Oleh Umar Abdullah
Agak telat memang, tetapi ini bisa jadi berita heboh pada tanggal 03 Maret 2010: ”Inul Daratista calonkan diri jadi calon bupati Malang, Jawa Timur, periode 2010-2015 melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Malang.”
Inul gitu loh, memungkinkan berbagai khayalan bagi para rakyat negeri ini. Bagaimana kalau, sang Inul berkampanye di depan para pendukungnya yang beramai-ramai ”ngebor” bagai badai tornado. Dan bagaimana kalau berikutnya Dewi Persik juga diusulkan sebagai wakil bupati dari fraksi Goyang Gergaji. Selanjutnya diangkatlah sebagai Sekwildanya Julia Perez yang memang sangat pakar dalam urusan Sek-Wil-Da. Dalam pidato pengangkatannya Inul mencanangkan program Memasyarakatkan Inul dan Menginulkan Masyarakat. Sementara Dewi Persik mengumumkan program tahap kedua yaitu Memasyarakatkan Gergaji dan Menggergaji … Wuish, ini cuma khayalan dan wajib dihentikan. Khayalan yang sangat buruk dan semoga tidak terjadi. Astaghfirullaahal ’azhiim.
Saya tidak tahu apa khayalan orang-orang jika Inul jadi bupati. Entahlah. Tapi yang menggelitik saya, kira-kira khayalan petinggi-petinggi PKB Kabupaten Malang tentang Inul itu apa ya?
Ya Allah mau dijadikan apa negeri ini? Para pemimpinnya orang-orang fasik. Yang walikota penjudi, yang bupati dan wakil bupatinya selingkuh, yang gubernurnya korupsi, yang menterinya pasang badan bela Century, yang presidennya pasang badan bela sang menteri.
Seperti inilah demokrasi. Siapa saja boleh jadi bupati, gubernur bahkan presiden. Yang penting menang suara. Siapa yang populer dan punya fulus bisa jadi apa saja. Bisa memimpin dan mengatur urusan rakyat? Wah itu nomor ke-16. ”Sing penting menang, Ker!”
Jadi, bohong kalau Demokrasi itu Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan UNTUK RAKYAT. Inulkrasi salah satu buktinya![]