Sri Gayatri, bukanlah seorang Budi Sampurna yang memiliki tangan-tangan tersembunyi untuk mengendalikan petinggi negeri mengucurkan dananya yang tersimpan di Century. Ia juga bukan Anggoro yang jumlah pundi-pundinya bisa membuat aparat tinggi negara hanya bisa saling melempar isu dan tanggung jawab.
Tapi minggu ini Gayatri mendapat gelar Srikandi Nasabah Century melalui aksinya yang membuat terpana Pansus, anggota dewan dan pemirsa TV seantero negeri. Wanita yang memiliki kekayaan 67 M namun raib ditelan Century ini tampaknya sanggup berjam-jam mengeluarkan beragam kosakata makian, yang mungkin membuat iri kebanyakan orang yang ingin sekali memaki. Gaya dan caranya memarahi Century, Bank Indonesia, Menteri Keuangan, dan siapapun yang dianggapnya bertanggung jawab dalam kasus ini memang mendapat apresiasi tinggi dari mayoritas rakyat negeri ini.
Barangkali aksinya memang dianggap mewakili kebanyakan orang yang mendambakan memaki para pejabat negeri. Gelar Srikandi yang dinobatkan salah satu TV swasta pun, menunjukkan sosok Gayatri disepadankan dengan Srikandi, pahlawan perempuan pemberani dalam mitos perang Baratayudha. Media pun mengulang-ulang tayangan makian gaya Gayatri! Seru dan memuaskan!
Tapi Gayatri dan korban-korban lainnya sesungguhnya menjadi bukti bahwa ekonomi non riil adalah kebohongan-kebohongan dan kejahatan Kapitalisme. Gayatri adalah satu dari sekian banyak orang yang masih percaya bahwa dunia perbankan sanggup melipatgandakan kekayaan. Padahal uang dalam ekonomi non rill Kapitalisme, bagaikan sederetan angka yang dengan mudahnya menguap dengan alasan-alasan yang sering tak masuk akal. Presiden A terpilih, Perdana Menteri B jatuh, pengumuman hasil penyusunan Kabinet, dan isu-isu politik tertentu bisa membuat nilai uang melambung atau jatuh. Tak masuk akal!
Kebohongan-kebohongan transaksi dalam dunia perbankan mulai banyak terbongkar, yang menunjukkan bahwa kekayaan dunia perbankan tak bisa dipercaya. Belum lagi pembobolan rekening yang banyak melibatkan orang dalam dunia perbankan. Kasus-kasus kejahatan yang sekiranya diungkap secara transparan akan menyebabkan penarikan uang (rush) besar-besaran. Saat ini pun, orang pun ketar-ketir dengan uangnya yang tersimpan dalam bentuk rekening Bank. Seperti meletakkan uang di tepi jalan, yang setiap saat orang jahat bisa merampasnya. Barangkali sekaranglah saatnya orang banyak tak percaya pada perbankan Kapitalis dan ekonomi non riilnya. (el_Moesa)