Pembebasan Yerusalem [04]

Oleh Umar Abdullah*

Surat dari Panglima Besar Abu Ubaidah bin al-Jarrah pun diterima oleh Amirul Mukminin Umar bin Khaththab. Umar segera bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya. Utsman bin Affan berpendapat untuk tetap meneruskan pertempuran, sedang ‘Ali bin Abi Thalib berpendapat bahwa Amirul Mukminin harus pergi ke Yerusalem.

Khalifah Umar bin Khaththab menerima pendapat Ali.  Khalifah Umar kemudian pergi ke Masjid Nabawi, melaksanakan shalat empat rakaat dan pergi ke makam Rasulullah saw dan Abu Bakar, dan menyampaikan salam kepada keduanya. Selanjutnya beliau mewakilkan kepemimpinan sementara Negara Khilafah kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ’anhuma.

Khalifah Umar meninggalkan kota Madinah diiringi tatapan mata penduduk Madinah. Khalifah Umar mengendarai seekor unta yang membawa dua karung, satu berisi gandum, satu lagi berisi kurma. Di depan tempat duduk Umar terdapat sekantong air minum sedang di belakang beliau terdapat sebuah kantong berisi roti. Khalifah Umar mengendarai untanya dengan mengenakan sehelai baju yang mempunyai empat belas tambalan, beberapa tambalan di antaranya terbuat dari kulit.

* * *

Ketika Amirul Mukminin ‘Umar bin Khaththab tiba di Yerusalem, pasukan Muslim bersorak sorai  dan berteriak keras, ”Laa ilaaha illallaah! Allaahu akbar!

Berita kedatangan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab pun sampai ke telinga Pendeta Xeverinus.

Abu Ubaidah maju ke depan dan berteriak, ”Wahai penduduk Yerusalem! Pemimpin kami telah tiba. Apa yang kan kalian lakukan berkaitan dengan pengakuan kalian?”

Pendeta Xeverinus meninggalkan gerejanya diiringi banyak orang.

Ia memanjat dinding benteng dan memandang ke arah Abu Ubaidah.

Abu Ubaidah berkata, ”Amirul Mukminin, yang tidak ada lagi pemimpin di atasnya telah tiba.”

Pendeta Xeverinus menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan Amirul Mu`minin Umar bin Khaththab.

Khalifah Umar hendak menemui pendeta tersebut, tapi langkahnya dihentikan oleh beberapa orang sahabat. Mereka berkata, ”Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau akan pergi sendirian tanpa senjata dan memakai pakaian yang penuh tambalan ini? Kami khawatir jika mereka mengkhianati atau menipumu.”

Maka Khalifah Umar menjawab dengan menyitir ayat al-Qur`an:

”Qul lan yushiibanaa illaa maa kataballaahu lanaa Huwa maulaanaa wa ’alaallaahi falyatawakkalil mu`minuun.”

[Katakanlah, ’Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.] (TQS. At-Taubah [9]: 51).

Khalifah Umar pun menaiki untanya dengan mengenakan pakaian yang penuh tambalan dan mengikat kepalanya dengan sepotong kain. Tidak ada yang mengawal beliau, kecuali Abu Ubaidah, itu pun hanya sampai di dekat dinding benteng, kemudian Abu Ubaidah berdiri di sana.

Pendeta Xeverinus memandangi Khalifah Umar bin Khaththab secara seksama.

Ternyata sang pendeta lansung mengenali beliau dan berkata kepada penduduk Yerusalem, ”Buatlah perjanjian dan kesepakatan dengannya, karena sungguh dia adalah sahabat Muhammad bin Abdullah.”

Kemudian penduduk Yerusalem pun membuka pintu gerbang benteng dan segera menemui Khalifah Umar bin Khaththab.

Melihat kejadian ini, Khalifah Umar menyampaikan pujian kepada Allah, merendahkan diri di hadapanNya, serta membungkukkan badannya di atas punggung untanya.

Kemudian beliau turun dari punggung untanya dan berkata kepada orang-orang Yerusalem, ”Kembalilah kalian ke kota kalian. Kalian akan mendapatkan perjanjian damai dan jaminan keamanan bila kalian menghendakinya serta bersedia membayar jizyah.”

Penduduk Yerusalem pun kembali ke kotanya tanpa menutup pintu gerbangnya. Sementara Khalifah Umar kembali ke pasukannya dan menghabiskan malam bersama mereka.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *