Oleh: Lathifah Musa
Sudah jadi opini umum di Amerika bahwa, bila Obama datang ke Indonesia maka harus ada hal yang menguntungkan untuk AS. Kalau tidak, maka The President tidak boleh buang-buang uang rakyat hanya untuk nostalgia makan nasi goreng dan rambutan di kampung Menteng.
Pastinya ada hal yang sangat menguntungkan di Indonesia. Bayangkan saja, negara dengan 240 juta penduduk tersebar di sekitar 17.000 pulau, dengan wilayah seluas Uni Eropa. Negeri muslim ini berada di atas cincin api dunia yang konon menjadi tempatnya sumber energi yang kaya, mulai dari minyak bumi, gas alam, batu bara, timah, sampai emas, logam mulia yang sangat berharga.
Saat ini perusahaan AS mendominasi sektor pertambangan lokal dengan investasi besar dari ExxonMobile dan Freeport. The Jakarta Post mengutip komentar Budiarto Shambazy, seorang kolumnis harian kompas dan dosen di Universitas Indonesia, yang mengatakan bahwa kunjungan Menlu AS Condoleeza Rice dan Presiden George W. Bush ke Indonesia tahun 2006 menghasilkan kesepakatan untuk ExxonMobil menjadi operator Blok Minyak Cepu setelah empat tahun bersengketa dengan Perusahaan milik Negara Pertamina. “ExxonMobil is now vying for the Natuna block and the government has indicated it will not give the operation to Exxon. But let’s see what’s the result is after Obama’s visit,” he said. “ExxonMobil sekarang berlomba-lomba untuk Blok Natuna dan pemerintah mengisyaratkan tidak akan memberikan operasi untuk Exxon. Tapi mari kita lihat apa hasilnya setelah kunjungan Obama,” katanya.
Adapun perusahaan Multinasional AS yang lain yaitu Chevron Corp, Halliburton Co yang berbasis di Houston dan Itochu Corp yang berbasis di Osaka adalah perusahaan yang akan mensponsori World Geothermal Congress di Bali bulan depan. Kerjasama bidang energi saat ini menjadi fokus yang juga dibidik dalam membina hubungan kemitraan dengan Indonesia.
Pengamat hubungan Indonesia-Amerika dari CSIS, Ernest Z. Bower menilai, kemitraan ini merupakan babak baru dalam hubungan kedua negara. “Pemerintahan Obama melihat Indonesia, seperti halnya (George W) Bush memandang India. Obama akan membawa hubungan Indonesia dengan Amerika ke tingkatan lebih tinggi.”
Indonesia dan AS telah menyiapkan dokumen perjanjian kerjasama komprehensif di berbagai bidang seperti ekonomi dan pendidikan, yang diharapkan dapat ditandatangani pada kunjungan Obama ke Indonesia. Kementerian Luar Negeri RI menyatakan, perjanjian kerjasama komprehensif itu sudah berada dalam tahap matang sehingga diharapkan bisa langsung dilahirkan rencana aksi dari perjanjian tersebut.
Beruntungkah Indonesia? Kenyataannya selama ini kerjasama dengan AS hanya membuat Indonesia semakin terpuruk. Perusahaan seperti Pertamina saja dengan mudahnya tersingkir. Perusahaan AS dengan gampangnya mengeksplorasi minyak Indonesia dan dijualnya pula di Indonesia. Semakin hari harga minyak semakin mahal. Belum lagi Freeport yang dengan gampangnya mengangkut berton-ton emas Indonesia ke negaranya. Sungai-sungai Papua pun tercemar. Ini masih yang kasat mata. Belum dosa-dosa yang tak terekspose.
Perjanjian dengan AS yang saling berhadapan saja sudah sangat merugikan. Belum lagi strategi diam-diam yang menyelinap untuk menghancurkan Indonesia semacam Namru dan proyek-proyek jahat lainnya.
Beruntungkah Indonesia? Dengan menjadi satu-satunya negeri muslim yang menjadi mitra (tertipunya) AS? Sementara darah kaum muslimin di belahan dunia lain masih tertumpah atas arogansi, kebengisan dan kejahatan AS.
Jadi Obama batal datang bulan ini, sebenarnya belum mengakhirkan kewaspadaan rakyat. Ada babak baru kemitraan yang sudah selayaknya ditolak![]