Oleh Umar Abdullah
Remunerasi (Ing: remune`ration, Ind: penggajian) alias “kenaikan gaji” ternyata tidak berpengaruh pada pola pikir dan pola sikap para pegawai keuangan di Indonesia. Buktinya Gayus tetap saja menerima uang-uang yang tidak halal dalam pekerjaannya. Dan menurut Gayus, hal itu sudah biasa dan banyak yang melakukan. Ya, kenaikan gaji yang diharapkan bisa mencegah orang dari tindakan suap dan korupsi ternyata tidak mempan untuk orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mencari harta.
Sebab kedua adalah rakus bin serakah terhadap harta. Gaji untuk pegawai golongan III sebesar Rp 12 juta lebih ternyata belum membuat Gayus merasa cukup. Kerakusannya terhadap harta akhirnya menggelapkan matanya, melenyapkan hartanya karena disita, dan melenyapkan dirinya karena ditahan dan kemungkinan besar akan dipenjara.
Walaupun tidak sama benar, tapi kasus orang-orang miskin yang mulai kaya namun serakah, lalu gelap mata, kemudian habis harta dan dirinya, mirip dengan kisah Qarun. Qarun, seorang Bani Israel yang dulunya miskin kemudian kaya raya, serakah, bersekongkol dengan penguasa yang sesat, mencekik orang miskin dan orang kaya, memfitnah utusan Allah, dan dengan izin Allah SWT, akhirnya dimusnahkan diri dan hartanya. Kisah kapitalis di masa Fir’aun ini diceritakan Allah SWT dalam al-Qur`an Surat al-Qashash ayat 76-82. Oleh karena itu ada baiknya kisah ini diceritakan kembali agar bisa menjadi pelajaran berharga buat kita semua. Beginilah kisahnya…
* * *
AWALNYA MISKIN
Qarun adalah saudara dekat Nabi Musa. Mereka masih saudara sepupu. Jika Musa putra Imran bin Qahith, maka Qarun putra Yassar bin Qahith.
Pada mulanya ia adalah seorang yang miskin, namun sangat tekun beribadah. Suaranya yang sangat indah dan merdu saat melantunkan ayat-ayat Taurat membuatnya dijuluki an-Nur (Cahaya). Nabi Musa sangat kagum kepadanya.
Melihat keadaannya yang miskin, Nabi Musa sangat kasihan dan prihatin, maka diberinya Qarun ilmu kimia, sehingga ia memiliki keahlian dalam mengolah emas. Dengan kepandaiannya itulah akhirnya Qarun yang sebelumnya miskin menjadi sangat kaya raya.
Sayangnya setelah kaya Qarun menjadi sombong dan lupa diri. Ia sekarang tak mau lagi mengeluarkan zakat bagi fakir miskin. Bahkan sebagai orang kaya, ia berlagak seperti seorang raja yang lengkap dengan pangawal dan pelayannya. Ia mempunyai gudang-gudang yang berisi harta benda yang tak terbilang banyaknya.
Setiap hari Qarun memeriksa gudangnya satu persatu diiringkan budak-budaknya yang masing-masing membawa beban berupa anak kunci yang tak terhitung jumlahnya. Sedemikian banyaknya hingga memanggul anak-anak kunci itupun sudah kepayahan dibuatnya.
Pernah seorang lelaki beriman dari kaum Bani Israil menasehatinya, “Hai Qarun, janganlah kamu terlalu bangga, jangan terlalu sombong dengan kekayaan dan bersyukurlah kepada Allah; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. Manfaatkanlah hartamu dengan bijak bagi dirimu dan orang lain semasa hidupmu. Berbuat baiklah kepada ciptaan Allah sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu. Janganlah berbuat buruk pada orang-orang yang kepada merekalah seharusnya kamu berbuat baik. Bila engkau menyakiti mereka, maka Allah akan menghukummu dan mengambil kembali apa yang telah Dia anugerahkan kepadamu.”
Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.”
Qarun merasa tidak perlu mendengar nasehat dari orang lain, sebab Allah memberikan banyak harta kekayaan kepadanya karena ia layak mendapatkannya, dan ia memang layak mendapatkannya. Dengan kata lain jika Allah tidak mencintai Qarun, maka Dia tidak akan menganugerahkan harta kekayaan dalam jumlah banyak kepadanya.
Allah SWT membantah pernyataan Qarun tersebut dengan berfirman (yang artinya):
Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
Jadi, andai kata-kata Qarun itu benar, tentu Allah SAW tidak akan memusnahkan satu orang pun dari mereka yang lebih kaya darinya, karena kekayaan yang mereka miliki bukanlah jaminan cinta dan kasih Allah kepada mereka.
Di lain waktu seorang sahabatnya mengingatkan, “Hai Qarun! Carilah kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi ingatlah hidupmu di akhirat nanti!”
“Ah, kalian ingin mengatakan Tuhan Allahmu itu?” sahut Qarun sinis. “Mengapa semudah itu kalian dapat dibohongi oleh Musa? Ketahuilah Tuhan yang disiarkan oleh Musa itu cuma dongeng belaka. Di dunia ini hanya satu yang berkuasa, yaitu Yang Mulia Tuhan Raja Fir’aun! Ikutlah seperti diriku. Aku hanya beriman kepada Tuhan Raja Fir’aun. Itu sebabnya aku diberi surga, berupa kekayaan melimpah!”
Qarun kemudian berlalu tanpa menghiraukan orang-orang yang menasehatinya.
* * *
HATI TELAH MATI
Mendengar bahwa Qarun semakin ingkar, Nabi Musa datang menemuinya. Beliau disambut dengan ramah oleh Qarun. “Selamat datang wahai saudaraku, anak pamanku!” sambut Qarun. “Apa kabarmu, wahai Musa? Berita apakah yang engkau bawa?!”
“Ada yang ingin kutanyakan, yaitu tentang sikapmu akhir-akhir ini,” jawab Nabi Musa as.
“Aku mendengar kabar bahwa engkau sudah tidak beriman lagi kepada Allah. Engkau telah ingkar kepada Allah. Bahkan kini kau telah menyembah-nyembah Fir’aun. Kau juga telah menyombong-nyombongkan bahwa hartamu itu kau dapatkan karena imanmu kepada Fir’aun!”
“Ah itu cuma fitnah keji dari orang-oang yang merasa iri dengan kekayaanku! Percayalah, hai Musa saudaraku. Aku masih tetap beriman dan menyembah kepada Allah!” jawab Qarun.
“Maha suci Allah. Jangan sekali-kali kau ingkar. Sesungguhnya Allah telah banyak menimpakan siksaan kepada orang-orang yang mendustakan-Nya!” tegas Nabi Musa as.
Banyak sekali nasehat-nasehat yang disampaikan Nabi Musa as sebelum pergi meninggalkan Qarun. Namun di bibir Qarun lain pula di hatinya, yang telah berjalan dan berpijak pada kemunafikan.
“Sebenarnya Musa itulah yang menyombongkan diri, “kata Qarun dalam hati. “Dia mengaku-ngaku sebagai Nabi utusan Tuhan. Aku tahu maksudnya, dia hendak mencari kekuasaan dengan cara yang mudah! Pada suatu saat nanti, pasti orang-orang akan disuruh menyembah dirinya!”
Hari demi hari, kelakuan Qarun semakin menggila. Jadilah ia lintah darat yang tanggung-tanggung. Ia meminjamkan uang dengan mengambil bunga yang tinggi dan berlipat ganda. Tak peduli miskin atau kaya, semua diperas dan dicekik lehernya. Barangsiapa yang tak dapat melunasi hutangnya, akan disita semua barang miliknya, dirampas kebun, ladang dan sawahnya, atau orang tersebut akan dijadikan budak, jika tak memiliki apa-apa. Seringkali Qarun berbuat aniaya terhadap orang-orang miskin yang sengsara.
Dengan demikian bertambahlah kekayaan Qarun. Ia semakin sombong dan sewenang-wenang. Semakin besarlah kedurhakaannya terhadap Allah. Nabi Musa as yang mendengar semuanya semakin sedih hatinya dan sangat prihatin serta kecewa atas perilaku saudara sepupunya itu.
Dengan tiada bosan-bosannya nabi Musa menasehati Qarun. Namun Qarun tak pernah menggubrisnya. Kesombongan dan kedurhakaannya semakin menghebat.
Seringkali Qarun turun ke jalan mengadakan pawai besar memamerkan harta kekayaan dan kesenangan hidupnya, seperti pakaian, pelayan, hewan tunggangan, dan pengawal. Dalam arak-arakan yang panjang itu ikut serta semua istri-istrinya, wanita-wanita peliharaan, yang semuanya memakai perhiasan-perhiasan emas permata. Dan tak lupa ratusan budaknya ikut dalam pawai itu.
Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”
Namun orang-orang yang dianugerahi ilmu justru berkata: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, jauh lebih baik dan banyak dibanding apa yang dimiliki Qarun. Dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar, orang-orang yang mendapat bimbingan Allah SWT dan hati serta pikirannya tertuju kepada Allah SWT.
* * *
AKHIR KESERAKAHAN
Meskipun kecongkakkan dan kemurtadan Qarun makin hari semakin tak karuan, namun Nabi Musa as tetap bersabar untuk menasehatinya. Tapi hal itu ditanggapi lain oleh Qarun, dianggapnya Nabi Musa as merasa iri dengan apa yang dimilikinya. Dan juga Nabi Musa as dianggap duri dalam kehidupannya. Maka Qarun berusaha dengan bermacam tipu daya untuk menjelek-jelekkan nama baiknya.
Pada suatu hari Qarun memanggil seorang pelacur. Diberinya upah besar perempuan itu agar mengaku di depan umum, bahwa ia telah melakukan zina dengan Nabi Musa. Qarun juga membayar orang lain lagi untuk mengaku melihat Musa as menzinai perempuan itu.
Maka pada suatu hari raya, Qarun mengumpulkan orang-orang dari segala penjuru kota untuk menghadiri rapat besar. Dimana dikatakan bahwa Nabi Musa as akan berdakwah dan memberi nasehat.
Ketika semuanya sudah berkumpul, mulailah Nabi Musa as memberi nasehat-nasehat.
“Barangsiapa mencuri, akan kami potong tangannya!” ucap Nabi Musa as lantang. “Dan barangsiapa berzina, kami rajam dia!”
Tiba-tiba Qarun maju ke depan memotong pidato Nabi Musa, “Sekalipun engkau yang berbuat Nabi Musa?”
“Ya! Sekalipun aku sendiri yang berbuat. Hukum tetap berlaku!” tegas Nabi Musa as.
“Hai Musa! Jika begitu, engkau harus dirajam atau dilempari batu! Bani Israil menuduhmu telah berzina dengan seorang pelacur!” teriak Qarun.
Mendengar apa yang diucapkan Qarun, Nabi Musa bagai disambar petir. Ia hanya menyebut nama Allah.
Perempuan pelacur itu dipanggil oleh Qarun dan dihadapkan kepada Nabi Musa as.
Disaksikan orang banyak, perempuan itu berkata, “Engkau bersih dan bebas dari apa yang mereka tuduhkan padamu, wahai Nabi Musa.”
Nabi Musa mengangkat kedua tangannya seraya berkata, “Demi Allah! Siapakah yang telah menyuruhmu melakukan ini?”
Pelacur itu menjawab, “Sesungguhnya Qarun telah memberiku seribu dinar untuk melancarkan tuduhan keji atau fitnah ini kepadamu. Meskipun selama ini perbuatanku kurang terpuji, tapi aku takut kepada Allah untuk melakukan perbuatan jahat itu kepadamu!”
Pelacur itu pun kemudian bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah.
Mendengar ucapan perempuan pelacur itu, seketika lemaslah tubuh Nabi Musa as, beliau menangis dan berdo’a: “Ya Allah, jika benar aku ini Nabi-Mu, maka tolonglah hamba-Mu ini.”
