sejati. Bukan wanita tapi pria.
Itu secara fakta yang bisa kita lihat sekarang. Lalu bagaimana dengan di masa-masa awal masyarakat manusia. Karena kita tidak bisa melihat langsung, maka kita merujuk kepada informasi dari Allah SWT yang menciptakan manusia pertama, yaitu Adam, manusia kedua yaitu Hawa, dan anak cucunya. Adakah yang wanita tapi pria?
Dalam al-Qur`an Surat An-Nisaa` ayat 1. Allah SWT berfirman:
Yaa ayyuHannaasut taquu rabbbakumulladzii khalaqakum min nafsin waahidatin wa khalaqa minHaa zaujaHaa wa batstsa minHumaa rijaalan katsiiran wa nisaa`an wat taquullaaHal ladzii tasaa`aluuna biHii wal arhaama innallaaHa kaana ‘alaikum raqiiban
Artinya:
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri seorang (Adam) dan daripadanya Allah menciptakan istrinya (Hawa). Dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kalian saling meminta dan kasih mengasihi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-Nisaa` [4]: 1)
Ternyata yang ada cuma dua jenis: pria dan wanita. Tidak ada jenis waria, wanita tapi pria.
Jadi, kapan waria itu ada? Waria ada ketika ide liberal dan pluralisme mulai diperjuangkan pada abad ke-18, dan memuncak di era 60-an ketika John F. Kennedy tokoh pluralisme terpilih jadi presiden AS. Untuk di Indonesia, kaum waria ini mendapat tempat ketika Gus Dur, bapak pluralisme jadi presiden RI. Untuk membentengi diri dari serangan dipakailah HAM (baca: Hak Akan Maksiat) sebagai tameng.
Sayangnya, presiden RI yang sekarang diam saja melihat kemungkaran di depan hidungnya, hingga ormas FPI harus turun tangan. Walikota Depok pun baru beri instruksi ke Satpol PP untuk tertibkan acara itu setelah FPI turun tangan. Menteri Kominfo juga membiarkan para pelawak dan aktris berperan waria. Ternyata War on Waria, sudah sulit berharap ke penguasa-penguasa seperti mereka. Apakah harus People Power?[]