Program: Voice of Islam | Rubrik: HOMESCHOOLING | Narasumber: Ir. Lathifah Musa | Topik: MENJADI PENDIDIK YANG BERKUALITAS
Pergi ke Tanah Abang membeli tas
Tas yang bagus tak harus mahal
Bila kita berharap generasi masa depan lebih berkualitas
Maka menjadi pendidik yang terbaik adalah langkah yang paling awal
Oke PYB, jumpa lagi dengan …..dalam rubric HOME SCHOOLING. Home schooling kami hadirkan sebagai alternative pendidikan berkualitas dalam keluarga kita di tengah arus liberalisasi dan kapitalisasi yang semakin merusak dan mematerialistiskan dunia pendidikan.
Dalam rubric ini kita akan masih akan berbincang-bincang dengan Ustzh Ir Lathifah Musa. Beliau selain merupakan pemimpin redaksi majalah udara VOI, konsultan klinik anak muda, ternyata juga menjadi pengamat dunia anak, penulis buku-buku pendidikan anak usia dini dan sekaligus juga seorang praktisi Homeschooling dalam keluarga. Tema kita berjudul
MENJADI PENDIDIK YANG BERKUALITAS
Ustadzah, dari judulnya, menjadi pendidik berkualitas, apakah berarti perbincangan kita ini untuk para guru?
Beban pendidikan anak-anak tidak hnaya terletak pada para guru. Bagi anak-anak, semua orang dewasa harus menjadi teladan bagi mereka. Maka setiap orang dewasa harus mengajarkan kebaikan pada anak-anak. Dengan demikian setiap kita sebenarnya adalah para guru bagi anak-anak. Yang lebih saya maksud di sini selain para guru adalah juga para orang tua. Karena orang tualah yang akan dimintai pertanggungjawaban pertama kali oleh Allah SWT tentang anak-anaknya. Allah SWT berfirman dalam QS at Tahrim: “…Yaa ayyuhalladziina aamanuu. Quu ‘anfsakum wa ahlikum naaran, wa quuduhaannaasu wal hijaroh. Uiddats lil kaafiriin.”
Rasulullah SAW bersabda: Kullu mauludin tyuuladu alal fitrah fa abawaahu yahawwidaanihi aw yunashshiraanihi aw yumajjisaanihi.” Setiap anak terlahir dalam keadaan itrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi. Ini juga menjadi konsekuensi bagi orang tua ketika ternyata ia menyerahkan anaknya ke pendidikan nasrani yang berkualitas, maka secara tidak langsung dia sudah mengarahkan anak-anaknya ke sana sekalipun ia seorang muslim. Atau misalnya orang tua menyerahkan pada pendidikan liberal dan bebas baik dalam berfikir maupun bergaul, maka berarti orang tuanya sudah membentuk anak-anaknya menjadi bebas dan liberal. Ini sudah konsekuensi menjadi orang tua.
Berarti orang tua harus mempersiapkan diri menjadi pendidik yang berkualitas?
Benar, khususnya bagi anak-anak usia dini. Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya yan masih keciol. Mulai dari cara makan (halal atau tidak, tayyib atau tidak), berpakaian (menutup aurat atau tidak), beribadah (sholat atau tidak), maka orang tualah yang pertama kali ditiru oleh anaknya. Sebagai contoh: seorang anak balita perempuan ketika melihat ibunya berkerudung dan berjilbab, maka ia akan cenderung meniru ibunya untuk berkerudung dan berjilbab. Tapi ketika ibunya berpakaian mengumbar aurat, seronoh dan make up yang menyala, maka ia akan meniru juga. Saya tidak heran bila melihat ada balita sudah pakai make up. Karena ternyata ibunya sudah mengajari. Ini yang dimaksud, orang tuanyalah pendidiknya yang pertama.
Bagaimana menyiapkan diri menjadi pendidik yang berkualitas?
Tentu terlebih dahulu kita harus memahami apa produk yang ingin kita hasilkan. Seperti juga kita menjadi seorang juru masak yang handal, tentu kita harus tahu masakan seperti apa yang akan kita produksi. Apakah kue atau roti. Demikian juga tentang generasi yang ingin kita raih pencapaiannya. Seperti apa generasi yang berkualitas? Apakah generasi berkualitas sekuler: yang memisahkan agama dari kehidupan? Atau generasi Islam yang diridhoi Allah SWT. Dari sinilah pendidik harus mulai menyiapkan, baik dari isi materi maupun kualitas pendidika sendiri
Berarti kita mulai dari kriteria generasi berkualitas dulu ya? Sebenarnya seperti apa sih generasi Islam yang berkualitas? Generasi Islam yang berkualitas adalah yang memiliki kepribadian Islam. Berfikir secara Islam dan berperilaku dengan standar hukum-hukum Allah SWT. Kemudian generasi ini haruslah fagih fiddin. Memahami ilmu agama yang terkait dengan kehidupannya. Agar ia tidak terjerumus pada kesesatan berfikir dan perilaku kemaksiatan yang akan mendapat murka Allah SWT. Kemudian generasi berkualitas haruslah terdepan dalam saintek. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta aplikasinya yang bermanfaat bagi umat manusia. Generasi ini tidak akan menciptakan teknologi yang merusak alam semesta, manusia dan kehidupan. Yang terakhir adalah memiliki profil pemimpin umat. Kepemimpinannya akan membawa umat manusia kepada kesejahteraan, kemakmuran dan kemuliaan hidup di dunia dan akhirat. Inilah profil yang harus dicapai bila umat Islam ingin meraih kedudukan sebagai umat terbaik.
Apakah profil generasi muslim ini memang sebagaimana tuntunan dan arahan Islam? Ya. Ini memang generasi yang juga tergambar sebagaimana al Qur’an menyebutkan. …“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah…” (TQS. Ali Imran: 110) …“Jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami akan selalu bersyukur” (TQS. Al A’raf:189) …“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyayang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang yang bertaqwa” (TQS. Al Furqan:74)
Berarti bagaimana profil guru yang ideal ini? Supaya generasi berkualitas tercapai?
Guru yang berkualitas adalah:
- Teladan dalam Syakhsiyah Islamiyah
- Memahami asas, arah dan tujuan Pendidikan Islam
- Mampu memahami potensi dan kemampuan anak dari sisi tumbuh kembang akal dan naluri
- Mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam seluruh bidang ilmu
- Menguasai Teknik mengajar anak sesuai tahapan usia
Bagaimana bila kondisi kita tidak seperti itu?
Tentu harus kita perbaiki dan memulainya sejak sekarang. Karena itu juga yang akan menyelamatkan kita kita di dunia dan di akhirat. Bagaimanapun perubahan itu harus segera dimulai. Pendidik yang terdiri dari orang tua, ibu dan bapak guru di sekolah, para pemegang wewenang dunia pendidikan bisa dikatakan sebagai guru atau Pionir yang Meretas Jalan Perubahan Menuju Kebangkitan. Langkah praktis bagi kita semua adalah: Membuka akal, memurnikan kesadaran, memperdalam pemahaman, memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan dan ketrampilan; Peduli dan menerjuni dunia pendidikan, memecahkan dan menyelesaikan persoalannya adalah cara terbaik menjadi guru berkualitas. Sertifikat, ijazah dan penghargaan bisa hilang, namun kualitas guru teladan selamanya tetap terkenang[]