Tanya:
Assalamu alaikum wr wb.
Saya, hamba Allah yg terlalu mengikuti kata hati. Sebenarnya saya memang tdk mampu melawan kata hati krn jk tu tjd mka sy seperti kehilangan hati dlm beribadah kepada Allah. Saya tidak pernah mengerti mengenai masalah cinta, yg terlihat oleh mata seolah bertolak belakang belakang dengan apa yang diyakini hati. Alhamdullillah, selama 24 thn mnjalani hidupku, aku sudah jatuh cinta 2 kali. Dan aku sadar jika aku lebih menyukai kepribadian seseorang dibanding tampilan fisik.
Cinta pertamaku saat ini sudah bertunangan dan Allah menganugrahkan cinta kedua padaku, sehingga aku benar-benar merelakanya lillahi taala. Sewaktu bersama cinta pertamaku, aku bertanya kepada Allah: “Apakah ia juga memiliki perasaan yang sama padaku?” Aku sering bertanya dalam hati, mis, ‘jk ia juga memiliki perasaan yg sama buatlah mendung sore ini menjadi cerah kembali…” dan itu terkabul. Apakah aku salah bersikap seperti itu?
Sedangkan bersama cinta keduaku saat ini aku berdoa jk ia mmg insan terbaik yg dipilihkanNya untukku dekatkanlah ia dlm pandanganku namun jk aku mmg tdk berjodoh dengannya, maka jauhkanlah ia dari pandanganku dan ikhlaskanlah hatiku merelakanya. dan setelah aku berdoa seperti itu, selama 6 hari, ia terus berada di dekatku meski kami tak berkata apa-apa. hanya duduk dan diam dengan kesibukan masing-masing. Meski cinta pertamaku telah bertunangan namun hatiku sedikitpun tidak ragu jk ia pernah punya perasaan yang sama seperti yg kurasakan, namun bersama cinta keduaku saat ini, pikirku terus menyajikan sejumlah fakta yang bisa membuat hatiku meragu. Ditambah lagi pergulatan waktu krn aku wanita, jujur, aku memang benar-benar belum siap untuk membina rumah tangga bahkan aku sampai saat ini tidak pernah berani untuk menjalin hubungan dengan pria (pacaran) krn imanku kurasa belum kuat dan aku sangat takut terjebak dalam perbuatan zina dan maksiat.
Aku sudah mengatakan padanya jika aku mencintainya. maksudnya jk ia tidak memiliki perasaan yg sama atau mungkin sudah memiliki calon pendamping agar aku diberitahu sehingga aku bisa belajar untuk merelakanya secepat yang kubisa, tapi sejak tanggal 27 februari 2010 lalu sampai hari ini, tidak ada satupun kepastian yang kudapat. Aku ikhlas seperti ini. Tapi ibuku sebagai single parent merasa terbebani dengan gunjingan tetangga ttg diriku. Aku ingin menceritakan apa yang aku alami pada ibuku tapi sebelum sempat menceritakannya, aku sadar jika aku dan ibuku memiliki sudut pandang berbeda. Aku mengikuti hati dan ibuku mengikuti pikiranya dan mengatakan jika cinta itu bisa tumbuh dan bisa dipelajari sedang aku sangat susah merasakan cinta jk hatiku tidak teryakinkan. Dan anehnya, orang-orang yang telah mencoba berbagai cara untuk meyakinkan hatiku, tidak ada yang berhasil sedangkan orang yang tanpa melakukan sesuatupun dapat meyakinkan hatiku hanya melalui pandangan yang mampu berkata-berkata. pandangan yg kulihat didalamnya penuh ketulusan, tanpa ambisi. Hanya itu yg bisa membuat aku merasakan cinta.
Dan baru dua orang yang diridhoi Allah melakukan itu, aku mengatakan cinta disaat semua mungkin sudah terlambat mengatakan cinta disaat cinta pertamaku sudah bertunangan dan mengatakan cinta pada cinta keduaku, 3 tahun setelah ia pernah mengirim salam padaku. Apa aku salah? kata ibuku dan juga saudara-saudaraku, aku terlalu mengikuti kata hati makanya sampai hari ini aku nggak punya pacar. Tapi aku bersyukur seperti ini,merasakan cinta dalam hati dibanding menjalin hubungan yang tanpa hati dan merusak hatiku. Karena aku yakin hatilah penghubung manusia dengan Rabbnya. Apa aku salah terlalu mengikuti hati? Inilah yang sangat sulit kuhadapi, insyaAllah dengan adanya tanggapan dari orang lain masalah ini bisa terpecahkan secara objektif. Amin
Ida (via email)
Jawab:
‘Alaykum salam wr. wb.
Menjadi orang yang istiqamah menjaga kehormatan memang perlu perjuangan. Apa yang kamu lakukan itu adalah hal yang terpuji. Tetaplah menjaga kehormatan diri dan merelakan orang yang kita cintai berlabuh pada wanita lain. Itu memang sudah jodoh yang diatur oleh Allah Ta’ala.
Yang sekarang harus kamu lakukan adalah memperluas pergaulan dengan orang-orang yang giat dalam pengajian dan dakwah, sehingga kita bisa semakin kuat menjaga diri. Dan semoga Allah memudahkan kamu mendapat jodoh dari kalangan yang soleh pula.
Lalu perbanyaklah munajar/berdoa dan ibadah kepada Allah, minta kepadaNya agar diberikan jodoh yang terbaik; dunia maupun akhirat. Semoga adik tetap bisa istiqomah dan bersabar. [M. Iwan Januar]