Maka turunlah wahyu Allah, “Hai Musa! Kami telah jadikan bumi ini tunduk pada perintahmu, maka perintahkanlah sesukamu!”
Nabi Musa kemudian memperingatkan Qarun, “Bertobat dan minta ampunlah kepada Allah, sebelum azab datang menimpamu!”
“Aku tidak percaya kepada Allah Tuhanmu! Aku tidak takut dengan azab itu! Semua itu bohong!” jawab Qarun dengan sengit.
Nabi Musa kemudian berseru lantang kepada kaumnya, “Barangsiapa bersama Qarun, tetaplah di tempatnya! Dan barangsiapa bersamaku, hendaklah meninggalkan tempat ini!”
Orang-orang yang beriman kepada Nabi Musa segera berbondong-bondong meninggalkan tempat itu. Sedangkan Qarun dan para pengikutnya yang sedikit masih berdiri di tempat itu dengan sikap sombong.
Lalu Musa as memanjatkan doa, “Wahai Allah, hari ini, izinkanlah bumi melaksanakan tugas yang belum pernah ia laksanakan sebelumnya.”
Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada Musa bahwa Allah mengabulkan permohonannya.
Nabi Musa as langsung bersabda kepada bumi, “Wahai bumi, telanlah mereka!”
Tiba-tiba tanah membelah. Kaki-kaki Qarun dan pengikutnya pun terbenam ke dalam bumi.
Nabi Musa as kembali bersabda, “Telanlah mereka!”
Maka bumi perlahan menelan mereka hingga ke lutut.
Nabi Musa as kembali bersabda, “Telanlah mereka!”
Maka bumi perlahan menelan mereka hingga ke bahu
Nabi Musa as bersabda, “Wahai bumi, bawalah serta harta kekayaan mereka!”
Maka semua gedung, gudang, kekayaan harta benda milik Qarun pun terbenam, sementara orang-orang menyaksikan.
Nabi Musa as bersabda, “Enyahlah kalian!”
Maka terbenamlah mereka ke dalam bumi.
Kemudian Nabi Musa as bersabda, “Mereka akan terus terbenam di dalam bumi hingga Hari Pembalasan.”
Demikianlah, tamatlah riwayat Qarun dan segala harta kekayaannya yang berlimpah itu. Tidak seorang pun dari budak-budak dan harta kekayaan serta orang-orang yang dekat dengannya yang menolong.
Saat orang-orang melihat apa yang menimpa Qarun dan hartanya, mereka yang sebelumnya menginginkan harta kekayaan seperti yang diperoleh Qarun pun menyesal dan bersyukur kepada Allah seraya berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).”
Demikianlah, akhir kehidupan Qarun sang kapitalis liberal yang mengumpulkan harta dengan cara-cara yang liberal, yang bebas, tak peduli lagi halal dan haram. Kapitalis yang bersekutu dengan fir’aun penguasa sesat. Kapitalis yang sudah bebal terhadap nasehat dan menjadi musuh orang-orang yang mengajak ke jalan Allah. Bahkan berusaha menghabisi orang-orang yang saleh jika mereka bisa.
Dan Kapitalis itu pun harus menangis meratap.
Karena hartanya bendanya hilang dalam sekejap.
Bahkan dirinya pun ditelan bumi, lenyap, senyap.
Ya, Qarun-Qarun dan Fir’aun-Fir’aun akan selalu bersekutu
Bersatu padu menyeru
Menuhankan hawa nafsu
Mengumbar kesenangan semu
Dan tentu
Menjadi bahan bakar bersama batu.
tulisan ini saya buat bukan mengomentari,karena saya nggak mungkin mengomentari itu,sedangakan ilmu saya belom seberapa,tapi sekarang saya mau bertanya,setiap orang memiliki sebuah jati diri tapi bagaimanakah caranya mengetahui jati diri kita apabila kita jati diri itu belom kita temui,dan bagaimanakah caranya mencari jati diri itu?