Oleh Lathifah Musa
Siapapun muslim yang mengenal al-Qur`an dan as-Sunnah, pasti memahami perilaku kaum Soddom (pelaku soddomi) yang kemudian menerima hukuman Allah SWT berupa kehancuran luar biasa dahsyat negeri mereka. Laut Mati dan sisa artefak kuno di pesisirnya menjadi saksi bisu atas peristiwa dahsyat yang menimpa para pelaku gay pada masyarakat negeri tersebut.
Wajar jika kemudian timbul keresahan yang sangat dari pemuka-pemuka agama Islam dan berbagai komunitas masyarakat atas rencana diselenggarakannya konferensi regional International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Intersex Association (ILGA) ke-4 tingkat Asia di Kota Surabaya, yang rencana diselenggarakan pada 26-28 Maret 2010. (Catatan: Konferensi International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Intersex Association (ILGA) ke-4 tingkat Asia, sebenarnya sudah dilakukan sejak Kamis (25/3/2010) malam. Namun, acara itu diubah menjadi gathering karena peserta yang datang kurang dari 50 orang., detik.com)
Jajaran kepolisian dari tingkat Kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Surabaya, Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur, hingga Kepolisian RI (Polri) tidak mengizinkan konferensi gay dan lesbian ini diadakan.
“Kami sudah menerima permohonan izin keramaian dari Yayasan Gay Nusantara selaku penyelenggara di tingkat kota Surabaya pada 18 Maret lalu,” kata Kepala Bagian (Kabag) Bina Mitra Polwiltabes Surabaya AKBP Sri Setyo Rahayu di Surabaya, Rabu (24/3/2010). Ia menegaskan, pihaknya keberatan dengan konferensi regional International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Intersex Association (ILGA) ke-4 tingkat Asia itu dilaksanakan di Surabaya karena sensitif dan rawan bagi masyarakat.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur secara resmi menolak diselenggarakannya Konferensi ini. Tak hanya MUI, tetapi juga jajaran Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Jimur, Para Kiai dan Ulama Jawa Timur, Hizbut Tahrir Indonesia, Front Pembela Islam Surabaya, Pemkot Surabaya, dan Polwiltabes Surabaya.
Secara terpisah, Ketua Gay Nusantara selaku penyelenggara, Raphael da Costa, menyatakan persiapan konferensi sudah matang 100 persen dan undangan dari 20 negara belum tahu tentang tidak diberikannya jaminan keamanan dari polisi.
Anehnya Komnas HAM menyatakan dukungannya pada kegiatan International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender and Intersex Association atau ILGA ke-4 tingkat Asia ini. Bahkan kini dukungan juga muncul dari Wakil Ketua DPRD Jawa Timur.
Ketua Komnas HAM Ifdal Kasim menyatakan, konferensi harus tetap dilakukan, karena kelompok marginal ini rentan terhadap diskriminasi dan harus mendapatkan perlindungan dan hak-haknya.
Sementara Wakil Ketua DPRD Jawa Timur mengatakan,”Prinsipnya, saya sangat menghormati dilaksanakannya konferensi ILGA di Surabaya,” ujar Wakil Ketua DPRD Jatim Sirmadji Tjondro Pragolo saat dikonfirmasi, Rabu (Kompas.com, 24/3/2010). Menurut Sirmadji, dalam UU di Indonesia telah dijelaskan, setiap orang wajib menghormati orang lain, termasuk menghormati HAM dalam memilih. Bahkan, Sirmadji yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur itu menyatakan kesediaannya untuk menghadiri acara konferensi ILGA di Surabaya yang rencananya digelar di Hotel Mercure, Surabaya, tanggal 26-28 Maret 2010. “Apabila diundang, saya pasti akan datang. Ini sebagai bentuk penghormatan saya atas pilihan mereka (kalangan gay, lesbian, dan biseks) untuk menggelar konferensi se-Asia ini,” ungkapnya.[]